empat

131 11 0
                                    

.
.
.

𝑻𝒚𝒑𝒐 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒆𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏!!

𝑴𝒂𝒌𝒍𝒖𝒎𝒊𝒏 𝒂𝒋𝒂
𝑫𝒊𝒅𝒖𝒏𝒊𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒈𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒎𝒑𝒖𝒓𝒏𝒂 :)

»»————> 𝒉𝒂𝒑𝒑𝒚 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 <————««

.
.
.

Vano tidak menyerah, dia tetap duduk didepan ruangan Vani menunggu ayah dan saudaranya keluar dari ruangan itu.

"Ceklek" pintu terbuka menampilkan dua orang yang sedang berjalan keluar

" Yah izinin vano masuk ya, untuk terakhir kalinya vano mau ngeliat bunda" - mohonnya dengan wajah menahan tangis

"Sudah ku bilang aku tidak akan mengijinkan pembunuh sepertimu, menemui istri ku" - ucap Bagas

Vino yang melihat pertengkaran dua orang didepannya tanpa ada niat membantu sama sekali dia hanya diam
Sebenarnya dia kasihan terhadap saudara kembarnya, tapi dia juga marah karna gara-gara vano orang tuanya meninggal, lebih tepatnya orang tua mereka

"Ayah vano mohon untuk terakhir kalinya vano mau liat wajah bunda, vano mau ngomong sama bunda, Vano mau minta ma~~"

"SEKALINYA KUBILANG TIDAK YA TIDAK"

"Kamh mghak KUIZINI UNTUK MASUK MENEMUI ISTRIKU, SEKALIPUN ITU KE PEMAKAMANNYA. KAMU NGGAK PERLU HADIR VANO" Bentak sang ayah membuat vano terdiam

Apa vano tidak akan masuk? Bukan vano namanya jika mematuhi perintah orang lain.

Tanpa mengatakan apapun ia langsung menerobos masuk tapi dengan cepat Bagas menahan tangannya dan memukul vano

"Bugh" -bagas menendang perut vano

Sudah kukatakan jangan temui istriku .

Vano menatap ayahnya dengan perasaan kecewa dan marah .

"Ayah boleh pukul aku semau ayah, ayah boleh hukum aku seberat apapun itu aku terima. asalkan izini aku untuk ketemu bunda untuk terakhir kalinya".

"Sudah kukatakan jangan temui istriku" -bagas.

Ia menahan badan vano agar vano tidak masuk kedalam ruangan sang istri.

Petugas rumah sakit berjalan menuju ruangan Vani,
"Pak maaf apa anda sudah melihat almarhumah untuk terakhir kalinya" -petugas RS.

"Sudah sus" jawab Bagas.

"Suster tolong jangan pindahkan dulu bunda saya, saya belum menemui bunda saya" -vano.

"Semua sudah menemui almarhumah sus, tolong pindahkan almarhum secepatnya".

Petugas itu mengangguk tanpa memedulikan teriakan vano yang memohon agar tidak membawa bundanya.

Lalu petugas rumah sakit keluar dari ruangan Vani untuk memindahkannya ke ruang jenazah.

Vano yang melihat bundanya dengan keadaan semua tubuh tertutup memberontak agar Bagas melepaskan nya namun semakin ia memberontak semakin kuat Bagas menahannya.

"Bunda...." - gumamnya dengan air mata yang enggan berhenti dari ia sampai dirumah sakit hingga sekarang.

" LEPAS, LEPASKAN AKU BRENGSEK , KU BILANG LEPASKAN "- vano.

"Bunda tunggu vano..." -gumamnya dengan suara pelan.

Vano meremat dadanya saat merasakan sesak. Bagas Masi menahan tubuhnya dengan erat, ia tidak menyadari jika vano kesusahan bernapas.

LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang