Nita duduk dengan gelisah. Dia terus menggerakkan kakinya dengan tidak tenang. Saat dia menatap ke sampingnya, dia hanya menemukan Justin yang tertawa di sana. Mengejeknya dan membuat Nita semakin dilanda kesal. "Kau masih bisa tertawa? Bukankah aku seperti ini untuk membelamu?"
"Kenapa kau malah bertengkar seperti anak kecil?"
"Kau ...." Nita mendesah. Dia harus menahan gejolak emosinya sekarang. Rambutnya sudah acak-acakan. Pakaiannya juga tidak karuan arahnya. Tapi dibandingkan dia yang tidak memiliki luka apa pun, lawannya jelas lebih parah. Karena ada bekas luka di mana-mana di wajahnya.
Dia menatap ke depan, memberikan pandangan penuh kebencian pada wanita gempal di depannya. Wanita itu juga sedang menatapnya dan memberikan pandangan kebencian yang sama.
Mereka sudah diamankan di ruang kepala sekolah. Dengan sofa panjang yang ada di sisi kanan dan kiri. Kepala sekolah yang seorang wanita duduk di sofa tunggul. Menunggu suami mereka masing-masing datang karena sudah dihubungi.
Nita tadinya mencegah menghubungi suaminya. Tapi si wanita yang seolah menjadi pemilik sekolah itu keras kepala tidak mau berdamai. Karena merasa begitu dirugikan. Dan dia maunya Nita berlutut meminta maaf kalau memang Nita tidak mau suaminya dibawa ke sini. Tentu saja harga diri Nita tidak membiarkannya. Apalagi Nita tahu kalau dia tidak salah. Siapa pun yang mengusik Justin, akan berhadapan dengannya.
"Kau akan tahu akibatnya karena sudah mengusikku. Tunggu saja," wanita itu bicara dan mengaduh kemudian. "Aw, pelan-pelan!" dan tamparan terlayang ke wajah wanita yang sedang mengobatinya. Tampak adalah pelayannya.
Nita yang melihat itu memandang dengan marah. Tapi dia tidak mengatakan atau melakukan apa pun. Hanya diam dengan napas terengah menahan kekesalan.
Siapa sebenarnya suaminya yang membuat dia sampai begitu merasa berkuasa. Siapa penguasa di kota ini yang bisa mengalahkan Jace? Apakah itu petinggi negeri?
Suara pintu yang dibuka dengan kasar terdengar. Nita mengangkat pandangannya merasa mungkin yang membuka pintu adalah suami si wanita yang marah istrinya dianiaya. Nita sudah mempersiapkan diri untuk ronde kedua. Tapi yang datang ternyata adalah Jace.
Jace mengedarkan pandangan, bergerak ke arah Nita setelah menemukannya. Dia segera berlutut di depan Nita dan mencari tangannya. "Apa kau terluka?"
Nita menatap Jace dengan wajah sendu. "Aku minta maaf."
"Kenapa?"
"Aku tidak menjaga Justin dengan benar. Aku membuat dia terluka dan didorong. Aku sibuk dengan teleponku jadi aku mengabaikan sekitar dan dia sampai ...."
Jace menyentuh bibir Nita. Membuat gadis itu diam. "Tidak ada yang salah. Kau sudah melakukannya dengan benar."
Justin yang mendengarnya juga memeluk Nita dengan tangan kecilnya itu. "Ayah benar, Nita. Terima kasih. Kamu sudah mau bertengkar untukku. Tidak pernah ada yang melakukannya untukku. Selama ini mereka selalu mengejekku tidak memiliki ibu. Jadi aku membawamu untuk membuktikan mereka salah."
Nita berwajah sedih. "Kenapa kau tidak pernah bilang? Aku bisa langsung datang dan membuat mereka membayar untuk apa yang mereka katakan. Masih kecil sudah bisa menyakiti teman sendiri. Besarnya, mau jadi apa mereka?"
Justin menunduk.
"Kau memiliki Nita sekarang. Jangan khawatir, kau tidak lagi tidak memiliki ibu," Jace menenangkan.
Justin tersenyum dan mengangguk. Dia memandang Nita dan Jace bergantian. Memiliki mereka jelas memberikan warna baru untuk hidupnya sendiri.
Jace yang sudah yakin Nita tidak terluka segera berdiri. Dia berbalik dengan wajah penuh kemarahan memandang wanita yang sekarang membalas pandangannya dengan agak takut. Jace memberikan pandangan dingin dan mencekam.
"Dia yang melukaiku!" wanita itu langsung berkata dengan telunjuk mengarah tajam. "Dia yang pertama menyerangku. Jadi jangan salahkan aku kalau aku membalasnya."
"Dia menyerangmu. Apakah kau pernah bertanya kenapa dia melakukannya?"
Wanita itu bergerak gelisah. "Anakku hanya tidak sengaja mendorong anakmu. Dia bahkan tidak jatuh dan terluka. Tapi wanita itu melebihkannya. Dia pikir dengan dia melakukannya, kau akan jadi tertarik padanya. Itu alasan dia melakukannya, jangan termakan kebohongannya."
"Dia tidak melakukannya, aku sudah tertarik padanya. Dia istriku, mana mungkin aku tidak tertarik padanya."
Nita yang mendengarnya menelan ludahnya susah payah. Apakah Jace mengatakan yang sebenarnya? Atau dia mengatakannya hanya untuk membuat wanita itu malu sendiri?
"Aku tidak akan membuat ini berhenti di sini," janji Jace.
Wanita itu yang awalnya takut segera mendapatkan keberanian setelah mendapatkan notifikasi di ponselnya. Dia menyeringai dengan bahagia dan penuh dengan kemenangan. "Kau pikir aku takut dengan yang kau katakan? Aku juga bukan orang biasa yang bisa kalian perlakukan seenak kalian. Suamiku sudah ada di depan sekolah. Dia akan segera masuk dan membuat perhitungan pada kalian. Bukan hanya kau yang mencintai anak dan istrimu, Tuan Lozano," ucap wanita itu dengan penuh kesombongan.
Jace mendengus dengan geli. "Mari kita lihat saja."
Nita berdiri dengan wajah penasaran. Dia mendekati Jace yang berdiri tegak tanpa gentar. "Siapa suaminya yang membuat dia begitu percaya diri?" tanya Nita.
Jace menggeleng tidak tahu. Dia tidak mengenal banyak orang hebat di kota ini karena bagi Jace dia hanya mengurus apa yang perlu dia urus. Dia tidak tahu dengan anak siapa anaknya berteman dan siapa saja yang berkuasa di sekolah anaknya.
Selama dia melihat Justin baik-baik saja, maka itu cukup baginya.
Dan selama ini dia tidak pernah menemukan Justin terluka atau mental anaknya kena. Dia hanya tahu Justin sekolah seperti biasa dan melakukan kegiatan normal. Jadi Jace tidak pernah menyelidikinya sama sekali.
Sekarang melihat kepercayaan diri wanita itu membuat Jace juga mempertanyakan siapa yang menjadi suami si wanita sampai berani menantang Jace.
"Suamiku adalah salah satu direktur di perusahaan Carson. Apa kau mulai takut?" tanya wanita yang mendengar sendiri pertanyaan Nita ke Jace.
Jace yang mendengar sama sekali tidak bergeming. Tidak terpengaruh sama sekali.
Berbeda dengan Jace, Nita bergerak gelisah. "Suamimu bekerja di Carson.Grup?"
"Ya. Kenapa? Kau mulai sadar kalau suamimu tidak ada apa-apanya dibandingkan suamiku?" dagu wanita itu terangkat tinggi penuh percaya diri.
Nita menatap Jace, dan Jace menatapnya juga.
Sepertinya Jace dapat melihat kegelisahannya. "Kenapa? Kau mengenal suaminya?"
Nita menggeleng. "Tidak. Tentu saja tidak. Kenapa aku harus mengenal suaminya."
"Kau bersikap aneh. Ada yang kau sembunyikan?"
Nita menatap Jace dan Justin bergantian. "Aku akan menjelaskan di rumah. Bisakah kita tidak memperpanjangnya dan kembali saja?" Nita menatap dengan ringisan, tahu kalau Jace benar-benar tidak akan setuju.
Tapi bukan Jace yang menolaknya melainkan wanita itu. Wanita itu menunjuk tajam penuh dengan tantangan. "Kalian tidak diizinkan pergi dari sini. Kalian tunggu saja dan lihat apa yang akan diperbuat suamiku pada kalian semua. Kalian tidak akan pernah lolos dari masalah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang Demi Anak (SAB)
RomanceNita Hogan terpaksa kembali ke kota kelahirannya atas permintaan sang kakak yang sedang sakit keras. Tidak disangka kakaknya malah menginginkan Nita menikahi suaminya. Demi bisa melindungi anak semata wayangnya dari ibu tiri yang mungkin tidak akan...