Meminta Maaf Meski Nggak Salah Dapat Mencegah Terjadinya Perang Dunia

376 52 37
                                    

Di pintu pembatas ruang tamu dan ruang keluarga, berdiri wanita yang memakai gamis ungu dengan jilbab bergo panjang warna senada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di pintu pembatas ruang tamu dan ruang keluarga, berdiri wanita yang memakai gamis ungu dengan jilbab bergo panjang warna senada. Perempuan bertubuh kurus tinggi itu berkacak pinggang garang. Aura gorila ngamuk langsung terasa mencekik semua manusia berjenis kelamin laki-laki yang ada di sana. Keempatnya serentak berdiri tegak seperti sedang melakukan apel pagi di hari Senin.

"Ta-tadi Ibu bilang 'terserah' pas Yudhis tanya mau makan piza nggak?" Suara Yudhis lebih mirip cicitan daripada jawaban. Mampus gue! Mampus gue! batinnya menjerit.

Pelototan Ibu langsung terasa menusuk-nusuk hingga Yudhis terhuyung satu langkah ke belakang.

"Ibu bilang terserah mau disisa berapa, bukan berarti nggak dikasih sepotong pun!!!"

Bapak bisa merasakan kengerian yang luar biasa seperti berhadapan dengan pembunuh bayaran yang siap menghabisi musuh-musuhnya dalam sekali tebas.

"Yu-Yudhis bisa bikinin lagi!" Bapak berusaha menengahi. "Iya, kan, Yud?"

Yang ditunjuk hanya mengangguk pasrah. Daripada dibunuh di ditempat, Yudhis berpikir lebih baik menunda waktu sampai piza selesai dibuat. Itu juga kalau....

"Ibu udah nggak mood!"

Nah, kan! Yudhis mau menepuk jidat lebarnya, tapi ditahan kuat-kuat.

"Bodo!" Ibu berdecak dan berjalan dengan langkah lebar penuh kekesalan melewati ruang tengah menuju dapur.

"Gimana, sih, Bang?!" Juna yang paling awal melemparkan protes. "Kok bisa-bisanya nggak kasih buat Ibu?"

"Lha Ibu biasanya nggak mau soalnya lagi diet. Lagian, Ibu baru pulang dari arisan RT yang banyak makanan, kan?" Yudhis masih berusaha membela diri. Enak aja udah capek-capek bikin piza masih juga disalahin! Tidak Sudi!

"Udah, sekarang Abang bikinin aja, deh!" Bima mengibaskan tangannya mengusir Yudhis secara halus menuju dapur.

Tentu saja Yudhis masih bergeming. Bukan karena dia malas memasak atau kehabisan bahan, tapi siapa yang berani mendekati Ibu yang sedang dalam mode WWE itu. Bukankan itu salah satu tindakan bunuh diri?

"HANDUK SIAPA YANG ADA DI KURSI SETRIKAAAAAN?!!!"

Tuh, kan!

Wajah Juna memucat dan tanpa dikomando langsung berlari ke belakang untuk menyambar handuk dan bergegas menjemurnya di halaman belakang.

"BIMAAAA!!! HABIS CUCI PIRING, LUBANG PEMBUANGAN TUH DIBERSIHIN!!!"

Kali ini Bima yang menepuk jidatnya dan ikut menyusul adiknya ke dapur.

Sementara itu, Bapak dan Yudhis saling bertatapan dengan ekspresi penuh kekhawatiran.

Sayonara .... Juna.... Bima...!

Belum sempat Bapak memikirkan cara untuk merayu Ibu, suara langkah tegap mendekat. Ibu menunjuk ke arah meja. "ITU HABIS MAKAN PIZA, GELAS NGGAK DIBERESIN, HAH?"

END TABUNGINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang