05. NOBAR

120 84 3
                                    

"Bhar, gue izin numpang ke toilet ya, kebelet banget nih." Ucap Fathaan, meminta izin kepada Bharra untuk pergi ke toilet untuk buang air.

"Yaudah sana. Siram yang banyak, awas aja kalau sampe toilet gue bau pesing." Jawab Bharra yang diakhiri oleh ancaman.

"Iya bawel." Ujar Fathaan lagi yang sudah berdiri dan melangkahkan kakinya menuju ke arah toilet.

"Lo kenapa Lang? dari tadi cuman diem doang, biasanya rebutan makanan sama Afan." Celetuk Ezra memecah keheningan. Sejak mereka sampai di rumah Bharra, Gilang hanya diam sambil memandangi layar handphonenya, entah apa yang menyebabkannya, biasanya ia selalu maju nomer satu jika soal makanan.

Gilang yang sebelumnya menatap layar handphone sekarang melirikkan matanya mengarah ke wajah Ezra yang duduk di sampingnya. "Gue di putusin sama cewek gue." Ujarnya dengan nada memelas.

Semua orang yang berada di ruang tamu langsung memutarkan bola matanya malas. "Lo itu punya 1001 cewek, cuman di putusin satu cewek mah nggak ngaruh Lang." Timpal Afan.

Gilang hanya diam dan meletakkan handphonenya di atas meja. Tak berselang lama tiba-tiba notifikasi handphonenya berbunyi, tanda jika ada pesan yang masuk. Saat ingin mengambil handphonenya untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan, Bharra sudah terlebih dulu menyerobotnya. "Buset anjir, ini chat dari cewek semua gilak." Kaget Bharra setelah melihat notifikasi handphone Gilang.

Putri

lagi dimana?

Dinda

sayang udah makan?

Nadia

sayang skincare aku habis, tolong beliin ya

Aliya

nanti malem sibuk?

Wulan

kamu kok sekarang cuek sih

Kira-kira seperti itulah pesan yang dikirimkan oleh para pacar Gilang. Bharra bergidik ngeri melihat tingkah temannya yang satu ini, sungguh sangat tidak pantas untuk ditiru. Gilang menyerobot handphonenya yang masih berada di genggaman Bharra. "Iri bilang bos." Ucap Gilang bangga kepada Bharra.

"Emang lo nggak takut karma?" Tanya Ezra.

"Gue kan cuman gabut, mereka nya aja yang nanggepin nya serius." Jawab Gilang.

Fathaan melangkah kembali ke ruang tamu. Kini giliran handphone Fathaan yang berbunyi. Fathaan langsung mengambil handphonenya yang berada di meja, namun ia kalah cepat dengan Bharra. Bharra langsung membaca notifikasi pesan yang masuk di handphone milik Fathaan. Ternyata notifikasi pesan tersebut dari Maya. "Ibitnyi jingin lipi di minim." Ujar Bharra membaca pesan tersebut dengan nada mengejek. "Emang bowleh? se-care itu?" Timpalnya. "Emang lo sakit apa? sampe harus minum obat?" Tanya Bharra.

Fathaan langsung mengambil handphonenya. "Bacot lo, makanya pacaran, biar tau rasanya di perhatiin." Ucap Fathaan. Bharra pun hanya terdiam.

Suasana menjadi hening sebelum Afan angkat bicara. "Kita nobar yuk." Celetuknya. Mereka yang tadinya sibuk dengan handphone mereka masing-masing langsung memandang wajah Afan.

"Nobar apa?" Tanya Gilang.

"Kita nobar....." Afan menggantungkan kalimatnya sambil menaik turunkan alisnya.

"NGGAK USAH ANEH-ANEH!" Pekik mereka semua kecuali Dewangga. Mereka semua paham dengan apa yang sedang Afan pikirkan.

"Eh! gue nggak bilang apa-apa ya, kalian nya aja yang mikir aneh-aneh." Ujarnya mengelak.

BHARRA: The Hidden Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang