48 • Para Orang Tua

17.7K 1.7K 134
                                    

┌───── •✧✧• ─────┐
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
└───── •✧✧• ─────┘

Sebuah acara pernikahan yang sudah direncakan berlangsung dengan lancar. Tidak banyak yang hadir, hanya orang terdekat saja yang memang diundang, Owen dan Namira tidak berniat mengundang banyak orang di hari kebahagiaan mereka.

 Tidak banyak yang hadir, hanya orang terdekat saja yang memang diundang, Owen dan Namira tidak berniat mengundang banyak orang di hari kebahagiaan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dina terharu melihat pemandangan di mana kedua sahabatnya mengikat janji suci dan telah resmi menjadi pasangan suami istri.

"Lo sedih gegara gue nikah atau karena Nathan masih ngambek?"

Perasaan haru yang menghampiri itu seketika hilang saat mendengar nada mengejek dari Namira, bola mata Dina memutar karena kesal.

"Malah diingetin lagi," balas Dina malas.

Arah pandang Dina kini tertuju kepada Jonathan yang sedang asik berbincang dengan Owen, terlihat senyuman tulus dari Jonathan yang membuat Dina ingin bersedih menjadi ikut tersenyum.

Senyuman Nathan memang vitamin buat aku. Dina sangat bangga memiliki anak seperti Jonathan, semoga saja Jonathan akan kembali seperti biasanya dan tidak merajuk lagi.

"Cuma natap dari jauh?"

Sindiran itu sekali lagi membuat Dina menjadi kesal, ia menatap Namira yang memberikan cengiran khas miliknya.

"Ini manten baru berisik banget," balas Dina kesal.

Namira terkekeh, ia merangkul sang sahabat. "Semangat dong, bayangin aja dulu Nathan jadi abang yang bucin adeknya," kata Namira dengan alis yang naik dan turun.

Dina menghela napas panjang. "I try, gue udah coba pikir yang baiknya aja. Tapi..." Dina menggantungkan ucapannya. "Nathan gue nggak kayak dulu, Nam. Gue kangen dia yang manggil gue dengan semangat, gue..."

Namira memegangi kedua bahu Dina, mereka saling menatap satu sama lain dengan intens. "Nathan lo cuma ngambek sebentar, percaya sama gue."

Ketika mulut Dina ingin membalas ucapan Namira, sentuhan pada kepalanya membuat Dina berpaling. Terlihat Johan yang menatapnya dengan senyuman tipis.

"Kenapa, hm?"

Dina melirik ke arah Jonathan yang terus mengalihkan pandangannya ke arah lain, senyuman yang dipaksa itu terlukis. Dina menggeleng pelan sebagai respon.

"Dina kenapa?" Bisik Owen yang sudah berada di samping istrinya.

"Jauh-jauh sana, kamu bau!" Protes Namira sembari mendorong bahu suaminya.

Owen memanyunkan bibirnya karena dorongan tersebut. "Aku mau deketin anak aku, bukan kamu."

"Alasan." Namira memutar bola matanya jengah.

"Jadi suami istri itu yang akur, berantem terus," ujar Johan yang gemas melihat tingkah laku dua sahabatnya.

"Bacot," balas Owen dan Namira secara bersamaan.

IBU ANTAGONIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang