HAPPY READING SMUWAH💓
😇😇😇
Nathaniel turun dari mobil Lamborghini nya mengenakan setelan jas seperti biasanya. Tatapan angkuhnya memandang lurus ke depan. Ia mulai berjalan memasuki area kampus. Kali ini ia pergi sendirian, tidak ada bodyguard yang menemaninya.
Tujuan utamanya hari ini bukanlah bertemu dengan Naqila, tetapi mencari sosok gadis yang semalam tiba di mimpinya.
"Ella," gumamnya sembari menatap plester motif beruang di punggung tangannya. Plester itu sudah tampak lusuh, beberapa sisinya mulai mengelupas dan tidak bisa menempel lagi, namun Nathaniel masih belum juga melepasnya. Entah kenapa, terasa berat untuk membuang plester itu.
Lelaki itu kembali memandang ke depan. Di sana ia melihat Dean bersama dengan Naqila sedang berjalan ke arahnya. Keduanya tertawa bersama. Nathaniel mengepalkan kedua tangannya, namun tak lama kemudian kepalan itu melonggar. Kembali ia bertanya-tanya akan perasaannya. Bahkan saat ini jantungnya tak berdetak secepat yang ia rasakan di dalam mimpinya.
"Aku harus memastikannya." Lelaki itu berjalan menghampiri Naqila dan juga Dean yang tak jauh darinya.
Tawa kedua orang itu terhenti ketika Nathaniel sudah berdiri di hadapan mereka.
"Saya ingin bicara sama kamu, Na," selorohnya.
Dengan segera Dean menarik tubuh Naqila ke belakang tubuh tegapnya untuk melindungi gadis itu. "Jangan ganggu Naqila, Nath!"
Mata elangnya memandang Dean dengan remeh. "Saya tidak mempunyai urusan dengan Anda, Tuan Dean."
Kembali ia menatap Naqila dengan wajah datar. "Ikutlah dengan saya." Ia mengulurkan tangannya.
Gadis itu kelabakan. Ia menarik ujung jas Dean karena gugup. "Maaf Nath, aku sudah ada janji dengan Dean," ucapnya tergagap.
Perlahan Nathaniel menarik kembali uluran tangannya. Ia sudah terbiasa ditolak oleh gadis itu. Namun baru kali ini ia menyadari sesuatu, bahwa dadanya tidak merasa sakit sedikitpun. Selama ini yang ia rasakan adalah amarah, karena penolakan yang belum pernah ia dapatkan.
"Baiklah." Nathaniel kemudian melenggang pergi, melanjutkan perjalanannya untuk menyusuri area kampus.
Sepeninggal Nathan, Dean menatap punggung rivalnya itu dengan bingung. Tak jauh berbeda dengan Naqila. Gadis itu menatap kepergian Nathan dengan sedikit rasa kecewa?
Apa yang sebenarnya terjadi?
***
Bianca, gadis itu tiduran di sofa, ia menikmati waktunya. Di kedua tangannya terdapat sebuah buku novel, bibirnya tak henti tersenyum saat membaca adegan-adegan manis di novel itu.
Antonio yang duduk di sofa seberang melirik sekilas putrinya, pria itu menggeleng pelan saat melihat Bianca yang tersenyum sendiri.
"Hati-hati loh, nanti kerasukan." celetuk Antonio.
Bianca yang mendegar itu menghentikan bacaanya, ia menatap Antonio yang tersenyum geli melihat raut cemberutnya.
"Is, Ayah baca novelnya ayo, biar senyum-senyum kayak Bia," balas Bianca, ia beralih posisi menjadi duduk.
"Ayah lebih suka baca dokumen, kamu persis seperti Bundamu," kata Antonio.
Mendengar itu mata Bianca berbinar, ia menutup buku novelnya lalu beranjak, gadis itu memutari meja dan duduk di sebelah Antonio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera Terbit
FantasyDi novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketenangan pujaan hatinya. Selain kejam, laki-laki itu juga menyandang gelar brengsek dan bajingan. Itu di...