Apa yang Bikin Cowok Menangis? Dompet Kosong di Akhir Bulan

127 32 22
                                    

Suara salam yang terdengar membuat Bapak langsung keluar sementara Ibu menunggu bergegas mengenakan jilbab karena khawatir kalau Pak RW lah yang tiba-tiba datang menyidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara salam yang terdengar membuat Bapak langsung keluar sementara Ibu menunggu bergegas mengenakan jilbab karena khawatir kalau Pak RW lah yang tiba-tiba datang menyidak. Ibu bergegas keluar ke ruang tamu setelah rapi berpakaian sembari membawakan tiga teh hangat dan sepiring camilan.

Betapa terkejutnya Ibu melihat siapa yang datang. Sesosok pria berjanggut lebat dan wajah tampan dan teduh sedang duduk di sofa di hadapan Bapak. Di sisi lain, Bapak tampak antusias mendengarkan apa yang dikatakan pria itu.

"A-assalamu'alaikum," Ibu menyapa dengan gugup. Sementara Juna memilih diam di kamarnya dan Bima pamit untuk mengantar pesanan.

"Bu, perkenalkan, ini Ustad Hadi, yang biasa jadi imam salat Jumat dan mengisi pengajian di masjid kompleks kita." Bapak bersemangat sekali menjelaskan. "Ini istri saya, Ustad."

Ustad Hadi hanya mengangguk sedikit dan Ibu pun duduk di sisi lain sofa.

"Jadi, seperti yang sempat saya bicarakan dengan Bapak, kalau saya berniat untuk membantu Bapak dan Ibu memulihkan nama baik kedai rujak cingur ini. Tentu tidak dipungut biaya sedikitpun karena saya sudah lama kenal Bapak yang selalu aktif di pengajian kompleks. Rasanya mustahil kalau sampai nekat berjualan babi."

Ibu mengangguk dengan keras dan penuh semangat sampai kepalanya mirip mainan per jamur yang ditempel Bapak di dashboard mobil. Bapak pun langsung mengucap banyak-banyak terima kasih atas kesediaan Ustad Hadi untuk membantu. Apalagi tanpa memungut bayaran apa pun.

"Bagaimana dengan jumlah pesanan sore ini?" Ustad Hadi kembali

Bapak menarik napas panjang, "Jelas berkurang jauh, Ustad. Alhamdulillah 'ala kulli hal. Fitnah ini menghancurkan reputasi kami. Padahal, kami selalu memastikan semua bahan yang kami gunakan adalah halal."

Ibu, yang duduk di sebelah Bapak, mengangguk setuju. "Benar, Ustad. Kami tidak pernah menyentuh yang haram. Tetapi warga sudah percaya dengan fitnah itu. Pelanggan kami mulai menjauh. Tapi, alhamdulillah ada order lagi setelah anak saya membuat behind the scene viseo saat masak."

"Justru saya ke sini juga gara-gara video itu dan mendengar kisah lengkapnya dari Pak RW." Ustad Hadi kembali tersenyum. "Jadi, saya akan coba beli satu porsi, nanti saya akan review jujur."

"Oh, saya beri saja, Ustad! Tidak perlu memberi!" Ibu tampak bersemangat.

Namun, Ustad Hadi menggeleng. "Saya ingin menilai secara jujur dan saya ingin menggunakan uang saya sendiri agar lebih netral."

Bapak dan Ibu pun menyetujui ide itu. Atas usulan Ustad Hadi, keduanya memperlihatkan bagaimana proses pembuatan cingur langsung di dapurnya. Ustad Hadi pun merekam menggunakan ponselnya sendiri.

Ibu menunjukkan bagaimana dirinya mempersiapkan bahan-bahan. Dari memilih cingur yang segar dan halal, hingga memasak dengan bumbu-bumbu tradisional.

"Ini adalah bahan-bahan yang kami gunakan. Semua halal dan segar," kata Ibu sambil menunjukkan cingur yang sudah dibersihkan dan siap dimasak. Ponsel Ustad Hadi merekam setiap langkah dengan detail, memastikan tidak ada yang disembunyikan.

END TABUNGINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang