Jangan lupa voment (^_-)-☆
~~~HAPPY READING~~~
Areka akhirnya menepati janjinya dengan mengajak Nala ke kedai kopi favoritnya. Kedai itu memiliki suasana yang nyaman dan santai, dengan aroma kopi yang memenuhi udara. Mereka memilih tempat duduk di pojok dekat jendela besar yang menghadap jalan.
Setelah melihat menu, Areka yang menyukai kombinasi manis dan pahit, memilih kopi mocha dengan whipped cream di atasnya. Sementara Nala, yang lebih suka rasa yang segar, memesan cold brew dengan tambahan sirup lemon.
Sambil menikmati minuman mereka, Areka dan Nala mulai bercanda. Areka menggodanya tentang bagaimana dia selalu memilih yang asam. "Nal, selera lo dari dulu memang unik, ya. Apa enaknya kopi rasa asam? Kayak minum air jeruk nggak, sih?"
Nala hanya tertawa kecil, memutar-mutar sedotannya di dalam cangkir. Berbeda dengan sebelumnya, sekarang dirinya sudah jauh lebih santai untuk membalas selorohan abangnya. "Abang aja yang nggak ngerti seni menikmati kopi. Lidah lo terlalu manis, Bang. Tuh, lihat aja, sampai ada whipped cream segala."
Areka pura-pura tersinggung. "Eh, jangan menghina whipped cream, ya. Ini kan esensi dari kebahagiaan dalam secangkir kopi."
"Gue tahu dari Anin. Katanya setiap minum kopi, lo selalu pesan yang sama," tambah Areka sambil menunjuk gelas kopi milik Nala melalui gerakan dagunya. "Memang nggak bosen, ya? Nggak mau coba yang baru gitu?"
Nala tersenyum tipis. "Kalau udah nyaman, ngapain cari yang lain?"
Areka tertawa. "Wah, kata-kata bijak dari seorang Nala. Siapa yang nyangka, dulu lo suka minta tambah gula di teh yang dibuatin Oma."
Kepala Nala terangguk, setuju. Tawanya juga ikut membelah udara. "Tapi itu kan dulu. Abang juga ngaca gih. Kayaknya lo jauh lebih suka manis dibanding gue. Siapa sih dulu yang dijatahin makan cokelat satu eh dia malah ngambil tiga. Segitunya suka yang manis, ya ... itu Abang orangnya. Sekarang pun Abang pesan kopi yang manis, kan?"
Senyum tipis Areka perlahan terbentuk di sudut bibirnya. Gelengan kepala turut dia berikan diikuti kening berkerut. "Tapi ini kopinya manis pahit, Nal. Gue juga biasa pesan yang lain, kok. Nggak melulu yang manis."
Nala tertawa geli mendengar ucapan Areka. Dia mengangkat alisnya, seolah ingin mengingatkan, lalu tersenyum lebar. "Iya, Bang. Suka yang manis-manis juga sah-sah aja, kok. Tapi jangan sampai kebanyakan, ya," tukasnya sambil menunjuk cangkir kopi Areka.
"Kehormatan nih, gue dikasih wejangan sama calon dokter." Areka tersenyum bangga karena telah melihat sisi Nala yang seakan mencerminkan bagaimana sosok adik sepupunya itu sebagai dokter kelak. "Tapi tenang aja, Nal. Gue tahu batasannya. Gue nggak mau jadi kayak anak kecil yang ketagihan permen dan cokelat. Lagi pula, gue peduli sama kesehatan gue, kok. Gue juga nggak mau jadi terlalu manis sampai bikin orang diabetes lihat gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAGGING US DOWN
ChickLitNaladhipa Aira Nawasena, seorang gadis yang sebenarnya hidupnya lurus-lurus saja. Hingga suatu hari hidupnya berubah karena kehadiran janin di dalam perutnya. Nala tidak salah. Dia jelas sekali hanya korban. Laki-laki itu yang sudah membuat hidupny...