13. NYERAH?

48 23 1
                                    

Maaf ya baru bisa update sekarang, author nya lagi sibuk banget ngerjain tugas sekolah, sebelum baca boleh kali absen dulu darimana aja 😍😍😍

*****

"Jangan dulu nyerah, masih banyak cobaan yang belum dicoba"

(Afandri Abinaya Addar)

*****

"DEWA!!!"

Teriak Ezra, Afan dan Gilang memanggil Dewangga yang sedang berjalan beriringan dengan Rachel di lorong kelas, di belakang mereka juga ada Fathaan yang berjalan mengekori nya.

"Bharra beneran mau pindah?" Tanya Ezra, mereka semua mendatangi Dewangga hanya ingin memastikan perihal Bharra yang katanya hendak pindah.

"Katanya." Jawab Dewangga singkat.

"Kapan?" Tanya Ezra lagi.

"Lusa."

Rachel yang ikut berdiri di samping Dewangga pun hanya diam mematung, tidak ikut angkat bicara. Saat mereka sedang berdiri di lorong kelas, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba Bu Wati datang menghampiri mereka dan langsung menjewer telinga Ezra dan Gilang dengan kedua tangannya.

"Ad-aduh....." Ringis Ezra.

"Mampus." Pekik Afan.

"Bukannya masuk ke kelas malah ngobrol disini." Ujar Bu Wati dengan tangan yang masih setia menjewer kedua insan ini.

"Sa-sakit Bu, tolong lepasin ini jewerannya." Rengek Gilang.

"Sekarang kalian mau masuk ke kelas atau mau masuk ke ruang BK hmm?" Tawar Bu Wati.

"Iya ini juga mau masuk ke kelas." Jawab Ezra.

"Yaudah sana." Ucap Bu Wati, setelah mengatakan itu ia pun melangkahkan kakinya lagi, meninggalkan manusia manusia aneh itu yang masih berdiri di belakangnya.

"Emak lo gimana sih Thaan." Ujar Ezra kepada Fathaan dengan tangan kanan yang mengusap telinganya yang memerah karena ulah Bu Wati.

Fathaan yang sedang diam langsung menampakan wajah bingungnya. "Emak gue? emaknya Gilang kali." Sanggah Fathaan.

"Apaan lo bawa-bawa emak gue, emak gue lagi masak dirumah, lo nggak usah macem-macem kalau nggak mau di gibeng ama dia." Kata Gilang menakut-nakuti Ezra dan Fathaan.

"Ngeri banget emak lo, Lang. Pantesan tiap hari muka lo kusut terus." Sambung Afan.

"Muka gue emang kaya gini dari pabriknya." Ucap Gilang.

"Mukanya dia mirip banget kaya Sugeng." Celetuk Fathaan.

Gilang langsung membelalakkan matanya setelah mendengar Fathaan menyebut nama Bapaknya. "Dasar anaknya Herman nggak punya adab!" Kesal Gilang.

"Emang gue pikirin, dasar anaknya Sugeng, wleee." Ejek Fathaan sambil menjulurkan lidahnya.

"Herman!" Ujar Gilang tak mau kalah sambil mengejar Fathaan yang sudah kabur sebelum menerima amukan darinya.

"Sugeng!"

"Herman!"

"Sugeng!"

Lorong kelas yang tadinya sunyi kini menjadi gaduh karena ulah Fathaan dan Gilang. Rachel yang menyaksikan tingkah konyol para teman sekolahnya ini hanya membatin. Gue sebenernya sekolah di RSJ atau di mana sih?

*****

Suasana didalam kelas XI IPA 3 kini sedikit mencekam karena bertepatan dengan mata pelajaran matematika, hanya terdengar suara kipas angin yang sedang berputar. Hari ini pak Sidiq mengadakan ulangan dadakan, terlihat jelas bagaimana reaksi para siswa yang semalam tidak belajar, seperti para inti Athlantic, sejak memasuki kelas, Fathaan tak henti-hentinya mengetukkan pulpen yang ia genggam dengan meja kayu yang ia gunakan.

BHARRA: The Hidden Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang