21 • Kegelisahan

36.7K 2.4K 74
                                    

┌───── •✧✧• ─────┐
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
└───── •✧✧• ─────┘

Sekar menatap langit dengan air mata yang sejak tadi turun membasahi pipinya. Cinta yang ia pendam tidak bisa ia perjuangkan ketika tahu lelaki yang ia cintai tidak mencintainya sama sekali.

"Lalu untuk apa perhatian kamu selama ini, Ji?" Keluh Sekar yang kemudian terisak.

Ranting pohon yang telah rapuh dan jatuh ke tanah terdengar diinjak oleh seseorang, hal itu sontak menarik perhatian Sekar. Mata gadis itu menangkap sosok lelaki yang membelakanginya, dan entah kenapa Sekar mampu mengenali lelaki itu.

"Nathan?"

Merasa dirinya dipanggil membuat Jonathan bernarik napas panjang kemudian berbalik. Salah dia mencari udara ke belakang sekolah, kenapa mereka harus bertemu seperti ini. Sialnya lagi, dirinya yang ingin pergi malah menginjak ranting pohon.

Tanpa banyak bicara Jonathan mendekat ke arah Sekar dan duduk di kursi yang sama meski Jonathan sengaja memberi jarak pada posisinya.

"Kamu ngapain ke sini?"

"Nyari udara."

"Tadi... Jenaya baik-baik aja, kan?"

Pertanyaan Sekar kali ini hanya dibalas deheman oleh Jonathan. Suasana canggung menguasai sekitaran mereka.

Hening, mereka sama-sama terdiam. Sekar tidak tahu lagi harus membuka pembicaraan seperti ini. Sepertinya Jonathan sudah tidak tertarik lagi dengannya seperti dulu.

Sekar yang masih berusaha menghapus jejak air matanya seketika terdiam. Jonathan memberikan tisu mini yang ada di dalam saku seragamnya.

"Gue pergi," pamit Jonathan tanpa membalikkan tubuhnya melihat kondisi Sekar.

Beberapa kali Sekar menarik napas perlahan, ia menatap punggung Jonathan yang semakin lama semakin menghilang. Bahkan sekarang Jonathan tidak lagi menggunakan 'aku-kamu' karena sepertinya lelaki itu memang sudah tidak lagi menyukainya.

"Andai aku punya perasaan sama kamu, Nat. Apa bakalan ada yang beda?" Tanyanya pada Jonathan yang telah pergi.

❁❁❁❁❁

Dina yang tidak melakukan apa pun, merasa bosan. Ia mendatangi butik Namira dan melihat berbagai bentuk baju yang ada di sana. Senyuman Namira terbentuk melihat beberapa baju yang menarik perhatiannya.

"Lo gabut?"

Suara Namira menarik perhatian Dina. "Udah tau, pake nanya," balas Namira ketus, membuat Namira hanya terkekeh pelan.

"Biasa aja kali, Buk," ujar Namira.

"Kalian tau rumor soal dia nggak?"

Bukan suara Namira kali ini, melainkan suara salah satu pelanggan yang baru saja datang. Dina merasa pernah mendengar suara itu, tapi di mana kira-kira ia mendengarnya?

"Rumor apa?"

"Dia itu istrinya Johan Arkawijaya."

Kedua temannya yang mendengar itu kaget bukan main, dari kejauhan terlihat wajah kedua orang ia begitu terkejut. "Serius kamu? Bukannya istri Johan itu seperti gembel?"

"Bener banget, beberapa bulan lalu waktu pesta bisnis aja dia pakai gaun edisi tahun lalu. Malu banget nggak, sih? Aku jadi istrinya Johan sudah pasti beli apa aja!"

"Aku nggak tau pasti, tapi katanya begitu. Johan pernah ikut dia pemotretan."

Salah satu dari mereka menggeleng tidak setuju. "Aku ketemu dia di sekolah anak aku aja gayanya nggak banget! Terlihat norak!"

IBU ANTAGONIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang