Chap 30.

1.2K 131 11
                                    


Pagi hari yang tenang. Zee terbangun ketika matahari mulai menyinari kamar tidur mereka. Jam menunjukkan pukul lima pagi. Dia terjaga dan merenung sejenak, mencoba memproses perubahan besar dalam hidupnya. Dalam sebulan terakhir, hidup Zee telah berubah drastis. Dia kini menjadi istri dari Aldo, seorang murid baru di sekolah mereka. Dengan mengalihkan pandangannya ke arah Aldo yang masih tertidur lelap di sampingnya, Zee merasakan campur aduk perasaan—dari bingung hingga cemas.

Aldo tidur dengan tenang, seolah tidak ada yang mengganggu ketenangannya. Wajahnya tampak damai, kontras dengan kekacauan yang ada di pikiran Zee. "Apakah dia selalu serileks ini?" pikir Zee, memandangi Aldo dengan penuh rasa ingin tahu. Meskipun hatinya masih ragu-ragu dan bertanya-tanya tentang masa depan, Zee merasa ada sesuatu yang hangat dan menenangkan dari kehadiran Aldo, meskipun dia sering menunjukkan sikap dingin.

Zee memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Dia membawa baju ganti agar tidak perlu kembali ke kamar hanya dengan handuk setelah mandi. Setelah 15 menit di kamar mandi, Zee merasa segar dan siap untuk memulai hari. Dia keluar dari kamar mandi dan melihat Aldo masih tertidur, terjaga hanya ketika dia menggoyangkan tubuh Aldo untuk membangunkannya.

"Al, bangun," panggil Zee sambil menggoyangkan tubuh Aldo dengan lembut. "Kita harus pergi ke sekolah."

Aldo mengerang pelan dan hanya menjawab dengan nada malas, "Hmm, lima menit lagi." Dia membalikkan tubuhnya, menunjukkan betapa susahnya membangunkannya di pagi hari. Zee mendesah pelan, menyadari bahwa Aldo, meskipun terkesan dingin, tidak berniat untuk menyulitkannya.

"Bangun cepet, kita harus berangkat. Ayo, cepat," kata Zee, kali ini menggoyang tubuh Aldo lebih kuat. Aldo akhirnya membuka matanya dan duduk dengan malas.

"Iya iya, aku mandi dulu," katanya, berdiri dan menuju kamar mandi. Zee merasa lega melihat Aldo akhirnya bangun, meski masih terlihat setengah mengantuk.

Sementara Aldo mandi, Zee menyiapkan seragam sekolah Aldo dan meletakkannya di atas kasur. Dia lalu beranjak ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Di dapur, Zee memutuskan untuk membuat sandwich sederhana dengan telur dan salad. Dia membuat dua porsi—satu untuk dirinya dan satu lagi untuk Aldo. Meskipun mereka baru mulai menjalani kehidupan bersama, Zee ingin memastikan dia melakukan yang terbaik sebagai istri.

Tak lama kemudian, Aldo keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di pinggang. Melihat Zee sudah tidak ada di kamar, Aldo berpikir bahwa Zee pasti berada di dapur. Dia segera mengenakan seragam yang telah disiapkan Zee dan menuju dapur.

Di dapur, Zee baru saja menyelesaikan sandwich dan memindahkannya ke piring. Aldo datang dan bertanya, "Lagi buat apa?"

"Sandwich buat sarapan," jawab Zee sambil tersenyum kecil dan mengantar piring sandwich ke meja makan. Aldo mengikuti dan duduk di kursi. Mereka mulai makan bersama, dan Aldo terlihat sangat menikmati sandwich yang Zee buat.

"Enak banget," kata Aldo dengan mulut penuh sandwich, meskipun nada suaranya tetap dingin. Zee merasa bahagia mendengar pujian itu, meskipun disampaikan dengan cara yang sederhana.

"Makasih," jawab Zee dengan senyum lebar. Pujian Aldo, meskipun singkat, memberikan sedikit kebahagiaan dan kelegaan dalam hatinya.

Setelah sarapan, mereka berangkat ke sekolah bersama. Di perjalanan, seperti biasa, mereka terdiam. Meskipun Zee merasa canggung, dia berusaha menyesuaikan diri dengan suasana. Aldo yang dingin membuat suasana terasa lebih tenang, tetapi Zee merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dari sikap dingin Aldo.

Sesampainya di sekolah, mereka menuju kelas yang sama. Ini adalah minggu kedua Aldo di sekolah ini, jadi Zee merasa perlu membantu Aldo beradaptasi. Mereka berpisah di depan kelas, dan Zee menyapa teman-temannya, Freya dan Jessi, yang sudah menunggu.

HANYA DIRIMU ( HIATUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang