Happy Reading, Dear 💕
_________
Hari-hari sebelumnya, Dika pasti akan menuju ke angkringan Mahesa setelah pulang sekolah, entah untuk membantu atau justru merecoki pekerjaan Mahesa. Namun, kini tak lagi sama, Dika enggan menemui Mahesa, sebab Mahesa lah yang membuat dirinya akan dipindahkan ke London.
Sore ini, Dika kehilangan semangat belajarnya, sebab dirinya pikir, belajarnya tidak akan ada hasilnya, belajar tidak belajar ia akan tetap dipindahkan ke London. Dika memaksa Chrysan dan Anggara untuk ikut bersama dirinya, mendinginkan kepala di café langganan mereka.
Dika belum memberi tau mengenai dirinya yang akan dipindahkan ke London ke teman-temannya, bahkan tiap kali Anggara maupun Chrysan menanyakan hal terkait masalahnya dengan Mahesa, ia akan bungkam dan mengalihkan topik pembicaraan.
Chrysan cukup muak dengan tingkah Dika yang tidak mau menceritakan kebenarannya pada dirinya dan Anggara, namun temannya itu selalu membahas masalahnya.
Anggara tak membuka pembicaraannya lagi setelah pertanyaannya ditolak kasar oleh Dika.
"Gue masih ngga nyangka aja,"
"Padahal gue ngga pernah perhitungan ke dia, bego banget gue, ngga bisa ngeliat kondisi dia yang munafik." Dika menatap Chrysan dan Anggara bergantian, mencari perhatian dari mereka.
"Coba bayangin kalau kalian yang di posisi gue,"
Chrysan menatap Dika malas, "Ya lagian lo ngga kasih tau cerita dari awal ke kita, gimana kita mau memposisikan keadaan lo?" sahutnya ketus.
Dika berdecak kecil, "Tck, males gue bahas itu."
Chrysan membanting ponselnya ke atas meja, "Ya kalau lo males, stop bahas Hesa!"
"Kalau lo terus-terusan jelek-jelekin Hesa ke kita, tapi lo ngga kasih tau awal mula masalahnya, ya buat apa?!" Emosi Chrysan sudah terpancing, Dika benar-benar membuat dirinya justru tak suka pada Dika.
Anggara mendekati tubuh Chrysan, kemudian ia berbisik. "Harusnya 'kami' bukan 'kita', Dodol."
"Kita berarti sama Dika, kalua kami berarti ya kita berdua aja." tegur Anggara pada ucapan Chrysan yang salah.
Anggara masih bisa menyempatkan bertingkah demikian rupa, padahal Chrysan sedang diambang amarah.
Chrysan mendorong Anggara, ia tak mau mempedulikan hal itu terlebih dahulu.
Dika hanya memandangi ke duanya acuh, ia justru tersinggung dengan ucapan Chrysan.
"Jadi lo ngebela Hesa?!" Jelas Dika sewot, sebab Chrysan seolah-olah lebih memilih Mahesa dibanding dirinya.
"Ya kalau gue ngga tau motifnya apa, dan lo malah ngelak gini, ya itu sama aja lo bermasalah, Dik!"
"Lo kekanak-kanakkan banget tau ngga?" ucap Chrysan sekenanya.
Anggara yang mendengar perdebatan Chrysan dan Dika jelas ikut terpancing emosi, ia pikir, kalau mereka hanya berdebat dan menyalahkan seperti ini, yang ada masalah itu justru akan beranak.
"Dik," Ponsel Anggara diletakkan di atas meja, artinya fokusnya sudah sepenuhnya tertuang.
Anggara menahan ucapannya, ia memandangi Dika seperkian detik.
Chrysan hanya menatap Anggara dari samping dan sesekali memandangi Dika yang duduk menghadap ke dirinya dan Anggara.
"Lo kasih tau ke kita, apa aja yang Papah lo bilang ke lo, atau ceritain kenapa lo semarah itu sama Hesa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMARADERIE || 7Dream's (SEGERA TERBIT)
Fiksi RemajaMemiliki impian yang begitu tinggi bukanlah masalah besar, justru masalah besar tersebut berada pada titik jiwa yang tak yakin dengan impian tingginya. "Besar impiannya, maka harus besar pula usahanya." Semua orang berhak bermimpi, berhak menentuka...