9. Tragedy

749 115 37
                                    

Sesampainya di tebing Feylight, tak biasanya Renjun merasa bahwa suasana disana terasa agak tak nyaman. Padahal biasanya ia suka dengan suasana diantara pepohonan yang jaraknya saling berjauhan dengan angin tipis dari laut, juga baru air laut yang sampai kesana.

Kali ini Renjun merasa ini agak mencekam, padahal cuaca hari ini begitu cerah. Dan saat ia juga kak Mark berjalan semakin jauh kesana, Renjun semakin merasakan ketidaknyamanan itu.

"Ini—" Renjun menatap sekitar dengan sambil berpikir.

Hingga suara kak Mark terdengar. "Ada sihir Luminara disini."

Benar, Renjun merasakan sihir itu ada di sekitar sini. Apa suasana tak nyaman ini juga berasal dari itu? Tapi biasanya juga Renjun tak pernah merasakan ini ketika melihat Haechan menggunakan sihir itu.

"Haechan tak mungkin mengeluarkan sihir ini saat denganmu, mengingat bagaimana kau pintar menyihirnya untuk tunduk padamu." Suara itu berasal dari balik pohon yang ada tak jauh di depannya dan kak Mark.

Reflek kak Mark adalah kembali berjalan mundur dari langkahnya yang tadi sudah mendahului Renjun, ia mundur hingga kembali berdekatan dengan Renjun sementara matanya menatap waspada ke depan sana. Tak ada orang.

Sementara Renjun menanti munculnya orang yang berbicara tadi, ia ingin melihat wajah orang yang menuduhnya melakukan hal aneh—agar Haechan tunduk padanya.

"Luminara bisa menyakitimu, kalau kau ingin tau." Dan sosok itu keluar, seorang gadis yang Renjun ingat adalah yang Haechan tegur ketika ia membicarakan Renjun secara terang-terangan, mengatakan bahwa Renjun akan lolos ke Amorith karena ia kekasih Haechan.

Sosok itu menatap Renjun tajam. "Aku benar-benar membencimu, Renjun. Selain kau mempengaruhi Haechan sebanyak itu, kau juga selalu bersikap seolah kau bisa melakukan apapun sesukamu di Skyren karena kau memiliki Haechan."

Renjun mengernyit tak terima dan hendak melayangkan protes."Apa—"

"Aku dengar kau yang bisa pulang tanpa alasan jelas, sementara aku ketika nenekku meninggal pun tak diizinkan pulang dengan alasan tak ada waktu libur. Aku dengar kau merusak lemari di nethermere, tapi kau baik-baik saja tanpa menerima hukuman. Sementara yang lain saat melakukan kesalahan sedikit pasti mendapat hukuman." Gadis itu memotong ucapannya dengan raut marah dan kesal.

"Dan kau juga sekarang mendekati pembimbing lain untuk membuat hidupmu lebih mudah?" Si gadis itu melirik kak Mark yang kini berdiri setengah menutupi tubuh Renjun.

Kemudian kak Mark berujar. "Kau hanya iri padanya, apa yang kau katakan semuanya sangat masuk akal untuk Renjun."

Mendengar ucapan kak Mark gadis itu tertawa kencang. "Dalam waktu beberapa minggu, ia juga sudah tunduk padamu. Kau menggunakan sihir nethermere mu dengan baik." Tunjuknya pada kak Mark.

Tawanya berhenti untuk kembali menatap Renjun tajam. "Dan sihir cressent moonmu selalu menyebalkan. Berhenti mengatakan hal-hal aneh ketika bertemu orang, berhenti menakuti orang dengan kalimat aneh yang kau ucapkan dengan alasan itu adalah masa depan yang kau lihat. Itu menyebalkan, sialan!"

Renjun tau dirinya memang selalu seperti itu setiap bertemu orang, tapi setiap kalimat itu juga keluar begitu saja dan bukan atas dasar keinginannya. Itu adalah kalimat yang terlontar reflek setelah ia melihat potongan bayangan masa depan, ia tak bisa menahannya meski sudah mendengar teguran orang bahwa itu menakuti mereka dengan kejadian yang akan datang esok hari.

"Apalagi disaat bahkan kau tak bisa melihat masa depanmu sendiri, tak bisa melihat aku disana hingga kau bisa mencegahnya." Gadis itu tersenyum meledek pada Renjun yang kini hanya menatapnya.

Nethermere ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang