Apa Musik Kesukaan Excel? Cell-o!

268 42 31
                                    

Bapak akhirnya tidur di ruang tamu ketika Ibu masih marah-marah karena tidurnya terganggu tadi malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bapak akhirnya tidur di ruang tamu ketika Ibu masih marah-marah karena tidurnya terganggu tadi malam. Yah, sebenarnya Ibu tidak mengusir Bapak, tapi Bapak merasa bersalah. Jadi pria itu memilih tidur di luar agar Ibu bisa istirahat dengan nyaman dan tidak tiba-tiba menjadi guling.

Azan Subuh berkumandang ditemani suara desis minyak menggoreng sesuatu di dapur. Namun, Bapak memilih langsung kabur ke masjid bersama ketiga anaknya.

Mereka masih ingin menghirup udara esok hari!

Semua kompak berdoa di pagi yang teduh itu agar Allah memberikan jalan keluar supaya Ibu tidak stres dan marah-marah lagi. Wanita yang tadinya hampir tidak pernah marah menjadi sangat sering ngamuk, memang patut dikhawatirkan. Belum lagi urusan marah berkepanjangan kabarnya bisa menyebabkan penyakit susulan seperti serangan jantung atau bahkan stroke. Tidak ada satu pun orang di rumah itu yang ingin Ibu sampai kenapa-kenapa.

"Kita harus gimana pas sarapan?" Yudhis membuka pembicaraan saat mereka berjalan beriringan pulang.

"Serahkan semua sama Bapak. Semalam Bapak sudah ada ide. Tugas kalian hanya tinggal mendukung apa yang Bapak katakan." Bapak menepuk dadanya bangga.

"Rencana apa, Pak?" Bima bertanya khawatir.

Bapak hanya tertawa dan berkata kalau nanti saja saat ada Ibu. "Bapak capek kalau jelasin dua kali. Nggak dibayar pula."

Sorakan ketiga anaknya menjadi reaksi kalimat barusan.

Tidak ada siapa-siapa di ruang dengan meja makan panjang dan lima kursi bersandaran tinggi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada siapa-siapa di ruang dengan meja makan panjang dan lima kursi bersandaran tinggi itu. Biasanya, Ibu akan menyambut Bapak pulang dari masjid dan mengajak sarapan bersama. Ruangan yang didominasi warna putih itu senyap. Kekosongan kali ini membuat bulu kuduk keempatnya meremang.

"Kita makan duluan apa tunggu Ibu?" perut Bima berbunyi.

Yudhis melotot dan baru saja akan membuka mulut ketika suara dehaman Ibu lagi-lagi membuat semua terdiam.

"Kenapa bengong di sana? DUDUK!"

Keempatnya langsung berhamburan ke kursi masing-masing.

Ibu hari ini mengenakan daster ungu kesayangannya dengan rambut panjang yang diikat satu di bawah tengkuk. Dia membuka tudung saji dan memperlihatkan sepiring tahu dan tempe goreng. "Masing-masing maksimal makan empat potong! Kecuali Bima boleh enam. Dia butuh protein lebih banyak dari yang lain."

END TABUNGINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang