05 • Dia Jenaya

60.3K 3.1K 53
                                    

┌───── •✧✧• ─────┐
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
└───── •✧✧• ─────┘

Seorang Jonathan saat ini sedang asik menghabiskan waktu bersama seseorang yang baru saja ia temui hari ini. Jenaya Estiana, gadis cantik yang sejak tadi membicarakan hal apapun dengan senyuman cerah yang ia miliki.

"Enak, nggak?"

Nathan menatap Jenaya ketika mendapat pertanyaan tersebut. Kepala lelaki itu mengangguk pelan. "Enak," tatapan teduh ia berikan untuk Jenaya.

"Tuh, kan! Di sini baksonya enak banget tau, kak." Jenaya begitu semangat dalam nada bicaranya.

Sekarang ini mereka berada di warung makan, pinggir jalan. Warung yang menyediakan menu bakso dan juga mie ayam. Langgangan Jenaya.

Meski tahu jika Nathan memberikan buku tersebut tanpa imbalan apapun, Jenaya tetap ingin membalasnya dengan mentraktir Nathan makan malam di warung langgangannya.

"Lo, biasa makan di sini?" Jenaya menggangguk mantap. "Langgangan aku semasa kecil, hehe."

"By the way, makasih banyak ya, kak. Bukunya akan aku simpan dengan baik!" Kata Jenaya tanpa menghilangkan senyuman indah di wajahnya. "Sama-sama," balas Jonathan yang ikut tersenyum, meski sangat tipis.

Nathan sesekali melirik ke arah Jenaya yang terlihat begitu semangat menyuap setiap bakso yang ada di depannya. Seperti anak kecil saja.

"Kalo kakak suka sama makanan pinggir jalan, aku banyak rekomendasi," kata Jenaya.

Kepala Nathan mengganguk pelan, ia kembali tersenyum melihat Jenaya. "Sudah? Yuk, gue antar pulang." Jenaya melihat makanannya yang sudah tak tersisa.

Nathan membayar makanan tersebut. "Pak, kembaliannya ambil aj-"

"Loh, kak? Aku yang traktir," protes Jenaya. "Biar gue. Yuk, pulang." Nathan menarik lengan Jenaya untuk mereka bersiap pulang. Nathan tidak menerima bantahan.

Sepanjang perjalanan Nathan menatap lurus ke depan. Kini, Jenaya sudah ia antar dengan selamat sampai tujuan. Pikiran akan senyuman gadis itu membuatnya lupa akan senyuman Sekar.

Sekarang Sekar pasti sedang bersama Kenji.

Hati Nathan sedikit tidak nyaman akan rasa tidak suka yang hadir ketika mengingat Kenji. Apa dia harus mundur tanpa harus berjuang lebih untuk Sekar? Bahkan Sekar sepertinya tidak ada respon apapun untuk Nathan.

Nathan yang begitu terang-terangan bahwa dia menyukai Sekar, hal tersebut jelas menjadi perhatian banyak murid. Ada yang mengaku iri dan juga merasa jika Sekar beruntung telah di sukai oleh Nathan. Tapi, apa yang kurang? Kenapa tatapan penuh puja dan cinta itu tertuju pada Kenji? Muak rasanya jika mengingat hal tersebut.

Pikiran Nathan yang begitu liar membuatnya tidak sadar telah sampai rumah dan memarkirkan motor sportnya dengan rapi.

Lelaki itu masuk ke dalam rumah hingga langkahnya terhenti tepat di ruang tengah. Nathan melihat kedua orang tuanya yang tengah tertidur. Bukan masalah tidurnya yang membuatnya diam membeku, melainkan sepasang suami istri itu rela berdesakan pada satu sofa untuk tidur bersama saling memeluk.

Melihat hal tersebut membuat senyuman terlukis di wajah Nathan. Melihat orang tuanya sepertinya, begitu membuatnya damai. Seolah masalah menghilang dan ketenangan menghampiri. "Sweet banget, dasar tua," ucap Nathan terkekeh geli.

Merasa bebannya hilang saat melihat kedua orang tuanya tadi. Nathan menuju kamarnya dan bersiap untuk membersihkan diri agar bisa beristirahat lebih cepat untuk memulai hari esok.

IBU ANTAGONIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang