Kale tidak mencari penyakit, tetapi penyakit mencari Kale

272 32 7
                                    

"Adikmu nggak ikut kemah nggak masalah, kan?" tanya Mama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Adikmu nggak ikut kemah nggak masalah, kan?" tanya Mama.

"Iya."

Sambil mengecek isi ransel Kavi dan memastikan semua barangnya tersusun rapi, Mama sontak menghela nafas panjang. Semua dikerjakan sempurna oleh anak sulungnya seorang diri, secara tak langsung membuat Mama merasa tak terlalu dibutuhkan karena Kavi jarang sekali meminta tolong. Selain itu, Kavi pergi kemah bakti hanya tiga hari saja, tetapi cowok itu menyetok satu slop rokok di dalam tasnya.

"Ya ampun Kavi, rokok sebanyak ini buat apa sih, Nak?" Mama sedikit mengomel, kalau diberi satu permintaan Mama ingin rokok dimusnahkan dari dunia ini. Mama takut kalau nantinya gulungan tembakau yang Kavi cintai malah jadi pembunuh dirinya sendiri.

"Ya ... dihisap?"

"Ck, kamu tuh kebanyakan merokok, nggak baik buat kesehatan. Dari pada beli rokok, mending uang-uangmu ditabung buat hal-hal berguna."

"Aman aja, job-ku banyak terus kok." Kavi menjawab santai sambil meneguk segelas susu cokelat hangat yang Mama buatkan. Sebagai manusia cerdas yang melek IT, sering cowok itu menerima permintaan service laptop atau apapun yang menyangkut program-program perangkat lunak sebagai kerjaan sampingan. Buat nambah uang jajan lumayan, begitu fikirnya.

Pagi-pagi buta Kavi sudah berangkat pergi, tak lupa izin sambil menyalami tangan hangat Mama. Bukan hal langka melihat Kavi pergi meninggalkan rumah lebih dari satu hari. Namun setiap kali melepas kepergian sang anak, tetap akan menyiratkan sedih dan risau di hati Mama.

"Hati-hati di sana ya, Kav. Jaga diri baik-baik, ingat tuhan selalu. Mama tunggu kamu pulang hari minggu." Begitu pesan Mama yang disanggupi Kavi dengan kesadaran penuh. Cowok itu melangkah keluar dari rumah dengan pasti, lalu menaiki motornya menuju kampus di saat matahari bahkan belum muncul ke permukaan langit.

Sesampai di kampus Kavi langsung bergabung dengan para panitia yang bertugas mengatur keberangkatan. Banyak mahasiswa peserta kemah bakti yang datang sambil memikul tas besar dan berat di pundak masing-masing, termasuk pula Karinina. Ah, perempuan itu sudah berhari-hari menghindar. Tidak membalas pesan, tidak mengangkat telpon, dan sengaja buru-buru pergi setiap kali Kavi berniat menghampirinya. Ck, tas di pundak Karinina kelihatan lebih besar dari badannya sendiri! Kavi ingin sekali membantu membawakan barang-barang gadis itu tetapi ia masih sadar statusnya siapa di acara ini. Jangan sampai Karinina terlihat sengaja dispesialkan hingga Kavi terkesan tidak tidak profesional atau pilih kasih di mata yang lainnya.

"Ngedip bos ngedip!" Raja tiba-tiba muncul dari belakang, entah dari mana asalnya cowok itu tetapi sekarang ia berdiri tepat di sebelah Kavi. "Awas aja lo kalau malam-malam nyelundupin si Nina masuk ke dalem tenda."

"Amit-amit, lo kira gue cowok apaan."

"Buruan tembak ajalah lama banget lo," komentar Raja. Saat ini sorot matanya pun mengikuti ke mana pergerakan Karinina, sama seperti Kavi. "Nanti diambil orang nangeeess!"

J E N D R A L S | Jeno & JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang