Ketika cupcake miliknya sudah datang, Renjun segera menyuapkannya pelan-pelan—menikmati bagaimana makanan manis itu membuat mulutnya puas, membuat suasana hatinya perlahan membaik dari gigitan pertama.
Tangan Haechan mengusap tengkuk Renjun dengan senyum menahan gemas, ia mendekatkan wajahnya pada pipi Renjun dan mengecupnya. Lewat kecupan itu barusan ia bisa mencium wangi manis dari cupcake yang dimakan kekasihnya.
"Wanginya pun tercium begitu manis." Ringis Haechan ketika ia menyelesaikan ciuman ringannya pada pipi Renjun.
Renjun tak peduli dengan terselipnya nada protes milik Haechan, ia sibuk dengan cupcakenya.
"Saat kemarin aku mengunjungi gedung Nethermere aku dengar akan ada pembimbing baru disana. Ia dari luar Skyren." Ujar Haechan ketika ia juga mulai menyuapkan cemilan miliknya.
Mata Renjun sedikit melebar terkejut. "Iyakah? Kenapa bisa? Bukankah harusnya pembimbing terpilih dari murid disini?"
"Aku belum mendengar kabar ini." Lanjut Renjun sambil menatap kekasihnya itu.
"Mungkin kemampuannya sungguh membantu dan membuat pihak Skyren membutuhkannya." Haechan mengatakan praduganya.
Sementara Renjun yang menatap Haechan, kini merasa bahwa di detik itu dirinya kehilangan perasaan riangnya karena berhasil memakan cupcake kesukaannya. Makanan manis itu terasa tak membantu sama sekali begitu matanya bertatapan dengan mata Haechan.
"Begitu hening.." Lirih Renjun tanpa sadar.
"Kenapa?" Tanya Haechan tak mengerti dengan maksud ucapan Renjun.
Renjun mengerjap, tangannya yang memegang cupcake turun dan menyimpan sisanya. Ia langsung mengepalkan tangannya, menyembunyikan gemetar kecil yang tangannya perlihatkan. "Tidak, tempat kak Doyoung kenapa begitu hening. Biasanya ada beberapa orang disini."
Padahal jelas bukan itu. Apa yang Renjun ucapkan tadi adalah kata yang keluar begitu saja setelah melihat potongan bayangan masa depan.
Setiap berinteraksi dengan Haechan tentu Renjun banyak menatap matanya. Dan karena sebelumnya ia pernah menyelami mata kekasihnya itu dengan mantranya, sekarang tanpa mengucap mantra sekalipun Renjun mendapat potongan lain lagi dari mata Haechan.
Artinya, semakin sering ia bersama Haechan, semakin banyak potongan demi potongan yang hadir di hadapannya.
Dan itu sekarang agak membuatnya jauh lebih merasa takut, apalagi bayangan barusan berbeda dari sebelumnya. Lebih menyeramkan hingga membuat tangannya pun bergetar samar.
Ada darah yang ia injak di bawah kakinya, dan Renjun hanya bisa menatap cairan merah itu dengan napas yang memburu panik. Juga suasana disana begitu hening, hening yang menakutkan. Dan meski di bayangan itu Renjun hanya menunduk menatap ke bawah, tapi ia bisa merasakan bahwa ada oranglain di sekitarnya. Yang entah siapa.
Renjun pun semakin yakin untuk mengambil waktu pulang, meski belum waktu libur sekalipun. Renjun tak bisa sering-sering betemu Haechan, Renjun takut di pertemuan lainnya dengan Haechan, bayangan yang muncul lebih menakutkan dari barusan.
Ia ingin menjaga jarak dengan Haechan, ia ingin mengurangi interaksi mereka untuk mengurangi banyaknya bayangan itu bermunculan di depan matanya.
Dulu Renjun begitu bersemangat ketika mengetahui ia memiliki bakat dalam sihir penyembuhan, tapi begitu mengetahui jika ia masuk kelas nethermere maka ia juga harus ikut cressent moon, Renjun agak khawatir. Takut bahwa ia tak bisa menguasai cressent moon sama sekali, takut ia hanya bisa menekuni satu sihir saja.
Di luar bayangannya, Renjun justru masuk murid yang cepat menguasai materi pembelajaran. Renjun selalu termasuk dalam beberapa murid yang lebih unggul, dan itu membuat kekhawatirannya dulu ganti perasaan bangga pada dirinya sendiri.