Maaf ya aku ngilang dari sini lama, maaf karena baru bisa update bonus partnya, maaf juga karena partnya sedikit, dan maaf untuk ending tulisan hyuckrenku yang gak sesuai bayangan beberapa orang, maaf lagi untuk tulisanku yang mengecewakan, sekali lagi maaf kalau tulisanku jauh dari apa yang kalian harapkan...
_____________
"Aku sudah sembuh." Ujar Renjun begitu Haechan selesai mengecup kedua pipinya bergantian.
Dan Haechan menyadari bahwa suasana hati Renjun belum kembali sebaik sebelumnya, anak itu masih kukuh ingin menghilangkan kemampuannya di cressent moonnya karena semua kejadian kemarin-kemarin benar mengguncangnya.
"Kau akan baik-baik saja." Suara Haechan mengalun lembut.
Tapi Renjun masih mengingat bagaimana kalimat tajam yang keluar dari mulut Haechan tempi hari, dimana Haechan memilih memperhatikan oranglain daripada menghampirinya. Bahkan bertanya keadaannya pun saat itu tidak Haechan lakukan.
Padahal kalau Haechan percaya padanya, begitu melihat kekasihnya nyaris kehabisan napas dengan adanya Mark di hadapannya yang terluka, mungkin harusnya bertanya lebih dulu kenapa ada benda tajam di tangannya dan kenapa napasnya terlihat kesulitan—karena Renjun saat itu yakin tubuhnya sudah begitu lemah, napasnya sakit dengan tubuhnya yang nyeri, pasti wajahnya pucat. Belum lagi sakit dari kakinya yang terluka.
Reflek, Renjun menatap kakinya yang sudah baik-baik saja itu. Dan Haechan yang melihat itu mengusap kepalanya lembut.
"Maaf aku baru mengatakan ini." Ujar Haechan.
Tangannya meraih tangan Renjun untuk ia genggam. "Renjun, maaf pada kejadian kemarin aku justru meninggalkanmu. Maaf karena aku menuduhmu dan membentakmu. Maaf karena aku terkesan tak mempercayaimu."
"Aku hanya ikut terkejut dengan kejadian itu." Haechan menunduk mengingat lagi apa yang juga sebenarnya telah Renjun lewati.
"Aku banyak menyalahkanmu dengan berpikir harusnya kau memberitauku perihal apa yang kau lihat di bayanganmu, padahal kau pu tak bisa apapun selain mengikuti semuanya hingga terjadi."
"Maaf, ya?" Haechan kembali mendongak untuk menatap Renjun lagi.
"Mengenai permen itu, aku justru menunggu permintaan maafmu. Kau yang salah untuk hal itu, dengan itu berisi racun atau tidak, aku sering melarangmu memakannya." Haechan melirik Renjun sebal.
Sementara Renjun pun kini jadi balik mendengus pada Haechan. Baru beberapa detik yang lalu anak itu meminta maaf padanya, tapi langsung menodongnya dengan hal yang tetap tak bisa Renjun buat pembelaannya—karena Renjun suka makanan manis.
Tak lama kemudian ada kak Mark yang memang sejak tadi mencari keberadaan Renjun, dan begitu melihat Renjun tengah duduk bersama Haechan, ia langsung menghampirinya.
"Ozrille tak akan bisa membuat kemampuanmu hilang, Renjun. Ia hanya bisa membantu lukamu sembuh." Ujar Mark ketika duduk di samping Renjun yang satunya.
Ia mendengar tentang Renjun yang memohon pada Ozrille dan pengajar cressent moon bahwa ia tak ingin memiliki lagi kemampuan itu, Mark jadi tau seberapa kukuhnya anak itu.
"Aku tak suka memilikinya." Sahut Renjun pada kak Mark.
Rasanya kecil kemungkinannya untuk Renjun tak menyukai kemampuannya sendiri, jadi Mark pikir ada alasan lain kenapa Renjun ingin berhenti memiliki kemampuan itu. Ia memicingkan matanya, sebelum menebak.
"Kau takut pada orang-orang yang membencimu seperti kejadian kemarin."
Dan Renjun tak mengelak, alasan ia tak ingin memegang lagi sihir cressent moon adalah karena ia semakin menyadari kebencian orang padanya bisa sejauh itu. Dan semua kebencian itu berawal dari kenyataan bahwa ia pandai di sihir satu itu, membuat Renjun jadi takut memilikinya karena tak mau menambah kebencian orang hingga membahayakan lagi dirinya sendiri hingga orang di sekitarnya seperti kak Mark tempo hari.
"Sebentar lagi akan mulai seleksi amorith, kau tak akan bertemu banya murid lainnya, selain dari yang mengikuti seleksi. Dan yang terpilih mengikuti seleksi pun pastinya tak mungkin memiliki pikiran membenci sihir lain, ia harus orang-orang yang waras." Mark terkekeh di akhir kalimatnya, mencoba membuat Renjun tak setegang itu.
Karena sungguh, sejak tadi anak itu terlihat tegang dan terlalu serius.
"Kedepannya aku akan mencari tau lebih banyak jika ada orang yang membicarakanmu lagi terang-terangan seperti gadis yang kemarin." Haechan ikut menenangkan Renjun dengan usapan di punggungnya.
Mengenai gadis yang mencelakai Renjun dan kak Mark, hari itu setelah Haechan menemui dan mengajaknya berbicara dengan seluruh kalimat intimidasinya. Haechan langsung 'mengantarnya' ke sumur perbatasan.
"Kau masih juga tak ada takutnya disaat di depan matamu sudah ada sumur yang akan aku jadikan sebagai rumahmu." Ujar Haechan ketika melihat gadis itu masih berani menatapnya sinis ketika tangannya terikat ikatan cahaya Sunshard yang menyakitkan.
Kemudian Haechan bergumam mencoba menebak alasan gadis itu masih terlihat santai dan tak takut ia masukkan ke dalam sumur.
"Apa kau berpikir cahaya bisa masuk kesana dan kau bisa menggunakan kekuatanmu untuk menjebak orang nantinya hingga menarikmu keluar dan ganti orang itu yang terjebak?" Haechan mengatakannya dengan nada meledek.
Tawa geli Haechan menunjukkan bahwa ia begitu terhibur. "Tidak akan bisa. Aku akan menutup sumurnya, agar kau lebih cepat mati." Haechan menunjuk sebuah papan kayu yang ukurannya bisa menutup sumur tersebut.
Gadis itu melotot seketika, padahal seingatnya tak ada penutup untuk sumur itu sebelumnya. Dan sekarang ia yakin Haechan tak mungkin menggunakan penutup sumur sembarangan, Haechan benar berusaha membuatnya mati.
Ketika ia mulai berontak, gerakan Haechan lebih cepat darinya untuk menjatuhkannya ke dalam sumur yang tak memiliki kemungkinan untuk ia panjat nantinya dengan adanya penutup itu.