BAB 13 - MISSION

86 15 2
                                    

Concept Trailer Dimensions Of Nusantara :

https://vt.tiktok.com/ZS2jyAnFM/

(Disini gabisa masukin video huhu, jika berkenan silahkan dilihat dan kasih pendapat kalian tentang videonya yaaaa)
.
.
.

Semua orang memperhatikan dengan seksama saat Aksara mengotak-atik hologram di depannya. Aksara mengerutkan alisnya di depan layar holografik yang menampilkan peta wilayah Indonesia, menunjukkan data yang pernah dia kumpulkan mengenai fluktuasi energi di beberapa tempat yang melebihi batas normal.

"Bagian-bagian yang sudah ditandai adalah fluktuasi energi atau perubahan energi yang mendadak. Perubahan energi yang besar ini adalah dampak dari tabrakan dimensi yang menyebabkan portal-portal terbuka. Maka dari itu, kita harus menetralkan energi ini sebelum dampaknya meluas," ucapnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.

Raga, yang duduk di sebelahnya, mengangguk paham. "Tapi bagaimana caranya?"

Aksara memutar peta holografik dan menunjukkan beberapa titik yang berkedip merah. "Ada beberapa tempat penting yang harus kita kunjungi. Fluktuasi energi ini tampaknya terkait dengan sejarah di tempat-tempat tersebut. Kita bisa menggunakan perangkat stabilisasi yang telah aku rancang untuk menetralkan energi berlebih."

"Perangkat stabilisasi?" Raga tampak kebingungan. "Gue tahu lo jenius, tapi alat yang lo buat bisa saja malah mengacaukan atau lebih buruk. Alat itu belum teruji."

"Iya, jangan ambil risiko. Di sini, yang berada dalam ranah fisika cuma lo. Nggak ada yang bisa memvalidasi apakah perangkat itu memang bisa menyeimbangkan energi atau nggak. Ini nggak aman," imbuh Rea.

Alasan mereka tidak setuju bukan asal bunyi semata. Sebagai bagian dari Universitas Branakala, yang digadang-gadang sebagai universitas top di Indonesia, mereka adalah mahasiswa yang selalu melakukan penelitian yang aman dan berada di bawah pengawasan kampus.

Melihat Aksara yang melakukan semuanya sendiri tanpa masukan dari peneliti lain dalam ranahnya membuat mereka semua was-was. Biasanya prototipe harus melalui berbagai tahapan pengujian sebelum digunakan dalam situasi nyata, terutama jika prototipe itu berpotensi menimbulkan risiko besar. Pengujian melibatkan simulasi, eksperimen laboratorium, dan uji lapangan.

Aksara tidak menjawab, dia pergi mengambil perangkat itu, sebuah alat berbasis hovering device. Hovering device merujuk pada perangkat yang bisa melayang, bahkan perangkat itu dilengkapi sensor sebagai penyempurna. "Gue tahu kalian khawatir, tapi perangkat ini udah gue uji coba berkali-kali dan berhasil. Dia tidak akan membahayakan pengguna maupun lingkungan di sekitarnya."

Perangkat itu mulai bergerak melayang di atas mereka. Sensor bagian depannya berkedip-kedip kehijauan, sebagai tanda tidak ada fluktuasi energi yang berlebih di sekitar sini. Aksara menatap bangga hasil karyanya. "Perangkat ini bekerja pada level subatomik, mengendalikan energi yang tidak stabil. Dia dapat memanfaatkan resonansi kuantum untuk menetralkan fluktuasi yang mempengaruhi dimensi kita."

Raga mulai setuju, melihat betapa menjanjikannya penjelasan Aksara. Bahkan perangkat itu nampak keren di matanya. Berbeda dengan Rea yang masih kekeh dengan pendapatnya.

"Yang buat lo, yang nguji juga lo? Lucu." Rea tetap tidak setuju.

"Tidak ada siapapun yang bisa membantu, jadi gue safety testing sendiri. Lo mau coba buktiin juga?" Aksara menjawab penolakan Rea dengan santai, menyerahkan remote control kepada Rea.

Rea tidak menerimanya. "Ya enggak, gue nggak bisa. Tapi minimal ada pihak yang berwenang melakukannya, apalagi ini masih prototipe dan bisa membahayakan seluruh negara jika risikonya terjadi."

DIMENSION OF NUSANTARA (JAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang