05

775 90 5
                                    

Sebulan kemudian.

Disinilah mereka, setelah keadaan Ruka membaik dan gipsnya di lepas. Mereka mempercepat proses pernikahannya. Dan sekarang keduanya berada di altar, sama sama mengucapkan janji suci dan bersumpah atas nama Tuhan di hadapan pendeta dan disaksikan banyak tamu.

Meskipun pernikahannya mengatasnamakan bisnis, Ruka dan Pharita harus menerimanya. Tanpa cinta, hanya didasari perjanjian konyol di masa lalu, tapi kedua remaja itu tidak di berikan kesempatan untuk menolak.

Pharita masih tidak menyangka, tapi ini benar benar nyata karena dia merasakannya. Dia benar benar jadi seorang istri manusia sipit mesum menyebalkan.

"Buka matamu, atau mau ku cium lagi?" Tanya Ruka setelah melepaskan ciumannya.

"Awas saja jika kau berani melakukannya lagi" Pharita mencubit perut Ruka sedikit keras, membuatnya sedikit menjauh.

Mereka memang berciuman setelah selesai mengucapkan sumpah.

Sialan, Pharita tidak percaya jika first kissnya di ambil Ruka.

Setelah melalui serangkaian prosesi pernikahan yang melelahkan, Ruka dan Pharita masih belum boleh beristirahat karena akan di adakan pesta dansa di akhir acara.

*
*

Chiquita merengek tidak ingin di tinggal kakaknya, setelah pesta dansa selesai, dia terus menempel pada Pharita bahkan saat kakaknya ingin ke toilet, dia mengikutinya.

"Unnie, tidur denganku saja malam ini hm? Rasanya aku belum rela unnie meninggalkan ku sendirian" Ucap Chiquita merengek sambil memegang lengan kiri kakaknya.

"Tidak bisa, unnie mu sekarang sudah menikah baby, Riri juga akan sering ke rumah, iya kan nak?" Tanya Jennie pada Pharita yang sekarang mengusap kepala Chiquita yang masih menangis.

Sebenarnya dia ingin tertawa melihat Chiquita seperti ini, terlebih setiap hari dia mengajaknya bertengkar atau membuat kenakalan yang selalu membuatnya pusing. Tapi dia tau cara Chiquita menunjukkan kasih sayangnya seperti itu. Adiknya itu memang nakal dan suka mengajaknya bertengkar, tapi dia orang yang paling peduli dan sayang padanya, dan sangat manja. Bahkan lebih manja padanya daripada saat bersama orang tuanya.

"Unnie tidak kemana mana, besok unnie juga akan ke rumah, atau Chiki bisa datang ke tempat unnie dan menginap beberapa hari"

Ruka dan Pharita memang membeli sebuah rumah karena paksaan orang tuanya. Awalnya mereka ingin tinggal masing masing meskipun sudah menikah, tapi tentu saja keinginan itu di tolak mentah mentah oleh orang tua dan mertuanya dengan alasan mereka harus membiasakan diri bersama.

Setelah menenangkan Chiquita yang merengek, Pharita akhirnya mencari Ruka karena ingin segera beristirahat. Jujur saja tubuhnya rasanya remuk, dia ingin berendam.

Pharita melihat Ruka berdiri di balkon hotel menikmati angin malam. Tangannya berpegangan pada pembatasnya dan membelakanginya.

Pakaian mereka memang sudah berganti, tidak seperti saat akad tadi pagi.

Ruka mengenakan kaos berwarna putih di balut blazer berwarna hitam dan celana kain panjang yang juga berwarna hitam. Sedangkan dia memakai dress putih yang lebih sederhana dari gaun pernikahannya.

"Sedang apa?" Tanya Pharita berjalan mendekatinya.

Sekilas Ruka terlihat terkejut, tapi dengan cepat dia menetralkan ekspresinya.

"Kau menangis?" Tanya Pharita memastikan. Meskipun dengan sedikit penerangan, dia Masih bisa melihat jika Ruka sedang mengusap air matanya.

"Tidak" jawab Ruka sedikit serak.

Business Marriage || Ruka X PharitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang