10

657 78 14
                                    

HAPPY READING!!

hari demi hari telah berlalu, Oline mulai dekat dengan orang tua Erine, yang tidak berubah adalah Oline yang tetap keras kepala, mengemban semuanya sendiri, dan tidak berbagi cerita pada Erine.

Hari ini, sepulang sekolah, Oline dan Erine sepakat untuk berkeliling menggunakan motor Oline hingga sore hari. Saat langit mulai gelap Oline ingin mengantarkan Erine pulang, namun Erine ingin mampir terlebih dahulu ke rumah Oline dan Oline menyetujuinya.

"Mampir ke rumah Kamu dulu yayaya?"

"Oke fine" Oline sedikit pasrah karena Erine tentu tidak akan mengalah

"Yeayyy"

Oline memasuki pekarangan rumahnya, kosong, tidak ada kendaraan Papi nya, sepertinya ia tidak pulang, pikirnya. Mereka akhirnya memasuki rumah Oline yang seperti tidak berpenghuni itu.

Oline mempersilahkan Erine untuk duduk di sofa ruang tamu, sedangkan Oline mengambil beberapa camilan juga minuman untuk Erine.

"Kamu sendiri?" tanya Erine kepada Oline yang kini terduduk di sebelahnya

"Hm, kayaknya Papi ga pulang" jawabnya

Erine hanya membulatkan bibirnya dan mengangguk-angguk kecil.

"Eumm Mami kamu?" tanya Erine sedikit ragu-ragu

Oline tersenyum tipis dan menatap netra Erine

"Harusnya Kamu udah tau sih, tapi Aku bakal bilang sekarang, Mami udah meninggal saat Aku masih SD" ujarnya sambil tersendiri

Wajah Erine terlihat sendu sekarang, sedari awal sebenarnya sudah menduga hal ini, hanya saja mendengarnya langsung membuat hati Erine terasa sakit.

"Sorry to hear that"

"Kenapa minta maaf, harusnya Kamu udah tau dari awal kan?" ucapnya sambil menepuk-nepuk pelan kepala Erine

"Hu'um tapi ngedenger langsung dari Kamu rasanya lebih sedih"

"It's okay, gapapa"

Suara mobil berhenti di pekarangan rumahnya, apakah Papi Oline sudah pulang? Oline berdo'a agar suasana hati Papinya sedikit baik, setidaknya agar tidak memukul Oline di depan Erine.

*BRAKK

Tiba-tiba terdengar gebrakan dari pintu rumah, hancur sudah harapan Oline, sepertinya Papi nya pulang dengan emosi yang dia bawa dari luar.

"Oline sini Kamu!" Bentak sang Papi hendak menyeret Oline

"Pih.. jangan sekarang, ada teman Oline.." ujarnya lirih

Baru saja Papinya ingin melayangkan pukulan pada Oline namun di cegah oleh Erine.

"OM! Bisa stop nyakitin Oline? Dia salah apa memangnya, sampai harus menerima hal seperti ini?"

"Diam kamu! Tau apa Kamu hah! Orang luar tidak usah sok ikut campur urusan Saya"

"PAPI UDAH!" Teriak Oline

"Ck!"

Papinya buru-buru melangkahkan kakinya keluar dari rumah dengan cepat, ia kembali menaiki mobilnya dan pergi entah kemana.

Tubuh Oline baru saja akan ambruk, namun di tahan Oleh Erine. Tanpa mengucapkan apapun lagi Erine langsung mendekap tubuh jakung Oline.

"It's okay Oline, I'm here.." ucap Erine seraya mengelus belakang kepala Oline

Oline mendekap erat gadis di depannya, kali ini biarkan tembok pertahanannya runtuh, biarkan Dia menangis di pundak gadis ini. Air matanya semakin deras, dan isakan tangisnya semakin terdengar, Erine masih setia mendekap tubuh Oline hingga gadis itu sedikit tenang

Erine menuntun Oline untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Are You okay, hm?" tanya Erine sambil mengusap sebelah kanan pipi Oline

Oline tidak menjawab, Dia kembali memeluk Erine, menyembunyikan wajahnya di salah satu pundak miliknya, dan kembali menangis, Erine membiarkan hal tersebut sembari mengelus punggungnya, biarkan kali ini dia menumpahkan segala hal yang ia tanggung sendirian selama ini.

Dirasa sudah tenang Erine merenggangkan pelukannya, menangkup kedua pipi Oline, mengusap sisa air matanya

"Feel better?"

Oline hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Maaf.." lirih Oline

"Buat?"

"Kamu jadi ikut campur masalahku, seharusnya tadi biarin Aku sama Papi aja, Kamu bisa diem dan pura-pura ga liat"

"Kamu gila? Kamu nyuruh Aku diem sedangkan Kamu?" Erine nampaknya kesal saat ini

"Denger Oline, berapa kali harus Aku bilang, Aku disini, Aku selalu disini, Aku bakal selalu ada buat Kamu, Kamu ga perlu lagi memikul semua itu sendirian, bagi beban kamu ke aku Oline, semuanya pasti berat kalau kamu sendiri, jadi bagi beban Kamu ke Aku sekarang" ujar Erine menatap lekat netra Oline

Oline tak menjawab apapun lagi, ia kembali memeluk tubuh mungil Erine, dan Erine membalasnya dengan hangat.

"Thank you, Erine. Jangan kemana-mana, ya?"

***

MAMA, PAPA ERINE PULANGG!" Seru Erine ketika memasuki rumahnya

"Wahh anak Mama sudah pulang, mandi dulu ya sayang, bersih-bersih terus makan malam, ajakin Oline juga" perintah sang Mama

"Ay ay kapten!" Ujarnya dengan sikap hormat

"Lin Kamu dulu atau Aku dulu?"

Oline tersenyum jahil, terlintas sebuah ide di kepalanya.

"Siapa yang cepat Dia yang duluan!" Ucap Oline sembari berlari ke kamar Erine

"Curangg!!" Ucapnya sembari menyusul Oline menuju kamar

Mama yang melihat hal tersebut tersenyum hangat dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Kini Oline dan Erine sudah berada di kamar Erine, Oline tidak benar-benar mendahului Erine ke kamar mandi.

"Mandi duluan Rin, Aku tunggu disini" ucap Oline seraya menepuk pucuk kepalanya

Erine menangguk dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sudah lengket akibat keringat seharian ini, sedangkan Oline memilih untuk membaringkan tubuhnya di atas kasur, menunggu hingga Erine selesai.

Oline menatap langit-langit kamar, menghela nafas berat, mengingat segala hal yang telah terjadi, terputar dalam ingatannya, tidak pernah mudah, tapi ia punya Erine sekarang. Ia memejamkan matanya dan tertidur.

"Oline.. bangun yuk, sekarang Kamu mandi gih, Aku udah selesai" ucap Erine sembari menepuk-nepuk pelan pipi kanan Oline

Oline melenguh, ia mengubah posisinya menjadi duduk, membuka matanya, dan mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya.

"Maaf ya, Aku ketiduran"

"Gapapa Oline, Kamu pasti capek ya? Sekarang Kamu mandi, terus kita makan, nanti kalau masih ngantuk tidur aja di sini, jangan dipaksain pulang ya?"

Oline mengangguk mengerti, ia beranjak dari tempat tidur, dan menuju ke kamar mandi.

Setelah usai mandi dan makan malam kini Oline dan Erine kembali ke kamar, mungkin Oline akan tidur sekarang.

"Tidur duluan aja, Aku mau nyelesaiin beberapa tugas sekolah dulu" ujar Erine

Oline menggeleng, dia tidak ingin meninggalkan gadis itu sendirian.

"Mana, Aku bantu biar cepet selesai"

Erine tersenyum lebar mendengar ucapan Oline, mereka akhirnya mengerjakan tugas-tugasnya Erine bersama-sama, Erine sedikit terkejut, saat mengerjakan tugasnya, banyak yang tidak Erine ketahui tapi dapat dengan mudah Oline selesaikan. Oline sebenarnya memang anak yang pandai, hanya saja tertutup sifat dingin, cuek, dan anti sosial nya itu.

***

Hai² hari ini up pagi, nanti malam kalau ada waktu aku up lagiii.
Next chapter bakal ada apa ya kira-kira? Kalian mau yang hepi² atau sedih²? WKWKWK
See youu!!

You Are Not Alone [ORINE] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang