Happy Reading, Dear 💕
Don't forget to appreciate, vote.
__________
"Sa!" Suara Dika menggelegar, pemuda itu berkelakar dengan keadaan perut penuh. "Kenyang banget, sumpah!" Tangannya mengusap perutnya, kenyang.
Dika menyenderkan punggungnya pada bahu Pandu yang sedang meminum wedang jahe, membuat pemuda tersebut membelalak.
"Pelan napa, Dik!" seru Pandu tak terima, pasalnya ia hampir tersedak karenanya.
Dika menggeleng pelan, mulutnya terbuka, mencoba mencari udara lebih untuk tubuhnya. "Kenyang banget," sahutnya demikian.
Abbas tak lagi bersuara, pemuda itu sudah terlelap beberapa menit yang lalu, perutnya sudah penuh, membuat dirinya semakin mudah untuk terpejam.
Tubuh Abbas tertutupi selimut batik yang Mahesa bawa, tubuhnya tengkurap di tikar paling ujung.
Panji merebahkan kepalanya di atas punggung Abbas, tangan kanannya terus menyuap kepala ayam semur. Sebenarnya ia sudah tak kuat, perutnya seperti mau meledak.
Pandu yang menendang kecil kaki Panji, "Bangun, Dodol! Makan tuh duduk!" serunya saat melihat keadaan Panji yang makan dengan tubuh rebahan.
Panji menatap Pandu sebal, padahal, makan dengan rebahan itu cukup nikmat. Mau tak mau, Panji bangkit dari rebahan nya. "Iya, iya. Lagian enak makan sambil rebahan." sahutnya dengan nada tak biasa.
Pandu merasa tak terima dengan sahutan Panji. "Enak sekarang, besok yang ada lo usus buntu!"
"Mikir kedepannya, ngga usah stuck di tempat."
Panji mengangguk pasrah, ia tau, menyahuti ucapan Pandu tak akan ada habisnya.
"Ngga usah ngangguk-angguk aja lo! Awas aja lo ulangi!" tekan Pandu. Ia paham bagaimana teman-temannya yang selalu keras kepala.
"Iya, Bambang! Lama-lama gue lempar nih kepala ayam ke lo!" Panji mengangkat semur kepala ayam di genggamannya.
Melihat tingkah Panji, Pandu segera meraih piring rotan di samping kirinya, mengangkatnya setara dengan kepala ayam di genggaman Panji, aba-aba melayangkan nya.
Anggara hanya menatap teman-temannya yang tak mau diam, memakan satu persatu sate telur puyuhnya. "Udah, udah deh." gumamnya, ia mengangkat tusuk sate yang ke 7, mencoba menginfokan pada teman-temannya, bahwa ia telah menghabiskan tantangan Pandu dan Dika.
"Sa, anggur, Sa!" pinta Anggara tak jelas.
Pandu memukul bahu Anggara cukup keras, "Edan, lo udah makan banyak!"
"BB lo naik, galau, yang repot kita." imbuhnya.
"Di sini ngga ada anggur," Mahesa menyahuti permintaan Anggara yang tak jelas. "Nih minum, ngga usah lo paksa." tangannya mengulurkan segelas besar air hangat.
Anggara memiliki kebiasaan buruk, ia akan seperti seseorang yang kehilangan akal apabila dirinya makan melebihi kapasitas normal menurutnya.
Juara Atlet renang ini, terkadang akan emosi saat berat badannya naik. Anggara pikir, sebagai atlet itu harus memiliki tubuh yang sehat, ideal, dan sempurna. Anggara terlalu menuntut dirinya sendiri.
Anggara menerima pemberian Mahesa, "Thanks."
Mahesa kembali meninggalkan teman-temannya yang berada di tikar. Kakinya melangkah menuju ke gerobaknya, kedua tangannya ia masukan kedalam saku celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMARADERIE || 7Dream's (SEGERA TERBIT)
Novela JuvenilMemiliki impian yang begitu tinggi bukanlah masalah besar, justru masalah besar tersebut berada pada titik jiwa yang tak yakin dengan impian tingginya. "Besar impiannya, maka harus besar pula usahanya." Semua orang berhak bermimpi, berhak menentuka...