Pemenangnya orang baru atau masa lalu?

119 11 0
                                    

"Kav, gue lihat-lihat lo deket banget sama salah satu maba cewek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kav, gue lihat-lihat lo deket banget sama salah satu maba cewek. Udah putus lo?" Thalia rasa sedikit bergosip seusai rapat tentang kemah bakti yang tinggal menghitung hari tidak akan jadi masalah dan tentu sedikit menghibur jiwanya yang hobi ngerumpi. Waktu menunjukkan pukul dua siang, ruang sekretariat sepi menyisakan dirinya bersama Kavi, Raja, dan Sarah saja.

Yang ditanya menoleh sekilas lalu mengulas senyum tanpa arti. Entah apa maksudnya, Kavi tak mengiyakan namun juga tak mengelak. Pemuda itu fokus menonton video game yang terpampang di layar ponselnya.

"Udah putus dodol, gimana sih lu!" Sekonyong-konyong Raja menjawab sambil menoyor pelan kepala sang bendahara. "Katanya lambe turah terpercaya, masa Kavi udah putus sebulan yang lalu lo nggak tau."

"Jangankan gue, intel sekali pun kayaknya nggak bakal bisa ngulik-ngulik kehidupan nih robot!" celetuk Thalia dengan tampang sewot. Entah sewot pada Raja, atau barangkali pada Kavi yang ia sebut seperti robot.

Mendengarnya Sarah dan Raja tertawa bersamaan. Mereka pun setuju kalau orang seperti Kavi disebut robot. Semua orang akan memandang Kavi itu sebagai Laki-laki yang tak terlalu banyak bicara tetapi energi dan otak cerdasnya selalu full seperti di-charge seratus persen tiap hari. Layaknya robot. Dia tidak sama dengan manusia biasa lainnya. Wajar sih, memang begitu kan prinsip hidup Kavi selama ini: talk less do more.

"Lo kenapa nggak bilang-bilang sih, Kav, kalau lo udah putus sama Kezia?" Thalia bertanya lagi dengan raut wajah penasaran.

"Emang harus?"

"Ya harus!"

"Biar apa?"

"Ya mau gue pepetlah, pakai nanya lagi." Bendahara yang satu ini memang bar-bar dalam berbicara. Kelihatannya agak centil, paling heboh di organisasi, tapi satu hal yang Kavi yakini Thalia adalah orang yang bisa dipercaya dan bertanggungjawab. Sebab itu, Kavi memilih Thalia sebagai bendahara-nya.

"No chance, sorry."

Jawaban singkat, padat, dan nyelekit yang Kavi lontarkan membuat Thalia mencak-mencak tapi tentu tak merasa sakit hati sedikit pun. Dia hanya bercanda, pun gadis itu tau kalau Kavi juga sedang membalas candaannya. Entah Thalia harus bersyukur atau mengeluh ditakdirkan tuhan mengenal sosok seperti Kavi. Kalau mengesampingkan sosok pemimpin bijaksana dan disegani yang ada dalam diri cowok itu, sebetulnya di mata Thalia Kavi hanyalah pemuda tampan yang boring.

"Gue cabut mau jalan sama pacar." Sarah jadi orang pertama yang pamit pulang. Namun tanpa Sarah sadari, kepulangannya juga membuat tiga orang lainnya di dalam ruang sekre ikut beranjak dari tempat yang mereka duduki masing-masing.

"Lo cabut ya kita juga cabutlah, ngapain anjir lama-lama di sini," komentar Raja sembari menyandang tas ranselnya. Sekilas ia lirik ke arah Kavi kemudian mendapati cowok itu juga sibuk mengemas barang-barangnya ke dalam tas. "Kav, pulang ke rumah atau nongkrong?"

J E N D R A L S | Jeno & JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang