12

666 85 12
                                    

HAPPY READING!!

Papi Oline baru saja pulang, ia memasuki rumahnya dengan wajah yang datar sedangkan, Oline sedang duduk di sofa ruang tamu dan menikmati acara TV. ia terperanjat saat melihat sang Papi berdiri di hadapannya, Oline segera berdiri dan menundukkan kepala, tidak berani menatap sang Papi.

Tanpa aba-aba Papi nya tiba-tiba mencekik leher Oline. Oline memukul-mukul lengan Papi nya berharap agar cengkraman di lehernya terlepas, namun nihil, karena tangan Papi yang besar dan cengkraman yang kuat ia tak mampu melepaskan tangan Papi dari lehernya. Oline mulai kehabisan nafas dia lemas sekarang, pada saat itu juga Papi melepas cengkramannya dari leher Oline dan Dia terkulai lemas di lantai.

Oline pikir ini sudah berakhir, tapi ternyata tidak, Papi nya melepas ikat pinggangnya dan digenggam dengan tangan kanannya. Oline sangat ketakutan sekarang, Dia meringkuk di lantai mencoba untuk melindungi dirinya. Pukulan demi pukulan Papi layangkan pada tubuh kurus Oline.

"KENAPA KAMU MASIH HIDUP KENAPA?!" Teriak sang Papi di hadapan Oline yang sedang meringkuk

"Andai saja istri Saya tidak mencoba menyelamatkan Kamu, pasti Dia masih hidup sekarang, Kamu hanya anak pembawa sial, mati saja sana!" Ucap sang papi di akhiri dengan tendangan yang ia berikan pada Oline, dengan tanpa rasa bersalah pergi meninggalkan Oline yang sedang kesakitan di sana.

"Papi emang bener, Oline cuma anak pembawa sial, karena Oline Mami sekarang gaada, seharusnya bukan Mami yang pergi tapi Oline" Kalimat itu Oline ucapkan dalam benaknya

***

Dua hari telah berlalu, Erine tidak melihat keberadaan Oline di sekolah, apakah dia bolos sekolah? Hari ini Erine akan memastikannya ke rumah Oline, tak peduli dengan Papi nya.

Se pulang sekolah Erine meminta sang Papa untuk mampir ke kediaman Oline terlebih dahulu, ia ingin memastikan ada apa dengan Oline.

Baru saja sampai, Erine melihat pagar rumahnya bahkan terbuka lebar, ia kemudian memasuki pekarangan rumahnya dan mengetuk pintu berkali-kali tapi tidak ada respon, ia kemudian mencoba membuka pintu tersebut dan benar saja pintunya juga tidak terkunci. Erine buru-buru masuk ke dalam rumahnya dan meneriaki nama Oline berkali-kali tapi tetap tidak ada respon. Tujuan terakhirnya kini adalah kamar

Erine membuka pintu kamar Oline, mendapati gadis itu terduduk di lantai kamarnya sembari memegang sebuah pisau yang hendak ia goreskan pada lengannya, Erine yang melihat hal itu buru-buru merebut pisau itu, membuangnya ke sembarang arah dan mendekap tubuh Oline dengan erat.

"KAMU KENAPA OLINE KAMU KENAPA!!" Teriak Erine yang masih memeluk erat tubuh Oline

"LEPASS!! OLINE MAU KETEMU MAMI, OLINE GA MAU DI SINI, LEAPSIN OLINE" Ucap Oline, sambil memberontak dan memukul-mukul punggung Erine

Erine tak peduli seberapa banyak, seberapa keras, dan seberapa sakit pukulan Oline, Erine akan tetap memeluknya dengan erat, itu tidak seberapa dibanding apa yang Oline rasakan selama ini, Erine rela jika itu bisa membuat Oline tenang.

Pukulannya mulai melemah, Oline teriak dengan kencang, menangis sejadi-jadinya, tubuhnya terkulai lemas dalam dekapan Erine

Erine merenggangkan pelukannya, menjauhkan tubuhnya dari Oline, memegang kedua pundak gadis itu dan menatap satu-persatu bagian dari tubuh Oline, Mata sembab, rambut yang berantakan, leher yang memiliki bekas cengkraman seseorang, juga tangan serta kaki yang terdapat banyak sekali luka seperti bekas cambukan. Erine menatap wajah Oline, menangkup pipinya dengan kedua telapak tangannya, memandang sendu ke arahnya, ia terlihat sangat berantakan saat ini.

"Lepasin Oline, Oline mau ikut Mami, Oline ga mau di sini, sakitt..." Lirihan terakhir Oline sebelum ia kehilangan kesadarannya

"Oline.. Kamu punya aku" Bisik Erine sembari menyisir rambut Oline dengan jari-jemari nya

"Apa yang Kamu alami selama dua hari ini, kenapa ga cerita, Oline? Aku bakal selalu di sini buat Kamu, selalu"

Keributan yang baru saja terjadi tentu mengundang perhatian dari Papa Erine, Papa memasuki kamar Oline dan mendapati kedua gadis itu yang terduduk di lantai, ia sangat terkejut melihat keadaan Oline saat ini, namun buru-buru Papa menggendong tubuh Oline dan berlari menuju mobilnya

"Kita bawa Oline sekarang!" Ujar sang Papa

"Tolong Oline Pah.." Lirih Erine yang sudah menangis sejak tadi

"Tenang sayang, kamu duduk aja di belakang sama Oline ya? Tolong jaga Dia selama kita di perjalanan"

Andai saja Erine terlambat tadi, ia pasti tidak akan pernah melihat Oline lagi untuk selamanya. Sudah cukup penderitaannya selama ini.

***

Haiii, cerita ini niatnya ku buat tidak terlalu banyak chapter, tapi gatau deh ya lihat kedepannya saja gimana ehe. Kalau nanti malam luang aku up lagi yaa

Sedikit cerita, perlakuan papi oline itu mengambil dari kisahku sendiri, oline is me, hehe bedanya disini oline punya erine sedangkan saya sendirian, tp beliau sekarang sudah tidak ada sih, tp luka batinnya masih belum kering.

Sudah itu ajaa, see you next chapter👋

You Are Not Alone [ORINE] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang