10. MAAF

133 79 6
                                    

Hai hai hai! Sebelum baca bisa kali absen dulu 😍😍 jangan lupa vote nya ya, gampang kok nggak bayar, jangan lupa komennya juga ya

*****

"Air, air apa yang bisa terbang?"

"Air terjun." Jawab Ezra

"Salah." Ujar Afan.

"Air hujan." Jawab Ezra lagi.

"Masih salah."

"Terus apa anyink." Kesal Ezra karena semua jawaban yang ia ucapkan salah.

Tangan Gilang sedang menyentuh dagunya, ia sedang berfikir untuk menjawab teka-teki dari Afan. "Air ketuban?" Jawabnya.

"Bukan."

"Terus apa?" Tanya Gilang.

"Air asia." Ucap Afan.

"Itu pesawat kocak, bukan air." Sanggah Ezra tak terima.

"Lagian udah tau kesabaran setipis tisu dibagi tujuh malah ngeladenin orang kaya Afan." Celetuk Fathaan yang duduk di samping Afan. Ezra pun melirikkan matanya tajam ke arah Fathaan.

Dewangga sedikit mengulas senyumnya tipis nyaris tak terlihat, ia merasa sedikit terhibur dengan tingkah konyol para teman sekelasnya, namun tidak demikian dengan Bharra. "Temen lo kenapa Wa?" Tanya Gilang kepada Dewangga yang sedang duduk di samping Bharra.

"Mau di keluarin dari sekolah."

Semua orang yang duduk di meja itu langsung melihat ke arah Dewangga, termasuk Bharra. "Lo berharap gue di keluarin?" Selorohnya.

"Kan Gilang nanya, ya gue jawablah." Ujarnya.

Mereka semua sedang duduk di kantin menikmati jajanan yang mereka beli. "Tumben lo ke kantin." Celetuk Fathaan kepada Dewangga yang sedang memakan roti.

"Dia habis ketemu sama ce—", belum selesai dengan perkataannya, namun mulut Bharra sudah di bekap oleh tangan Dewangga. Bharra menggigit telapak tangan Dewangga hingga ia melepaskan bekapannya. "Tangan lo asin lol." Ucap Bharra setelah Dewangga melepas tangannya.

Dewangga meringis jijik. "Tangan gue jadi najis habis digigit lo." Ujar Dewangga.

"Lo kira gue anjing?" Kata Bharra.

"Lho, bukannya emang lo an—"

"Zra, gue minta duit dong." Celetuk Jasmine yang tiba-tiba datang memotong pembicaraan. Jasmine datang bersama Rachel, sepertinya mereka habis mengganti seragamnya, terlihat dari baju olahraga yang mereka bawa.

"Emang lo nggak di kasih duit sama orang tua lo?" Tanya Ezra.

"Di kasih sih, cuman udah abis." Jawab Jasmine. Kemudian Ezra mengambil dompet kulit yang berwarna coklat di saku celananya, mengambil dua lembar uang berwarna merah dan menyerahkannya kepada Jasmine.

Afan menelan saliva nya susah payah sambil menggeleng-gelengkan kepala tak percaya setelah melihat isi dompet milik Ezra. "Gilak, emang uang saku lo sahari berapa sih Zra?" Tanya Afan penasaran.

"Ada deh, kalau gue kasih tau ntar lo pingsan." Jawab Ezra dengan senyum tengilnya.

"Duit dikasih orang tua aja bangga." Ujar Bharra dengan mata yang menatap ke depan, entah mengarah kemana. Ezra hanya menampilkan wajah datarnya.

Jasmine menyunggingkan senyumannya dan menerima uang yang diberi oleh Ezra. "Thanks Zra, lo emang sepupu ter the best deh pokoknya." Kata Jasmine memuji Ezra. "Oh ya, tadi Rachel nyariin lo Bhar." Celetuk Jasmine, menggoda Rachel yang sejak tadi hanya terdiam.

BHARRA: The Hidden Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang