Setiap murid memiliki dua kelas sihir untuk dipelajari, namun untuk pemilihan pelajaran itu sendiri terbilang sudah diatur oleh pihak sekolah— Skyren. Jika ada murid yang mengikuti kelas nethermere maka sudah pasti ia harus mengikuti kelas cressent moon, yang memang letak tempatnya sama di lembah nethermere. Hanya saja kelas cressent moon biasa dilaksanakan malam hari sementara kelas nethermere pada siang hari.
Letak tempat pelaksanaan kelas yang Renjun ikuti dengan yang Haechan ikuti jelas berbeda, karena itu mereka terbilang sulit bertemu juga karena perbedaan jadwal kelas sihir mereka.
Hari ini Renjun ada kelas cressent moon, dan artinya ia tak memiliki waktu di malam hari untuk pergi dengan kekasihnya. Jadi ia sengaja datang ke dataran dengan lahan halus yang diterangi cahaya—tempat para murid yang mengikuti kelas Luminara berada. Haechan adalah salah satu murid Luminara itu.
Kakinya mengetuk-ngetuk lantai dengan bosan, dan saat ia mendengar ada langkah mendekat ia mendongak untuk bertanya.
"Kau melihat Haechan?"
"Tidak." Itu adalah jawaban singkat dan sinis yang selalu Renjun terima saat ia mendatangi gedung Luminara.
Kebanyakan para murid Luminara tak begitu menyukai Renjun, dan bahkan cukup banyak yang menunjukkan terang-terangan mengenai hal itu.
Tapi Renjun juga bukan sosok yang terlalu mementingkan hal itu, ia tak begitu memperdulikan apa yang menjadi penyebab orang-orang tak menyukainya.
Luminara adalah kelas sihir cahaya, setiap murid yang mengikuti itu sudah jelas akan mengikuti kelas Sunshard yang merupakan keas untuk mempelajari pelindung menggunakan pancaran cahaya matahari.
Itu juga alasan kenapa terkadang jadwal kelas mereka tak bertemu. Disaat Haechan memiliki kelas siang karena semuanya berhubungan dengan cahaya, Renjun justru memiliki satu kelas yang dilaksanakan malam hari.
Tak lama kemudian terlihat sosok berkulit tan dengan senyum lebar itu berjalan cepat padanya dan langsung memeluknya erat, juga menciumi rahang Renjun dengan gemas.
"Kau pasti begitu merindukanku." Haechan tak terlihat berniat menghentikan aksinya sama sekali bahkan setelah Renjun mengerang kesal padanya. Haechan pikir dirinya bisa menghabiskan sepanjang hari menciumi wajah Renjun yang cantik itu.
Renjun menyentuh lengan Haechan, menahan dan memintanya berhenti melakukannya. "Aku kemari untuk menanyakan hukumanmu."
Haechan menghentikan ciumannya pada Renjun—tanpa melepas pelukannya, lalu menatap kekasihnya itu dengan kening berkerut. "Siapa yang mendapat hukuman?"
"Pintu lemari kemarin." Renjun mengingatkan kejadian beberapa hari yang lalu.
"Aku tak dihukum, sudah aku bilang kau tak perlu merisaukannya." Haechan tersenyum lebar, seolah bangga pada dirinya sendiri.
Renjun mengernyit lalu menatapnya curiga. "Kau tak berbohong pada pengajar tentang pelakunya bukan?"
"Tidak, aku mengaku." Sahut Haechan. Ia memang mengaku pada pengajar tentang dirinya yang melakukannya, tapi ia tak mendapat sanksi apapun karena ia mengatakan alasannya seolah itu hal penting.
Karena Haechan yang sudah menjadi bagian dari pembimbing di Skyren yang banyak dipercaya pengajar, tentu Haechan tak dalam masalah besar karena hal seperti itu.
Mata Renjun sempat memicing curiga, tapi Haechan terus merengek untuk mempercayainya. Lengan Haechan yang masih melingkari tubuhnya itu terus mengguncang pelan tubuh Renjun sebagai gestur membujuk Renjun agar tak terus menatapnya dengan tatapan penghakiman.
"Aku tak berbohong, sungguh. Berhenti menatapku seperti ituu.."
Setelah itu Renjun pun mengangguk singkat. "Jangan berulah seenaknya lagi."