9

392 48 0
                                    

.
.
.

"Kenapa ga bilang kalau sakit?"

"Kamu juga ga nanya" jawab Erine seadanya

Oline hanya mendengus kesal mendengar jawaban dari Erine

"Kamu disini aja ya? temenin.." lirih Erine

Tidak ada jawaban dari Oline, Oline menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Erine, ia memegang dahi nya dengan telapak tangannya, benar saja suhu tubuhnya lebih panas dari biasanya.

"Udah makan?"

Erine hanya menggeleng pelan, untuk siang ini Dia memang belum makan, terakhir kali makan pagi tadi.

"Aku minta Mama dulu ya? Kamu tunggu disini" Baru saja akan meninggalkan kamar tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar

"Papa masuk ya" ucap Papa yang berada di depan pintu

Papa datang membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih, juga obat untuk Erine.

"Ini Papa bawa makan buat Erine, Oline tolong yaa, agak susah kalau lagi sakit soalnya"

"Iya Pa biar Oline yang bujuk Erine biar mau makan"

Papa tersenyum mendengar jawaban Oline, dia meraih kepalanya dan mengelusnya singkat. Baru saja Papa berbalik hendak keluar, tapi Oline memanggilnya kembali.

"Pa, Oline minta maaf ya, mungkin ini karena kemarin Erine keluar seharian sama Oline" ucapnya sembari menunduk karena merasa bersalah

"Gapapa sayang, bukan salah Kamu, memang lagi musim sakit aja, dan apes nya Erine yang kena" ucap Papa sembari mengelus kepala Oline

"Udah ya, Papa tinggal dulu, jangan luap Erine disuruh makan ya"

Kini Oline kembali duduk di tepian kasur milik Erine serta membawa mangku berisi bubur yang Papa bawa tadi.

"Makan dulu"

Erine tak menjawabnya, ia hanya menggeleng pelan, rasanya nafsu makannya benar-benar hilang saat sakit.

"Makan Erine, kalau ga makan aku tinggal" ujarnya sembari menyodorkan sesendok bubur pada Erine

Erine mendelik mendengar ucapan Oline, buru-buru ia menerima suapan dari Oline, tidak ingin dirinya ditinggalkan olehnya.

Erine sudah menghabiskan setengah dari bubur itu, dirasa Erine sudah enggan untuk melanjutkan makan, Oline pun memakan sisa buburnya.

"Sayang kalau dibuang" ujarnya

"Minum obatnya dulu, terus lanjut tidur" lanjutnya sambil memberikan segelas air dan juga obatnya pada Erine

"Oline sinii.." rengeknya sembari menepuk-nepuk kasur di sebelahnya

Oline tidak menjawab, tapi dia berjalan menuju sisi kasur yang masih kosong, memposisikan diri disamping Erine, sedangkan Erine memeluknya dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher milik Oline, Oline mengusap helaian rambut Erine agar gadis itu bisa tertidur dengan nyenyak. Untuk kali ini biarkan Oline yang bersikap hangat padanya.

Waktu berlalu kini sudah sore, Oline akhirnya berpamitan pada Mama dan Papa Erine, Dia tidak membangunkan Erine karena takut menganggu waktu istirahatnya, biarkan saja jika dia marah nanti.

***

Baru saja Oline memasuki pekarangan rumahnya, dia melihat mobil berwarna hitam terparkir di sana, sepertinya Papinya pulang hari ini. Ia memasuki rumahnya mendapati Papi nya yang sepertinya akan pergi lagi entah kemana.

"Papi pergi lagi?"

"Ya, kenapa? Kamu butuh uang? Nanti saya transfer, sekarang saya buru-buru" Papinya menjawab tanpa menoleh sedikitpun pada Oline dan meninggalkan rumahnya

Sepele namun cukup membuat hati kecil Oline sakit, ia bahkan tak membutuhkan uang samasekali, yang Dia butuhkan hanyalah Papi nya, Oline ingin sekali sekedar ditanya bagaimana keadaannya, bagaimana harinya, seperti yang biasa Papa Erine lakukan.

***

Di sisi lain, Erine terbangun dari tidurnya dan tidak mendapati Oline di sampingnya, benar saja Dia kesal tapi mengingat hari yang semakin sore, daripada hal buruk terjadi pada Oline sepertinya pulang ke rumahnya adalah pilihan terbaik.

Kimmy memasuki kamar kakaknya dengan membawa nampan berisi makan malam dan juga obat untuknya

"Disuruh Mama makan dulu kak"

"Ah iya, taruh aja di atas meja, nanti Aku makan"

Merasa tidak yakin dengan ucapan kakaknya Kimmy memilih duduk di tepian kasurnya dan menyuapi Erine, daripada Dia tidak makan?

"Habis ini minum obatnya kak, Kimmy keluar dulu ya"

Erine tersenyum tipis memandang wajah sang adik "Makasih ya, Dek"

"Dih apaan tiba-tiba, udah deh Kimmy keluar dulu" dia langsung keluar dari kamar Erine dan menutup pintunya, Dia memang berkata demikian tapi sejujurnya di balik pintu itu dia tersenyum senang, pipi Kimmy bersemu merah, ia sedang salah tingkah saat ini, namun tidak ingin kakaknya tau

"Sama-sama, Kakak" monolognya

***

Malam hari nya, Erine sudah merasa lebih baik, ia sekarang berada di ruang tamu bersama Kimmy menonton film bersama, sedangkan orangtuanya tadi keluar entah kemana.

"Kak kenal Regie ga?" Tanya Kimmy membuka obrolan

"Hmm Regie ya? Anak kelasnya Oline bukan sih, yang ketua tim basket itu, yang tingginya kaya gapura kabupaten. Kenapa? Kamu suka dia?" Erine mencoba menebak isi pikiran Kimmy

Tepat sasaran. Lebih tepatnya mereka berdua sudah dekat akhir-akhir ini, jika kalian ingat Kimmy pulang sekolah bersama temannya dan tidak bersama sang kakak, teman yang dimaksud adalah Regie.

"Dih engga" Kimmy mengalihkan pandanganya ke sembarang arah

Erine terkekeh melihat hal tersebut
"Gapapa kali, kakak ga akan larang Kamu deket sama siapapun, itu hak Kamu, yang penting Kamu dan Dia baik-baik aja, setahuku Dia orangnya juga baik kan?" Ujar Erine sembari mengelus pundak Kimmy

Kimmy beralih memandang sang kakak dan mengangguk dengan cepat.

"Dia emang baikkk bangetttt" ucapnya dengan antusias

Mereka melanjutkan obrolan dan mendengarkan Kimmy yang sibuk bercerita tentang Regie, Erine bahagia jika adiknya itu bahagia.

***

Haii² ini lanjutan dari chp sebelumnya yaaaa
Jika suka jangan lupa votee, see you next chapter teman²👋

You Are Not Alone [ORINE] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang