cinco

148 10 1
                                    

Heaven Club menjadi pilihan terakhir sang ketua untuk merayakan kembalinya ia walau memang terlambat, tapi itu tak jadi masalah jika memang sambutan ketuanya kembali adalah disebuah club, orang berdosa mana yang menolak kenikmatan surgawi dunia ini?

"Le, lu urus semuanya jangan sampe anak victor buat keributan," pesan Vier pada Leo dan lelaki dengan rambut nge-jreng itu hanya manut-manut menurut.

"Oyy Haksa," panggil Leo dan yang dipanggil Haksa itu langsung menghampiri.

"Gue percayain sama lu atas nama Victor di club ini, jangan buat keributan atau lu semua khususnya lu gak gue kasih ampun," Leo menugaskan kembali apa yang captainnya suruh.

Haksa juga hanya manut-manut menurut apa yang diucapkan oleh Leo, lelaki tampan yang mampu membius semua kalangan.

Vier menghembuskan pod yang sudah ia pegang sedari tadi, rasa mint sudah mendominasi mulutnya, perhatikan sekitar banyak sekali orang-orang berdatangan hari ini berjoget sana-sini dengan lampu khasnya serta adegan tidak senonoh yang mungkin orang tak akan gubris karena sibuk dengan dunianya.

Melihat Leo yang asik dengan mangsa baru membuat Vier tak heran, walaupun tugas sudah ia berikan, tapi dengan tak tahu dirinya ia malah mencari mangsa, walau begitu Leo tak perlu diragukan lagi dalam hal tanggung jawab, ia yakin pria tersebut bisa mengatasinya.

Dirasa kantung kemihnya sudah penuh-padahal hanya minum sedikit- membuat Vier harus segera menyelesaikan hajatnya untuk pergi ke kamar mandi, sebelum satu cekalan menahan ia.

"Vier?" panggilnya.

Membuat yang dipanggil mengalihkan pandangan dan tersenyum kecut akan siapa kehadirannya di sana.

...

Vier duduk dengan tak nyaman, sebenarnya dia sudah mau kabur ketika pergi ke toilet, tapi dengan tak tahu diri lelaki yang menahannya tadi menunggunya di depan, dan di sinilah ia sekarang.

"cheers"

Segelas wine Vier teguk dengan paksa walau sebenarnya terasa nikmat saat alkohol melewati tenggorokannya.

"Udah lama ya?" Menjadi awal pembicaraan kedua adam tersebut.

Yang ditanya hanya mengangguk, terlalu malas untuk menanggapi.

"Lu kesini sendiri?"

Vier menggeleng. "Engga, tuh sama anak-anak," balasnya sembari menunjuk anak Victor yang berjoget di dance floor dengan menggoda.

"Lu, apa kabar?" Terdengar canggung dari pertanyaannya.

"Apaan dah Vin?" Tanya balik Vier terkekeh pelan, mendengar pertanyaan yang seharusnya menjadi pembuka pembicaraan mereka.

"Hahaahh... sorry. Gue lumayan canggung setelah ninggalin lu dan kita pisah," balas Calvin, dia teman Vier dahulu, sempat berpacaran tapi setelah itu berpisah.

Lelaki rambut hitam itu terdiam sejenak, ketika dirinya pernah mencintai seseorang yang bahkan tak pantas untuk dicintai, Calvin terlalu berbahaya.

"Hahahh.. iya," balas Vier.

"Gue kangen lu," tiga kata yang membuat Vier terdiam, benci mendengar itu.

"Vier... I'm sorry, I just left you like that," katanya mengambil tangan untuk ia genggam.

Dirinya masih mencerna apa yang terjadi, saat Calvin mulai mendekatkan untuk mengikis jarak diantara mereka. Vier hanya diam.

bugh

Sebelum pukulan mendarat disudut bibir Calvin. "he's mine!"

Vier terkejut ketika melihat Jere dengan wajahnya yang mengeras.

Calvin tersenyum miring sembari mengusap sudut bibirnya yang berdarah. "Hai Jer... sepupu?" tanyanya licik.

Jere mengepalkan tangannya dan menatap Calvin dengan benci. "Touch him, i'll kill you!" Sebelum pergi meninggalkan Calvin dengan rasa benci yang sama.

...

Kecipak basah berbunyi diseluruh ruangan ketika dengan nafsu Jere mencium Vier dengan tak sabaran. Vier kewalahan dan ia pun masih syok akan kejadian di Bar.

"You are mine, Vier. i love you so bad. don't ever think about leaving me," kata Jere menangkup pipi semestanya dengan sayang, matanya benar-benar sayu, seolah berkata Vier tak boleh meninggalkan dirinya.

Jere mendekatkan wajahnya untuk mencium kembali kekasih hati, semesta, dunianya. Sebelum Vier meninju pipi Jere.

"Gue.bukan.milik lu Jeremiah," tekan Vier dengan wajah mengeras, dia benci dirinya dimiliki oleh siapapun, biarlah dengan Calvin adalah kesalahan yang seharusnya tak ada.

Lelaki berkelahiran april itu terkekeh, hanya dia yang boleh menyentuh Vier, hanya dia seorang, dan ketika ada yang berani menyentuhnya, ia pastikan orang itu akan mati.

"you're mine, Vier. Sedari awal," balas Jere mencengkram pergelangan tangan Vier.

Vier berusaha keras melepaskan walau tenaganya tidak cukup kuat jika dibanding lelaki bangsat di depannya ini.

"Don't mess with me, jerk."

Dengan tak segan Jere mencekik leher Vier hingga ia tak bisa bernafas. "Bilang kalo lu milik gue sekarang, atau lu mati."

Nafasnya tercekat, Jeremiah Orlo memang gila, psikopat brengsek.

Vier benar tak bisa berkutik, ketika melihat senyum mengerikan yang pernah Jere tunjukan.

"F-fine," tak ada pilihan ketika dirinya masih ingin hidup saat ini.

huhh

"Inget taruhan kita Vier, jangan pernah batalin itu, if you don't want to die."

"Bangsat! Taruhan yang kita buat gak bisa bikin lu ngiket gue, lagi pula taruhan kita cuman sekedar ciuman," kata Vier dengan nafas yang terengah.

"Gue mau lebih dari itu," kekeh Jere.

"GUE GAMAU BANGSAT!"

"Okay, then you're dead," balas Jere berusaha mendekati Vier kembali, mencekik lehernya tanpa ada perasaan sama sekali. Kali ini Vier menyerah, lebih baik mati jika ia hidup berdampingan dengan Jere, neraka baginya.

Jika Vier mati hari ini, keinginan ia hanya satu, masuk surga dan tak mau disiksa, walau ia sadar dosanya akan terasa banyak jika dihitung. pandangannya mulai pudar, dirinya benar tak bisa bernafas, dan semua pandangan menghitam.

"Lu bener gak mau nyerah ya?" Ketika Jere menggendong ke kasur dan meletakan Vier dikasur, pingsan sepertinya, tak mungkin mati.

Di tengah seperti itu ia curi untuk menghisap leher Vier dan memberinya tanda, bahwa Xavier adalah miliknya seorang.

...

salam kenal, Navarez Calvin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

salam kenal, Navarez Calvin

dkakfkk 2024

taruhan (harukyu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang