"LARI!" Zarka dan Rea yang sedang sibuk memakan perbekalan terdistraksi karena melihat monster besar muncul dari balik semak-semak tinggi.
Zarka mengajak Rea untuk kabur, tapi anak perempuan itu malah termangu melihat monster raksasa di depannya. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya dia melihat harimau seukuran gajah. Satu langkah dari Cigau setara dengan 1,5 meter membuat gerakannya menjadi sangat cepat saat berlari.
Dan sekarang monster mengerikan itu berlari ke arah Zarka dan Rea.
Zarka menggoyang-goyangkan bahu Rea agar sadar. "Rea come on!" Rea tetap mematung, jantungnya berdegup kencang, sulit baginya merespon situasi ini. Zarka menarik tangan Rea, menyeretnya hingga keluar dari belakang pos.
Cigau tidak melewatkan kesempatan untuk mengejar. Zarka yang memimpin pelarian mengambil langkah cerdas dengan melewati jalan yang penuh akan dedaunan rimbun. Lalu berhenti, bersembunyi di balik batu berukuran besar yang membantu menutupi jejak mereka.
Zarka menatap Rea lembut menenangkan. "Rea, it's okay!" Saat ini Rea sangat terguncang membuat suara napasnya terdengar sangat berat dan tidak beraturan.
"Kita pasti selamat kan? Lo tahu sendiri gue bawa pisau yang bisa jadi senjata ampuh buat kita," Rea tergagap hingga mengatakannya dengan nada yang tidak beraturan.
Zarka mengangguk mengiyakan, "Iya gue tahu Re, sekarang lo tenang dulu,"
"Kita nggak akan mati kan? Kita bisa lawan monster itu bareng-bareng!" Semua kata-kata itu hanya 'asal bunyi' karena sebenarnya Rea hanya ingin menenangkan diri.
"Iya pasti bisa," Zarka terus menenangkan Rea mengusap bahunya perlahan.
Air mata Rea turun deras, dia jarang menunjukkan kelemahannya. Namun Zarka selalu menjadi yang paling peka saat dia merasa sedih meskipun dia telah menyembunyikannya. Seperti saat melakukan api unggun kemarin malam, Rea bersembunyi untuk menangis agar tidak dikeahui oleh siapapun. Tapi Zarka malah menghampirinya, membawakan segelas coklat hangat untuk menenangkan pikirannya.
"Pelankan suaramu sebentar saja, boleh?" Zarka meminta izin karena suara tangisan Rea semakin kencang. Padahal cukup memberitahunya Rea juga akan langsung diam.
Rea mengangguk, hal ini bukan lain karena terdengar dengusan Cigau yang mencari mereka. Seperti yang kalian ketahui Cigau memiliki indra penciuman yang sangat tajam.
"Listen to me, punya parfum?" tanpa perlu jawaban Rea langsung mengambil parfum dari ranselnya. "Nanti gue bakal semprotin ini buat mengecoh dia, lo harus lari secepat-cepatnya, ngerti?" Zarka membuat rencana dadakan.
Tanpa sadar Cigau telah tepat berada di belakang mereka, bau manusia mudah terdeteksi olehnya. Tanpa berpikir panjang, Zarka melemparkan parfum yang terbuat dari kaca itu jauh hingga ke belakang Cigau.
Parfum menabrak pohon, lalu pecahannya jatuh berkeping-keping ke tanah. Aroma Citrus semerbak memenuhi indra penciuman. Cigau mendekatinya, bau citrus menyengat menyamarkan bau dua manusia yang sedang mengambil langkah untuk kabur.
"Pergi, pergi, pergi!" Zarka mendorong Rea agar segera kabur dari persembunyian. Mereka berlari meninggalkan Cigau di belakang, namun prediksi mereka salah.
Pada umumnya, hewan seperti harimau memiliki indra pendengaran yang tidak kalah tajam. Karena mereka berlari, suara itu memberi Cigau informasi keberadaan mereka. Dengan cepat Cigau menyusul, mencakar punggung Zarka. Cakarannya membuat goresan luka akibat ahool semakin terbuka. Zarka tersungkur ke tanah sementara Cigau melupakannya dan beralih mengejar Rea. Zarka berpikir keras apa yang harus dilakukan.
Saat itulah dia melihat sarang Oecophylla smaragdina yang membuat rumah di daun pohon. Semut ini dikenal akan keagresifan mereka dalam melumpuhkan serangga lain. Zarka mengambilnya dengan tangan kosong lalu melemparnya ke arah Cigau.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMENSION OF NUSANTARA (JAKE)
FanficKetika benda-benda langit tiba-tiba mendekat ke Bumi dunia terperangah. NASA dan lembaga penelitian global lainnya berlomba-lomba mencari jawaban atas fenomena anomali ini, namun hasilnya nihil. Di tengah kebingungan ini, Aksara, seorang mahasiswa f...