Keakraban yang ia lihat tepat sebelum kejadian sebenarnya terjadi pada tempo hari, antara Haechan dan kak Mark itu bagai potongan yg memancing lebih banyak bayangan muncul di kepala Renjun.
Karena keesokan dan keesokan hari setelah itu Renjun mendapat satu potong bayangan setiap harinya, dan itu merupakan jangka waktu paling singkat dari biasanya ia mendapat potongan bayangan dari yang satu ke yang lainnya.
Namun memang bayangannya lebih singkat dari biasanya, lebih samar dari apa yang biasa ia lihat, dan itu justru membuat Renjun khawatir.
Permen dari tangan seseorang.
Tebing Feylight.
Tangannya yang bergetar.
Itu yang Renjun lihat kemarin-kemarin.
"Kau semakin banyak melamun akhir-akhir ini." Haechan menjawil hidung Renjun pelan sebelum duduk di samping kekasihnya itu.
Bahkan Renjun barusan tak menyadari kedatangannya, menunjukkan bahwa anak itu tenggelam jauh dari dunianya.
"Kapan seleksi amorith?" Renjun bertanya seperti itu, agar Haechan berpikir alasan ia melamun adalah tentang amorith.
Haechan mengetnyit kemudian memicingkan matanya. "Kau benar banyak tak fokus karena ini?"
Meski Renjun memberi sebuah anggukan sebagai jawaban, tapi Haechan tak percaya begitu saja.
"Kak Mark bilang kau mungkin berpikir aku dan ia memiliki hubungan dulu karena kemarin-kemarin aku dan ia terlalu larut berinteraksi hingga nyaris lupa kau juga disana." Ujar Haechan, mengatakan apa yang sempat teman lamanya itu katakan tentang kemungkinan alasan Renjun yang sering melamun.
"Kalian memilikinya?" Tanya Renjun penasaran.
Haechan menghela napasnya. "Ternyata benar kau memikirkan itu."
Kemudian Haechan menggelengkan kepalanya. "Tidak, Renjun. Aku dan kak Mark hanya pernah berteman saat kecil. Dan kemarin-kemarin aku dan ia terlalu antusias karena ternyata bisa bertemu lagi." Jelas Haechan.
Sebenarnya benar bahwa Renjun cemas tentang itu juga, karena setelah datangnya potongan bayangan Haechan akrab dengan kak Mark, ia melihat bayangan Haechan yang memiliki meraih tangan kak Mark alih-alih menghampirinya.
Renjun nyaris tak pernah berpikir akan ada hari dimana Haechan memilih oranglain dari padanya, tapi setiap teringat apa yang ia lihat di masa depan itu Renjun jadi khawatir juga sedih.
"Lagi pula aku dan kak Mark pun sekarang jarang bertemu—kalau kau khawatir sesuatu. Justru sekarang kau yang sering bertemu dengannya." Kali ini Haechan mengeluarkan kekehan ringan untuk membuat suasana antara mereka tak terlalu tegang.
Karena sejak tadi Renjun hanya terus memasang wajah serius.
"Apalagi aku juga beberapa kali melihat ia menatapmu lama." Haechan melihat dari raut Renjun yang tak terlihat ingin meladeninya, anak itu benar-benar tak dalam suasana hati yang baik.
Jika diibaratkan cuaca, mungkin sekarang suasana hati Renjun seperti yang hendak menyambut badai, gelap, mendung, dan jauh dari kata cerah dan berbunga-bunga.Hari ini entah sudah berapa kali ia menghela napasnya, karena harinya yang terasa melelahkan bahkan disaat tak ada kelas sama sekali.
Renjun juga tak berniat menemui Haechan disaat ia sedang sekacau ini, karena Haechan banyak menyadari apa yang matanya tunjukkan meski ia selalu berusaha menaikkan sebuah senyum di bibirnya.
"Ingin mencobanya?"
Kepala Renjun mendongak melihat siapa yang menyodorkan beberapa bungkus permen padanya—itu adalah salah satu temannya di kelas Nethermere.
