Kalau Diam Itu Emas, Kita Harusnya Udah Kaya Dari Dulu

216 41 36
                                    

Bapak masih memandangi layar laptopnya dengan gamang di sofa ruang tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bapak masih memandangi layar laptopnya dengan gamang di sofa ruang tamu. Malam sudah tiba, tapi semua masih awut-awutan. Sudah seharian dia duduk diam mengetuk-ngetuk papan ketik memasukkan formula ke Excel sambil mengembuskan napas panjang. Bahkan ketika malam tiba, Bapak masih melanjutkan kebingungannya.

Tiba-tiba Bapak merasakan pijatan lembut di bahunya. "Kenapa, sih, Pak? Udah mulai kena encok pegel linu lemah letih lesu?"

Bapak mendongak dan melihat Juna tampak tersenyum khawatir.

"Enggak. Bapak lagi capek habis berantem sama Excel!" Bapak menyilangkan tangan di depan dada ketika Juna memutari kursi dan duduk di sebelah Bapak.

"Ributin apaan?"

"Uang staycation kita." Bapak memijit-mijit pangkal hidungnya. "Meski Bapak sudah memotong ini dan itu, tetap saja hasilnya nggak nutup biaya staycation berlima dalam tiga bulan."

Juna menatap heran. "Kenapa sih harus buru-buru tiga bulan?"

"Kamu yakin kita masih tetap hidup kalau di atas tiga bulan?"

"HEI! IBU DENGER!"

Bapak dan Juna langsung berkeringat dingin ketika suara langkah panjang dan cepat bergerak ke arah mereka.

"Ucapan itu doa. Kalian pengin cepet pindah ke alam kubur apa?"

"Naudzubilla min dzalik," Bapak dan Juna berseru bersamaan.

"Jadi, kenapa harus dalam tiga bulan?" Ibu menghempaskan tubuh ke sofa di sebelah Bapak.

Bapak memindahkan tab Excel ke browser dan menunjukkan sebuah situs pariwisata. Jarinya menunjuk ke flyer besar yang ada di atas website.

"Ada paket wisata melihat penyu bertelur. Tapi, paling lambat daftar tiga bulan lagi." Bapak mulai menjelaskan. "Habis itu, musim bertelur kelar. Penyunya istirahat sampai setahun bahkan sampai tiga tahun kemudian sebelum balik bertelur." Bapak bergidik.

"PAK!!" Suara jeritan terdengar. "JANGAN SAMPAI TIGA TAHUN LAGI, PAK!!!" Yudhis yang baru masuk rumah sepulang mengajar tampaknya sadar apa yang sebenarnya terjadi. Wajahnya terlihat sangat menderita sambil bersimpuh di kaki Bapak.

Geplakan di kepala langsung dilakukan Ibu sekuat tenaga. Yudhis meringis sambil mengelus kepalanya yang nyut-nyutan ditemani pelototan garang Ibu.

"Memang berapa biaya per orang, Pak?" Juna berusaha menetralkan suasana.

"Mau bahas staycation?" Bima yang juga baru pulang kuliah, ikut nimbrung setelah mengucap salam. Pintu rumah mereka sering terbuka, hingga segala pembicaraan sudah langsung terdengar begitu memasuki pagar.

"Total biaya untuk staycation di Bunaken sekitar 5-10 juta untuk tiga hari dua malam. Tergantung hotel dan semacamnya." Bapak kembali memutar laptop memperlihatkan tabel berisi data harga pesawat, transportasi, uang saku, dan perbandingan antara satu penyelenggara dengan yang lain.

END TABUNGINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang