08. ALL ABOUT DEWANGGA

115 85 3
                                    

Hari ini adalah hari minggu. Terlihat seorang remaja memakai kaos lengan pendek berwarna hitam dan celana jeans panjang sedang berjongkok disebuah makam. Di Makam tersebut bertuliskan nama Varel Mahadevan bin Aditya Teguh. Pagi-pagi Dewangga keluar dari rumahnya untuk menuju ke makam.

"Lo kangen gue Rel? Sampe semalem lo datang ke mimpi gue." Gumam Dewangga yang diakhiri kekehan kecil. Dia sedang berbicara bersama makam tersebut, seakan ada sesosok manusia yang berada didepannya. "Harusnya malem itu lo nggak usah nylametin gue Rel, biar gue aja yang pergi." Monolognya lagi.

Dewangga mengingat malam itu dengan jelas. Langit hitam yang ditaburi oleh bintang-bintang serta semilir angin yang menyejukkan menambah suasana hati dua remaja yang kini sedang berjalan-jalan menikmati indahnya kota Jakarta. "Lebih kenceng lagi Rel nyetir nya." Pekik Dewangga sedikit berteriak menyuruh agar remaja yang didepannya ini lebih cepat lagi untuk mengemudikan motornya.

"Ini kita kaya orang sinting aja ya Wa, udah hampir sejam cuman muter-muter nggak jelas." Ujar Varel kepada Dewangga, sekilas ia melirikkan matanya menuju kaca spion menampilkan wajah tampan Dewangga yang sedang tersenyum lebar.

"Yang penting mah bahagia Rel." Katanya. Varel tersenyum mendengar penuturan Dewangga.

Ketika sedang menikmati suasana tiba-tiba ada segerombolan orang yang membuntuti mereka. "Wa, lo ngerasa nggak sih rombongan dibelakang ngikutin kita?" Tanya Varel kepada Dewangga. Varel merasa bahwa rombongan yang mengendarai motor dibelakang mereka tengah membuntutinya.

Dewangga langsung menolehkan kepalanya menghadap ke belakang. Dan benar saja apa yang Varel bilang, dibelakang ada segerombolan geng motor yang tengah membuntuti mereka. "Lebih cepet lagi Rel." Titah Dewangga.

Varel pun menarik gas motornya lebih kencang lagi. Namun gerombolan dibelakang ikut mempercepat laju motornya, hingga Varel dan Dewangga berhasil dicegat salah satu gerombolan tersebut disebuah jalan yang sepi. "Sialan, kita dicegat Wa." Pekik Varel. Varel hendak turun dari motornya, namun dicekal oleh Dewangga.

"Jangan turun Rel, mereka banyak banget, kita dikepung. Kita nggak bakal menang ngelawan mereka." Sanggah Dewangga.

"Terus kalau nggak ngelawan lo mau mati disini?" Tanya Varel, Dewangga hanya diam membisu. Varel akhirnya berhasil turun dari motornya. Dewangga kini berada disampingnya. "Mau kalian apa hah?!" Tanyanya kepada segerombolan geng motor yang mencegatnya.

"Serahin motor sama semua harta yang lo bawa." Ucap laki-laki berumur sekitar delapan belas tahunan yang memakai jaket bomber berwarna hitam. Ada sekitar delapan orang yang mencegat mereka berdua.

Varel tersenyum remeh. "Kalau mau duit tuh kerja! bukannya begal anak orang." Cecar Varel.

"Songong banget lo." Seloroh remaja tersebut tak terima. "Serang!" Perintahnya kepada komplotannya untuk menyerang Varel dan Dewangga.

"Wa, lo bisa ngelawan kan?" Tanya Varel kepada Dewangga. Ia sudah memasang kuda-kuda untuk melawan.

"Bi-bisa Rel." Jawab Dewangga ragu-ragu.

Tanpa berpikir panjang, komplotan geng motor itu pun menyerang mereka berdua, beruntung mereka mempunyai cukup ilmu bela diri untuk bisa melawannya. Namun karena banyaknya anggota mereka, Varel dan Dewangga pun kini kewalahan, bagaimana tidak? remaja yang baru berusia lima belas tahun harus melawan mereka yang jauh lebih tua darinya dan skill bela diri mereka pun lebih tinggi. Dewangga kewalahan, kini ia sedang di kepung lima orang sekaligus. Varel menolehkan kepalanya menghadap ke arah Dewangga. "Aman Wa?!" Tanyanya dengan berteriak.

Jujur sebetulnya Dewangga takut dengan situasi ini, namun terpaksa ia harus bisa melawannya. Merasa tidak ada jawaban dari Dewangga, Varel juga sudah menumbangkan beberapa orang, ia pun berlari menghampiri Dewangga. Varel membantu Dewangga untuk melawan kelima orang tersebut. Saat sedang melawan, Varel melihat salah satu remaja tersebut membawa senjata tajam yang diarahkan kepada Dewangga. Saat itu posisi Dewangga memunggunginya, alhasil ia tidak tahu. "AWAS WA!!!" Teriak Varel kemudian lari ke arah Dewangga dan...

BHARRA: The Hidden Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang