3. His gaze

1K 133 20
                                    

Haechan menatap cahaya Sunshard yang muncul di telapak tangannya, matanya melirik pada kelinci yang ada di dekat rerumputan tinggi di sekitarnya dan saat Jeno mencoba menyerang kelinci itu dengan sihir Luminara—dengan menjadikan cahaya Luminara bagai belati kecil yang akan menusuknya. Haechan dengan cepat menahan itu dengan sihir Sunshardnya.

Decakan puas itu jadi pertanda bahwa memang itu yang Haechan harapkan, ia berhasil melindungi kelinci itu dengan perisai sunshardnya.

"Kenapa kau masih begitu mengkhawatirkan tak lolos ke Amorith disaat kau jelas sudah diajukan masuk kesana oleh Skyren?" Tanya Jeno tak habis pikir.

"Siapa yang mengkhawatirkan Amorith." Kata Haechan dengan acuh tak acuh.

Amorith adalah kerajaan besar yang bahkan hingga kini masih mencoba memperbesar wilayah kekuasaannya, karena besarnya kerajaan tersebut jelas pasti orang-orang yang menjaganya harus begitu banyak karena banyaknya musuh yang kian bertambah juga.

Selain para pengawal dan prajurit yang pandai berperang, Amorith juga membutuhkan para penyihir yang menguasai berbagai seni sihir.

Setiap tahunnya, Skyren pasti mengirim beberapa murid terbaik pilihannya untuk ikut bergabung dengan penjaga amorith, dan kebetulan tahun ini adalah penentuan untuk murid angkatan Haechan, Jeno, termasuk Renjun juga.

"Kau terus memastikan kalau kau bisa mengendalikan sihir Sunshard dengan baik." Jeno mengatakan alasan ia mengajukan pertanyaan tadi.

Haechan mengedikkan bahunya. "Bukan untuk persiapan ke Amorith, aku mempersiapkan ini jika saja ada hal buruk yang akan menimpa Renjun aku sudah cukup menguasai ini."

Jeno menaikkan halisnya tak percaya. "Disaat oranglain berambisi ingin menyempurnakan kemampuannya agar terpilih ke Amorith, kau justru lebih mementingkan Renjun."

Semua orang mempersiapkan semua kemampuan sihir mereka, juga mengupayakan yang paling baik agar bisa jadi murid terpilih itu. Sebab amorith adalah tempat yang diimpi-impikan banyak orang, ada kebanggaan tersendiri saat berhasil menjadi bagian dari amorith.

Tapi disaat oranglain menomor satukan persiapan pemilihan murid ke amorith, Haechan justru menyimpan itu di nomor kesekian.

Memang Haechan telah menjadi salah satu pembimbing yang mendapat jaminan lolos ke amorith, tapi tetap saja, banyak pembimbing yang tetap mempersiapkan diri dan mengasah sihir mereka dengan tujuan agar begitu sampai di amorith mereka berguna.

Berbeda dengan Haechan yang melatih sihirnya, mengukur kemampuannya sejauh apa, dengan tujuan untuk memastikan ia bisa melindungi Renjun.

"Itu menunjukkan bahwa Renjun lebih penting dari pada terpilih atau tidaknya aku ke Amorith." Jawab Haechan serius.

Anak itu selalu berubah serius saat ada yang menyepelekan peran Renjun untuknya.

"Mengenai Renjun, kau pasti tau bagaimana murid Luminara tak menyukai Renjun kan?" Jeno agaknya penasaran tentang hal ini.

Dan Haechan mengangguk untuk menjawab pertanyaan Jeno tersebut. "Aku tau, dan kau termasuk salah satunya." Kilat jahilnya hilang ganti tatapan tajam yang mengarah pada Jeno ketika mengatakan itu.

Jeno cukup terkejut mendengar itu, tapi ia tak berusaha mengelak.

"Dan dengan itu menunjukkan jelas, kekasihku benar-benar untuk aku perhatikan keselamatannya. Karena ia banyak dibenci karena alasan tak masuk akal." Lanjut Haechan.

"Tak ada yang suka ketika masa depanmu dibaca, itu membuat semua ketakutan dengan apa yang akan terjadi besok." Jeno mencoba membuat Haechan tau alasan orang-orang membenci Renjun, dan alasan ia tak begitu menyukai Renjun meski ia adalah kekasih temannya sendiri.

Nethermere ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang