"Dimana Renjun?" Itu adalah pertanyaan pertama yang Mark lontarkan ketika ia bangun dengan keadaan yang lebih baik, lukanya telah tertutup meski masih ada sedikit sisa nyeri di sekitar sana. Tapi jika dibandingkan dengan kesakitan tadi, sekarang Mark berpikir lukanya ini sudah sembuh.
Salah satu teman pembimbing Mark di cressent moon menjawab. "Ia baru saja dibawa ke kamarnya setelah mendapat bantuan dari beberapa pembimbing yang menyadari ia tak ada."
Mark mengerang menyadari Haechan benar tak menyadari kejanggalan pada diri Renjun kala itu, sampai meninggalkan Renjun dan tak menyusulnya sama sekali. Tapi untungnya pembimbing yang lain menyadari ketidakberadaan Renjun.
"Haechan mana?" Tanya Mark kemudian sembari ia bangkit dari tempatnya.
"Ia sedang berbicara dengan pengajar untuk mengatakan apa yang ia lihat." Jawab temannya itu.
Dan Mark pun dengan cepat mencari keberadaan Haechan, sampailah ia di dekat ruangan pengajar cressent moon dan terdengar suara Haechan dari dalam.
"Haechan, Renjun tak melakukan apapun." Mark berseru cepat, memotong percakapan Haechan dengan pengajar.
"Semua kejadiannya disebabkan murid Luminara, aku tak kenal ia tapi aku ingat wajahnya." Mark menjelaskan.
"Luka padaku, itu ulahnya. Dan Renjun juga ikut terluka—" Mark meringis mengingat luka Renjun. "...Juga ada yang salah dengan tubuhnya, karena lukanya tak membaik bahkan setelah menggunakan sihir nethermere sekalipun."
Mark mengatakan yang ia lihat. Sementara Haechan langsung mengerutkan dahinya heran, kenapa ada hal seperti itu. Biasanya setiap luka akan cepat sembuh dengan sihir nethermere.
"Percayalah, Renjun tak bisa melakuman apapun saat kau datang, bahkan untuk membela dirinya sekalipun." Suara Mark melemah di akhir kalimatnya, memohon pada Haechan untuk percaya pada Renjun.
Dan setelah mendengar semua penjelasan Mark, Haechan segera ke tempat Renjun, karena ia juga sedang berada di gedung tersebut.
Sebelum menuju kamar Renjun, Haechan mencoba mencerna apa yang terjadi.
Pagi itu ia tiba-tiba didatangi salah seorang teman Renjun di cressent moon, Haechan agak terkejut karena seingatnya ada kelas cressent moon malam itu, tapi gadis tersebut terlihat sengaja datang padanya untuk mengatakan hal yang sepertinya penting.
"Kak Mark—" Sosok itu hanya mengatakan itu dengan sambil memegang tenggorokannya.
Haechan yang tak tau apapun hanya sekedar berpikir anak itu tengah sakit dan berusaha berbicara padanya.
"Renjun.."
Ketika nama kekasihnya turut disebut Haechan semakin penasaran. "Renjun kenapa?" Haechan jadi tak sabaran, ada perasaan tak nyaman tiba-tiba yang ia rasakan.
"Feylight, bahaya..." Gadis itu berujar susah payah, dan Haechan yang merasakan jantungnya berdetak panik ketika mendengar kata bahaya pun langsung berlari menuju tebing Feylight.
Tadinya ia pikir Renjun yang dalam bahaya, tapi begitu ia sampai disana dan melihat Renjun memegang benda tajam sementara kak Mark tergeletak dengan darah yang mengotori bajunya, Haechan tau bahwa justru Renjunlah yang membuat semuanya bahaya.
Kemudian cerita kak Mark soal kejadian tadi, tentang adanya seorang dari Luminara yang mencelakai kak Mark dan Renjun, Haechan benar-benar ingin tau siapa orangnya dan atas alasan apa.
Memasuki kamar Renjun, Haechan melihat bagaimana wajah itu benar-benar pucat. Katanya anak itu telah kehilangan banyak darah, dan ketika Haechan melihat kaki Renjun, kedua kaki itu dibebat kain. Hatinya ngilu mengingat ia justru menuduh Renjun dan meninggalkannya hingga sepucat itu.