06

994 95 11
                                    

Pagi pagi sekali Ruka sudah sibuk di dapur, berkutat dengan panci dan bahan bahan seadanya. Ini pertama kalinya dia memasak, karena selama ini selalu makan masakan ibunya.

Di karenakan mereka baru pindah, Ruka tidak punya pilihan lain selain memasak sendiri karena belum memperkerjakan ART. Dia juga tidak enak jika harus membangunkan Pharita, rasanya masih sedikit canggung karena tiba tiba mereka jadi pasangan.

Ruka memanaskan teflonnya dan menuangkan minyak secukupnya, tapi karena tidak pernah memasak dia menuangkan minyak banyak sekali, Apinya juga terlalu besar menyebabkan minyaknya cepat panas bahkan teflonnya berasap karena terlalu panas.

Dia memecahkan sebutir telur, memberi garam 2 sendok penuh dan sedikit lada. Setelah itu langsung menuangkannya ke dalam teflon yang panas.

"Ohok! Ohok!" Batuk Ruka karena aroma dari lada menggelitik hidungnya.

"Aa Mommy!!" Ruka refleks bersembunyi saat cipratan minyak berterbangan, dia mengambil panci dan memakainya seperti helm untuk melindungi kepala dan wajahnya.

"Omo.. omo, terbakar! Telurnya terbakar!" Panik Ruka saat api merambat di permukaan teflonnya. Dia berlari secepat mungkin mematikan kompornya, lalu secepat kilat mengambil fire extinguisher dan memadamkan apinya.

"Astaga, hampir saja" Ruka terduduk lemas bersandar di kitchen stall.

"Itu tadi sedikit lagi untuk membakar rumah ini" Dia mengusap dadanya, rasa laparnya hilang sudah di gantikan rasa lemas, jantungnya masih berdetak kencang karena terkejut.

"Padahal tadi aku sangat lapar" gerutunya, dia berdiri membuang semua hasil masakannya yang gagal. Dia menyimpan teflon gosong itu di westafel dan mengambil yang baru.

"Aku coba lagi, kali ini harus berhasil"

Ruka kembali menyalakan kompornya, kali ini memastikan apinya lebih kecil. Dia memecahkan sebutir telur lagi, setelah memasukkan bumbunya dia menggorengnya lagi, kali ini memastikan hasilnya lebih baik dari yang tadi.

******
Pharita terbangun karena sinar matahari yang lolos dari ventilasi kamar menerpa wajahnya.

Dia mengedarkan pandangannya saat merasa asing dengan ruangannya.

"Ahh.. aku ingat" gumamnya. Dia hampir lupa, sekarang dia sudah jadi istri seseorang.

Pharita menguncir rambutnya seadanya kemudian bergegas ke kamar mandi menyikat gigi dan mencuci wajahnya.

"Dimana dia?" Tanya pharita saat melihat sofanya sudah kosong, dia mengeringkan wajahnya setelah itu turun ke bawah.

"Apa yang dia lakukan?" Tanya Pharita saat baru turun dan mendengar suara grasak grusuk di dapur.

Pharita membuka mulutnya tak percaya saat melihat dapurnya seperti kapal pecah, cangkang telur berserakan di counter top dengan bekas minyak melengket di kompor dan dinding sekitarnya.

"Oh kau sudah bangun?" Tanya Ruka saat berbalik dan melihat Pharita berdiri di samping meja makan.

"Sebenarnya apa yang kau masak? kenapa dapurnya jadi berantakan begini?" Tanya Pharita keheranan.

"Hanya telur dan sosis, mau coba?" Tawar Ruka, Dia membawa piringnya di hadapan Pharita membuat gadis itu bisa melihat masakannya yang bahkan tidak bisa di sebut masakan itu.

"Kau yakin ini bisa di makan?" Tanya Pharita, alisnya bahkan berkerut karena jijik dengan bentuknya yang bahkan jauh dari kata layak.

"Jangan melihat bentuknya, tapi coba saja dulu" Ruka meletakkannya di meja dan menuangkan segelas air.

"Cobalah" Ucap Ruka

"Rasanya sudah pasti aneh, bentuknya saja terlihat seperti muntahan kucing. Jika ingin keracunan jangan mengajakku" Ucap Pharita bahkan menyentuhnya saja dia seperti tidak sudi.

Business Marriage || Ruka X PharitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang