Oke, lanjut baca pelan-pelan ya gais.
Jangan lupa vomen (≧▽≦)
~~~HAPPY READING~~~
Nala terbaring di kasur, matanya terjaga sepanjang malam. Setelah kejadian mengerikan itu, hatinya hancur, pikirannya kacau, dan tubuhnya terasa beku. Areka, abang yang selalu dia kagumi dan hormati, telah mengkhianati kepercayaan yang dia berikan. Kebejatan Areka merenggut mahkota berharga miliknya, sesuatu yang tidak pernah terbayangkan olehnya.
Bagaimana bisa abang yang dia kenal, yang selalu dia yakini sebagai sosok yang sempurna, berubah menjadi seorang pria berengsek karena mabuk? Nala terjebak dalam pertanyaan-pertanyaan yang tidak punya jawaban. Apakah Areka punya masalah? Apakah dia tersesat dalam pergaulan yang salah? Padahal sore sebelumnya, Areka masihlah abang yang dia kenal, sosok yang begitu berbeda dari lelaki yang telah mencabik-cabik hatinya.
Air mata mengalir tanpa henti, tetapi Nala tidak menangis tersedu. Hatinya begitu hancur hingga dia tidak mampu menggambarkannya. Dia hanya bisa bersandar di headboard, merenung dan memikirkan nasibnya. Dia tidak tahu bagainana ke depannya, rasanya hanya ingin menarik diri dari dunia.
Di sisi lain, ponsel milik Nala terus berbunyi, suara berisik yang semakin membuat kepalanya pening. Merasa marah, dia akhirnya membanting ponselnya ke dinding drngan keras. Kini, ponsel itu hancur, seperti dirinya.
Sepanjang malam, Nala terdiam, pikirannya kosong, tubuhnya lelah. Bahkan perutnya yang terasa sakit karena kelaparan tidak mampu menarik perhatiannya. Dia merasa asing dengan dirinya sendiri. Saat hampir masuk waktu subuh, Nala tersadar sesuatu. Dia segera mandi, mengambil wudu dan menyempatkan salat subuh. Meski hatinya ragu, dia tetap berdoa, berharap Sang Kuasa masih berbelas kasih padanya setelah semua yang terjadi.
Setelahnya, Nala kembali masuk ke kamar mandi. Untuk sekali lagi dia ingin membersihkan dirinya, merasa tidak cukup karena perasaan kotor merasuk ke dalam jiwanya, membuatnya lagi-lagi menggosok tubuhnya dengan keras, seolah ingin membersihkan noda yang tidak terlihat. Lama dia di kamar mandi, mencoba merasakan kembali kebersihan yang telah hilang.
Sesudah itu, saat berdiri di depan cermin, Nala memperhatikan tanda-tanda kemerahan di lehernya yang tidak tertutup baju. Seketika, dia meraih foundation dari meja riasnya dan mulai menutupi bekas-bekas itu dengan hati-hati. Setiap sapuan kuas di kulitnya terasa seperti upaya putus asa untuk menyembunyikan kebenaran yang dia sendiri enggan hadapi.
Meski sudah tertutupi, Nala masih merasa ada yang kurang. Dengan cepat, Nala berganti baju model turtleneck berwarna krem dan memadukannya dengan celana panjang hitam. Rambut panjangnya dibiarkan terurai, menambah kesan dewasa pada penampilannya. Sekarang, setiap tanda kemerahan di lehernya tersembunyi, dan penampilannya tampak anggun serta tidak bercela.
Penampilan itu menegaskan bahwa Nala benar-benar gadis yang cantik. Ah, apa sekarang bisa kita sebut Nala seorang wanita? Karena bahkan dirinya sekarang sudah tidak gadis lagi karena perlakukan bejat abangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAGGING US DOWN
ChickLitNaladhipa Aira Nawasena, seorang gadis yang sebenarnya hidupnya lurus-lurus saja. Hingga suatu hari hidupnya berubah karena kehadiran janin di dalam perutnya. Nala tidak salah. Dia jelas sekali hanya korban. Laki-laki itu yang sudah membuat hidupny...