Dengan keadaannya yang sedang merasa pengap dengan pikirannya sendiri, Renjun tentu dengan senang hati menerima tawaran itu. Apalagi yang ditawarkan merupakan kesukaannya.
"Boleh aku minta satu ya?" Mata Renjun menunjukkan ketertarikan pada makanan manis itu.
Salah satu teman Renjun itu mengangguk dan tersenyum. "Tiga-tiganya juga tidak apa, Renjun."
Renjun terkekeh kemudian mengambil satu. "Tidak, aku ambil satu saja. Terimakasih."
"Sama-sama. Bukankah semua makanan buatan kak Doyoung selalu enak?" Karena sosok itu juga salah satu penyuka makanan manis seperti Renjun.
"Benar." Jawab Renjun setuju.
Setelah itu sosok itu pergi meninggalkan Renjun yang langsung menyuapkan permen tersebut dengan senyum terulas, ia pun kembali meraih buki yang sejak tadi ia buka, berniat membacanya meski sejak tadi ia hanya berakhir melamun memikirkan semua potonga—
Permen!
Renjun tersentak sendiri mengingat apa yang pernah ia lihat, barusan sudah terjadi lagi. Dan sekarang Renjun tak tau apa ini hal yang buruk atau baik dengan ia yang sudah memakan permen itu.
"Renjun?"
Terdengar seseorang memanggil namanya ketika ia sedang berpikir untuk membuang permen yang sudah ada di dalam mulutnya itu.
"Kak Mark." Ternyata kak Mark yang memanggilnya.
"Ada apa, kak?" Tanya Renjun.
Kak Mark berdiri tak jauh darinya, ia sempat tersenyum sebelum berujar. "Pengajar mengatakan kau kemarin kembali melamun di kelas cressent moon." Tegurannya tak pernah menakutkan.
"Maaf.." Lirih Renjun dengan kepala menunduk pelan.
"Kau sakit?" Tanya Mark.
Renjun menggeleng pelan. "Tidak, hanya saja aku merasa tak bisa fokus akhir-akhir ini."
Kak Mark bergumam sebentar, sebelum kemudian menatap Renjun lagi. "Aku dengar disini ada pantai."
"Iya."
"Mau kesana untuk menyegarkan lagi pikiranmu? Sekalian mengenalkanku pada pantai disini, aku belum tau." Kak Mark terkekeh ringan setelah mengatakannya.
"Boleh, kak." Renjun mengangguk menyetujui, dan ia pun segera beranjak. Dalam perjalanan ia sempat membuang permen yang tadi sudah ia masukkan ke dalam mulut, karena Renjun tak tau apa itu baik-baik saja untuk ia telan atau tidak. Dan sebagai upaya menjaga diri, Renjun memilih membuangnya.
"Pantainya, tenang." Komentar Mark setelah sampai di pantai dengan pasir hangat yang lembut juga deburan ombak yang terasa lembut menyentuh kaki mereka.
Tak ada sahutan dari Renjun, anak itu sibuk menunduk menatap kakinya yang terkena sapuan ombak. Renjun barusan melihat lagi sekelebat bayangan yang sama seperti yang sebelumnya pernah ia lihat.
Kakinya menginjak darah.
"Renjun, kau masih juga melamun." Tangan kak Mark menyentuh pelan bahu Renjun yang langsung mendongak dengan sambil menarik napas rakus, Renjun merasa sesak dengan bayangan terulang yang ia lihat barusan.
"Apa ada jalan kesana? Aku tertarik mengetahui tempat itu." Kak Mark menunjuk tebing Feylight.
Renjun mengangguk. "Aku juga suka disana." Ia memaksakan sebuah senyum, karena sedikit merasa bersalah setelah sejak tadi ia banyak melamun dan pastinya mengabaikan kak Mark.
"Kalau begitu kita kesana, kau mau?" Tanya Mark.
Dan Renjun mengangguk, membawa kakinya menuju tempat itu—belum menyadari bahwa ia tengah dibawa pada tempat yang telah ia lihat di masa depan.