11. PINDAH

111 62 6
                                    

Akhirnya bisa up lagi setelah beberapa saat
😍😍😍

*****

Hari Selasa, adalah hari dimana Dewangga harus melaksanakan jadwal piket kelasnya, alhasil ia harus berangkat sekolah lebih awal dari biasanya. Ia memarkirkan motornya dan berjalan memasuki kelas. Mungkin Dewangga berangkat terlalu pagi karena sesampainya di sana kondisi kelasnya masih kosong. Dewangga meletakkan tasnya di bangku dan berjalan untuk meraih sapu yang tergantung di kapstok, kemudian ia menyapu kelasnya dari arah belakang menuju ke depan. Silih berjalannya waktu, beberapa teman sekelasnya pun mulai berdatangan. Selesai dengan urusan piketnya, Dewangga berjalan lagi untuk meletakkan sapu yang telah ia gunakan. Ia duduk dibangkunya sambil membaca beberapa modul yang berada diatas mejanya.

Ezra, yang memiliki pangkat sebagai wakil ketua geng Athlantic dan juga sebagai ketua kelas XI IPA 3 pun datang. Ia berjalan dengan gagahnya menuju bangku milik Bharra dan Dewangga seraya menggendong sebelah tas sekolahnya di pundak, dan tiba-tiba ia berkata.....

"Nyontek dong." Ujarnya enteng kepada Dewangga. Dewangga yang sudah terbiasa di mintai jawaban oleh teman-temannya pun langsung paham, ia membalikkan badan dan merogoh isi tas ranselnya untuk mengambil buku bahasa inggris dan menyerahkannya kepada Ezra, Ezra pun langsung menerimanya dengan senang hati.

Fathaan, Afan dan Gilang telah sampai di dalam kelas, entah apa yang mereka bicarakan pagi-pagi seperti ini hingga air mata Afan keluar dari ujung manik netranya, bukan karena menangis, melainkan karena tertawa. Keanehan yang dimiliki oleh pelawak Athlantic yang satu ini adalah air mata yang selalu keluar ketika ia berlebihan saat tertawa, terkadang teman-temannya bingung, apakah ia sedang tertawa atau sedang menangis. "Please stop, ini masih pagi tapi perut gue udah eneg karena cerita lo, Lang." Ujar Afan sambil memegang perutnya yang keram karena lelah tertawa.

"Ngomongin apaan sih lo pada, masih pagi udah pada ngelawak aja." Ucap Ezra yang sedang duduk dibangku Bharra sambil menyalin jawaban tugas Bahasa Inggris.

"Lo mau tau ceritanya gimana Zra?" Tanya Fathaan yang sudah duduk dibangkunya sambil terkekeh.

"Cerita apa?" Tanya Ezra penasaran.

"Jadi gini....."

Semalam pada pukul 20.00, Gilang sedang berada di jalan mengendarai motornya untuk pulang ke rumah, ia habis berkencan dengan salah satu pacar gelapnya disebuah cafe. Sesekali ia bersiul sambil mengemudikan motornya, dan saat di perjalanan Gilang tak sengaja bertemu dengan seorang gadis yang memakai baju dengan panjang selutut yang berwarna merah, bahu dan kakinya yang jenjang pun terekspos dimata Gilang. Mata Gilang langsung berbinar, ia pun mendekatkan motornya kepada gadis yang sedang berjalan kaki dengan memakai sepatu heels itu.

Gilang menghentikan motornya di tepi jalan dan melangkah menuju gadis tersebut. Cantik, sangat cantik, terlihat dari belakang gadis itu memiliki rambut panjang yang hitam legam serta kulit putih bersih yang berhasil menarik perhatian seorang Gilang Abimana. "Kiw, cewek, mau dianterin nggak?" Tanya Gilang kepada gadis itu.

Merasa ada suara seseorang dibelakang, gadis itu pun membalikkan badannya, dan betapa terkejutnya Gilang setelah melihat penampakan gadis itu dari depan. Ia menelan ludahnya sendiri kemudian berjalan dengan tempo yang cepat menuju motornya. "Eh ganteng mau kemana?, katanya mau anterin aku." Naas, tangan Gilang berhasil dicekal oleh gadis itu yang ternyata adalah waria yang sedang berjalan di trotoar.

Gilang memberontak dan untungnya ia berhasil kabur dari cekalan waria itu, ia menyalakan motornya dan kemudian pergi meninggalkan sosok yang ia kira wanita. "Sialan, gue kira cewek, ternyata banci limapuluh." Ujarnya ketika sedang mengendarai motor.

BHARRA: The Hidden Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang