HAPPY READING!!
Oline kini terbaring di kasurnya, menatap langit-langit kamarnya mengingat kejadian yang ia alami hari ini.
*flashback
"Oline..?" Erine baru saja keluar ruangan dan melihat sosok yang terduduk di bawah sembari bersandar pada tembok, dengan wajah yang ia tutupi dengan kedua telapak tangannya
"Sorry" ucap Oline mengusap kasar wajahnya dan beranjak dari tempatnya
Dengan buru-buru Oline melangkahkan kakinya menuju parkiran, memakai jaket dan helmnya, dan segera pergi meninggalkan parkiran sekolah dengan motornya.
Di sisi lain Erine terdiam, raut wajah yang biasanya menampilkan keceriaan itu tiba-tiba berubah menjadi sendu, ia nampaknya sedikit faham dengan Oline, mengingat lagu yang ia mainkan memiliki makna mengenai seseorang yang telah meninggal dunia.
"Oline apa yang Kamu alami selama ini, Siapa orang tersayang yang udah ninggalin Kamu.." monolog Erine yang masih berdiri di tempat yang sama
***
Erine duduk di sofa ruang tamu dengan TV yang menampilkan sebuah acara, namun tatapan Erine tidak tertuju pada tv tersebut, Dia menatap kosong pada hal lain, dengan banyak hal yang berkecamuk di pikirannya.
"Kenapa dah Kak dari tadi ngelamun terus kayaknya" Ucap seseorang tiba-tiba saja duduk di sebelah Erine
"Ah engga Kim" sahut Erine yang terbuyarkan dari lamunannya
"Kamu ga jago bohong kak" ucap gadis itu sambil terkekeh, sebut saja namanya Kimmy, ia adalah adik Erine
"Udahlah ga penting juga" jawab Erine, lalu beranjak meninggalkan Kimmy untuk menuju kamarnya
"Lah aneh banget jadi orang, ga biasanya" gumam Kimmy, melihat punggung sang kakak yang mulai menjauh
***
*PLAK, PLAK, BUGH
Tamparan dan pukulan, hadiah tidak mengenakkan dari sang Papi yang diberikan pada Oline sepulang sekolah.
"Dari mana aja! Udah mau malem baru pulang, jangan jadi anak nakal kamu ya! Mau jadi apa Kamu anak gadis keluyuran terus hah!!" Sang Papa terus saja memarahi Oline yang disertai dengan pukulan, baik dengan tangan kosong, maupun dengan tongkat kayu
Bahkan tongkat kayu yang Papi nya daratkan di punggung Oline itu patah, bayangkan saja seberapa kerasnya Papi nya memukul Oline.
Oline hanya terdiam, tidak bereaksi apapun, sakitt.. namun sudah terbiasa.
Oline berjalan dengan sisa tenaganya menuju kamarnya, lagi dan lagi ia hanya bisa ambruk tak berdaya di atas kasur, menutup wajahnya dengan bantal, dan menangis sekencang-kencangnya. Ingin sekali rasanya Oline berteriak pada dunia bahwa dia sudah lelah, saat ini juga rasanya ingin menyerah.
Sudah lelah dengan menangis, kini Oline sudah terlelap dengan mata yang sembab, khas orang yang habis menangis.
***
"Mih.. jangan tinggalin Oline mih.. Oline gabisa hidup tanpa Mamii.." Ucap Oline pada sosok yang ia panggil Mami, sosok itupun perlahan-lahan mulai memudar
"MAMI!" teriak Oline yang beru saja terbangun dari mimpi buruknya
"Hah mimpi buruk lagi" ucapnya dengan keringat dingin yang bercucuran membasahi seluruh tubuhnya
Oline melirik pada jam yang terpampang di atas nakas nya. Oline bergegas menuju kamar mandi dan bersiap untuk pergi ke sekolah
***
Oline berjalan di lorong sekolah dengan wajah yang datar, ya, seperti biasa yang ia lakukan, sedikit memikirkan gadis yang kemarin ia temui dan terus mengacuhkannya, mungkin sekarang Dia tidak akan menampakkan dirinya lagi di depan Oline, tidak masalah, karena itulah tujuannya, lagipula tidak akan ada orang yang betah berada di dekatnya, apalagi dengan sifatnya yang dingin itu.
"Hai Oline! Kita ketemu lagi" ucap gadis yang baru saja oline pikirkan, ia berjalan mundur menghadap Oline dan tersenyum hingga menampilkan deretan gigi nya
"Hah? Harusnya ga gini" batin Oline keheranan
Namun Oline tetap sama seperti kemarin, mengacuhkannya. Oline hanya melirik singkat dan berjalan mendahuluinya.
"Kamu masih irit ngomong ya ahaha" Erine tertawa menyusul langkah Oline, dan kini berjalan berdampingan
"ERINE!" Pekik seorang gadis dari kejauhan, buru-buru gadis itu menyusul Erine dan Oline, Dia berjalan menyamakan langkah dengan kedua orang itu
"Kamu deket sama Dia?" bisik gadis disebelahnya
Erine meletakkan jarinya pada dagunya, nampak seperti sedang berfikir sejenak.
"Iya!" Seru Erine bersemangat
Oline? Tentu Dia nampak kebingungan, pasalnya bahkan ia tak menanggapi satupun ocehan dari Erine. Langkah Oline tiba-tiba saja terhenti, begitupun kedua gadis yang berjalan beriringan dengannya yang ikut menghentikan langkah mereka.
Oline mengernyitkan dahi nya, dan mengalihkan atensinya pada Erine, masih penasaran dengan apa yang ia maksud barusan. Wah akhirnya Erine dianggap ada olehnya.
"Kenalin aku Lana!" ucap gadis yang tadi bersama Oline dan Erine sembari mengulurkan tangannya
Oline hanya memandang tangan Lana dan melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada Erine di saat Erine memperkenalkan diri.
"Oline." Jawabnya singkat tanpa menerima uluran tangan tersebut
"No no no gaboleh gitu, kalau ada yang ngajak salaman kamu harus bales Oline" ucap Erine
Oline nampaknya masih keheranan dengan gadis di sebelahnya itu.
Melihat Oline yang hanya menatapnya keheranan, tanpa basa-basi Erine mengambil tangan kanan Oline dan mengarahkannya pada tangan Lana yang masih terulur sejak tadi, mau tak mau Oline berjabatan tangan dengannya.
"Hehehe, sip Oline pintarr" erine mengacungkan jempolnya pada Oline dengan senyum khas nya
Apa ini, Oline merasakan hal aneh di perutnya, seperti ada banyak kupu-kupu berterbangan, perasaan yang selalu di selimuti hawa dingin itu sedikit menghangat. Oline tersadar, ia pun buru-buru melanjutkan langkah kakinya untuk menuju kelas
Erine hanya tersenyum tipis melihat punggung gadis yang perlahan menjauh itu.
"You're not alone, Oline, I'm here"
***
HALOO!!!
Stoppp jangan marah-marah dulu plisss, aku udah enakan kok, dan lagi pengen nulis jugaa, jadi ini tidak memaksakan diri yaa!!
Semoga suka dengan ceritanya, maaf jika alurnya tidak jelas huhu, maklum ya ini cerita pertamaku:(
See you next chapter yaa loff
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Not Alone [ORINE] END
Teen Fiction"Kamu ga sendiri, Kamu bisa minta tolong ke orang-orang sekitar yang Kamu percaya, Kamu bisa minta tolong ke Aku, Kamu bisa andelin Aku selalu Oline" "Gausah, gaakan ada yang pernah ngerti, lagipula Aku bisa sendiri" Cerita ini sedikit mengambil dar...