6

385 51 1
                                    

Mendengarnya Nita hampir ingin tertawa dengan keras. Tapi gadis itu mempertahankan sikap berkuasanya dan segera meletakkan tas di mana makanan itu berada di meja Jace. Dia kemudian memberikan gerakan agar Kent mengambilkan kursi untuknya. Kent tidak mengerti tapi gerakan kedua membuat dia segera menarik kursi yang ada di dekat meja Jace dan mendorongnya ke arah Nita yang berdiri di depan wanita itu.

Nita segera duduk dengan kaki bersilang, menatap pada wanita yang masih coba menarik simpatinya. Seolah Nita akan segera luluh karena mereka sesama perempuan. Tapi Nita suka mempermainkan, dan wanita itu tidak tahu.

"Kau sungguh menginginkan suamiku?" tanya Nita dengan nada kecewa pada suaminya sendiri, dia memandang Jace yang masih kewalahan menyimpan bara gairahnya sendiri.

Wanita mengangguk dengan kuat. "Saya mencintai bos. Saya sungguh mencintainya. Saya tahu anda menikahi bos bukan karena kemauan melainkan permintaan kakak anda. Jadi saya mohon, jika bisa anda menutup mata dan saya akan berusaha membuat bos menjadi milik saya. Saya akan membuat anda bebas dari pernikahan yang tidak anda inginkan."

Nita mendengus. "Aku memang tidak menginginkan pernikahan ini."

"Nita, kau—" Jace memandangnya dengan mata merah.

Nita mengedipkan mata ke arah Jace.

Jace yang melihat hanya bisa mengepalkan tangannya. Dia akan membuat perhitungan nanti.

"Tapi, aku tidak akan pernah sudi wanita menjiijikkan sepertimu menjadi ibu dari keponakanku. Aku lebih suka akulah yang menjadi ibumu. Ah, dan Justin tidak terlalu suka wanita rendahan yang berharap naik derajat dengan cara buruk sepertimu ini."

"Kau menghinaku?" wanita itu sudah tidak menangis dan berpura-pura lemah lagi. "Beraninya kau ...."

"Beraninya aku?" Nita mengulang. Dengan agak dilebihkan. "Tentu saja aku berani. Aku istrinya. Aku istri dari pria yang sedang kau jebak. Menurutmu, jika sekarang aku melukaimu sedikit, apa yang akan dia lakukan padaku? Dia akan memastikan aku tidak akan mendapatkan hukumannya. Kau mau membuktikannya?"

"Tidak, kau tidak berani ... Akhhh!"

Sebelum wanita itu selesai bicara, Nita sudah memberikan tamparan. Dia memberikannya dua kali dan membalas lagi dua kali. Empat tamparan bersarang dengan tidak pelan sama sekali. Sudut bibir wanita itu terluka. Kemudian Nita sama sekali tidak berhenti saat dia meraih rambut wanita itu dan mendongakkannya dengan kasar. Mendekatkan wajah mereka dengan senyuman Nita menghiasi pandangan wanita itu.

"Aku akan memberikanmu nasihat yang cukup bisa membuat kau melangkah lebih aman ke depannya." Nita menggoreskan kukunya ke pipi wanita itu. Kemudian dia berbisik, "jangan menyentuh sesuatu yang tidak seharusnya kau sentuh. Karena kematian bahkan terlalu baik untuk menebusnya." Dan Nita melempar kepala itu kasar. Membuat wanita itu hampir mencium lantai.

"Kau pikir dia mencintaimu! Kau pikir dia akan selamanya bersamamu! Cepat atau lambat perempuan yang dicintainya akan kembali. Cinta pertamanya akan datang dan merebut segalanya. Kau tunggu saja."

"Berisik!" Nita meraih kembali rambut wanita itu. Menariknya sampai butuh banyak usaha bagi wanita itu melangkah dengan lututnya. "Kent, bukan pintunya."

Kent berlari segera membuka pintu. Lalu Nita melempar wanita itu keluar dan membuatnya menjadi tontonan banyak orang. Semua orang tampaknya sudah mendengar teriakannya yang membuat mereka berkumpul di sana. Setelah melihat bagaimana Nita melempar wanita itu seperti sampah, mereka semua segera menelan ludah. Sekarang tahu sosok seperti apa istri baru bos mereka.

"Kau dipecat tanpa pesangon. Oh, dan aku menuntutmu karena sudah memberikan obat perangsang di minuman suamiku. Kent, urus tuntutannya nanti."

"Baik, Nyonya," timpal Kent dengan penuh semangat.

Nita berbalik dan segera melangkah masuk. Kent menutup pintu untuknya dan segera mengikutinya.

Pandangan Nita menatap dengan ringisan dari atas ke bawah. Dia menemukan Jace tampak begitu kewalahan dengan dirinya sendiri. Nita mendesah. "Mengapa kau bodoh sekali sampai masuk jebakannya?"

Pria itu menatap dengan agak tidak bersemangat.

"Aku akan pergi, biarkan Kent yang mengurusmu. Aku datang hanya untuk mengantarkan makanan dan mengucapkan terima kasih karena beberapa hari ini kau memberikan banyak bantuan." Nita sudah berbalik.

Kent sendiri sudah hendak bicara mengatakan bagaimana dia mengurusnya atau mungkin tidak bisa mengurusnya.

Tapi suara serak dan gerah pada Jace segera terdengar. "Kembali!" sergahnya.

Nita berhenti dan segera berbalik menatap ke arah Jace yang sudah berdiri dengan kepayahan.

"Kau bantu aku menyelesaikannya."

"Apa? Aku? Kenapa?"

Jace berdecak. Dia tampak memerah pandagannya. "Apa yang kau pikirkan? Siapkan air es dan segalanya. Biarkan Kent yang menyediakannya."

Nita mendengus dengan tidak ingin tapi gadis itu akhirnya memberikan anggukan pada Kent yang segera bergerak dengan siap. Nita sendiri sudah melangkah ke arah kamar mandi yang memang ada di dalam ruangan pria itu. Dia mengisi bak mandinya setengah kemudian menunggu Kent kembali dengan tidak sabar.

Saat sedang menunggu, Nita malah menemukan Jace yang kepayahan pergi ke arah Nita. Nita menatapnya dengan enggan dan melihat gerakan pria itu yang benar-benar berjalan ke arahnya.

Nita yang tahu kalau dia target yang ingin dicapai langkah sempoyongan itu segera saja hendak mundur tapi terlambat karena Jace sudah mendapatkan tubuhnya. Nita melawan dengan sekuat tenaga tapi pria itu sepertinya kehilangan otaknya.

"Apa yang kau lakukan? lepaskan aku!" Nita berusaha lepas tapi Jace malah coba terus menciumnya. Saat Nita melindungi wajahnya, pria itu malah berhasil menyedot lehernya yang membuat Nita berteriak dengan geli. "Lepaskan aku, kau bajingan tidak berperikemanusiaan!"

Jace yang mendengarnya hanya mendengus dan terus coba menyentuh istrinya sendiri. Pergulatan itu membuat keduanya segera jatuh ke bak mandi dan sama-sama basah. Jace segera melepaskan tali gaun istrinya dan mulai menggerayangi tubuhnya yang membuat Nita berusaha berontak. Dia bergerak ke pinggir bak mandi tapi Jace menahannya membuat pria itu memeluknya dari belakang.

"Kent akan kembali. Sialan! Kent akan melihatnya!"

"Dia tidak akan datang. Kau tenang saja."

"Apa? Apa yang ...." Nita terdiam. Sepertinya dia masuk ke dalam jebakan. Jace tidak pernah menginginkan air es membantunya. Dia menginginkan Nita melakukannya. Kent juga sepertinya sudah dipesan untuk tidak pernah datang.

Dengan kekuataan Jace sekarang, mustahil Nita bisa menang menghadapinya. Dia tidak memiliki celah melarikan diri.

"Jika kau menyentuhku dan aku hamil, kau akan mendapatkan masalah. Ini masa suburku!" bohong gadis itu. Dia tidak pernah tahu kapan itu masa subur tapi mungkin itu akan membuat Jace kembali ke kewarasannya. Entah apa juga yang dipikirkan pria itu sampai melakukan semua ini padanya. Bukankah mereka harusnya tidak terlibat sejauh ini karena mereka akhirnya akan berpisah? Nampaknya Jace mulai memiliki pemikirannya sendiri.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Turun Ranjang Demi Anak (SAB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang