Tawa Yang Tertikam

49 17 9
                                    

Happy Reading, Dear 💕

Hai Hai, adakah yang merindu?

Dengan anak-anak Camaraderie,
ataukah dengan ciptaan Tuhan
yang mampu ditatap mata?

Dan lagi, Camaraderie aku ikut sertakan
ke dalam perlombaan di Teori kata Publishing.
Aku harap, nanti bisa di buku-kan ya,
Dan, jangan lupa membeli dan memeluknya, Sayang.

🤍🤍🤍

___________

Gempulan asap kopi yang menguap, dibarengi dengan banyaknya tawa dari berbagai jiwa. Malam yang seharusnya dingin, kini tak lagi mempan pada teman-teman Mahesa.

Walau, Mahesa tak terus ikut bermain, pemuda itu tetap ikut serta tertawa. Bahkan, pelanggannya tak jarang ikut tertawa, melihat tingkah teman-temannya yang begitu lucu.

"Oke, Nyok! Gue angkut tuh kepala ayam! Yang bayar Abbas!" Semangat Panji semakin menggelora setelah mengalahkan Abbas, Laki-laki itu berseru lantang pada Mahesa.

Abbas justru meng kasihani dirinya sendiri, sebab sudah dua kali ia kalah, Dika dan Panji berhasil mengalahkan dirinya.

"Ah, lo mah bego di permainan, jago di sekolah doang." Pandu mengacungkan ibu jarinya terbalik, mengejek Abbas yang terkalahkan.

Abbas menatap Pandu sengit, "Oke lah, sini lo lawan gue!" tantang Abbas penuh berani.

Pandu mentertawakan Abbas remeh, "Oke! Kalau gue menang, lo bayari susu jahe gue!"

"Dan! Kalau gue yang menang, lo bayari tuh makanan yang di makan Dika sama Panji!" timpal Abbas, mencari akal biar tak keluar uang banyak.

"GASS, DOTT!" Pandu mendapat dua suara dari temannya, Anggara dan Dika.

Chrysan menepuk bahu Abbas, memberi acuan semangat pada temannya. "Kalau lo menang, gue traktir bakso deh besok."

Mendengar tawaran Chrysan, tentu saja Abbas semakin semangat dibuatnya.

Kini, Abbas dan Pandu sudah berhadapan. Keduanya saling menatap, tatapan sengit dan penuh selidik memenuhi keduanya.

Abbas dan Pandu sama-sama menarik lengan kanannya ke atas, merahasiakan jari-jarinya, menyiapkan jari andalannya.

"KERTAS, BATU, GUNNN-TING!"

Setelah kata 'Ting' terdengar, Abbas maupun Pandu mengulurkan bentuk jari andalannya secara bersamaan.

Pandu dan Abbas sama-sama mengeluarkan jari berbentuk batu, yang artinya nilai keduanya sama.

Penonton kecewa, Dika cukup heboh melihat persamaan Abbas dan Pandu.

Mahesa yang sedang membuat kopi, ikut kecewa, laki-laki pembelinya pun cukup kecewa dengan hasil Abbas dan Pandu.

Lagi, sang pemain kembali menarik lengannya ke belakang, merahasiakan jarinya.

"KERTAS, BATU, GUNNN-TING!"

CAMARADERIE || 7Dream's (SEGERA TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang