9

323 46 1
                                    

Nita sudah keluar dengan gaun berwarna pastel yang membungkus indah tubuhnya. Dia mengedarkan pandangan dan tidak menemukan Jace di mana pun. Gadis itu segera meninggalkan ruangan dan menemukan Kent yang berdiri di depan pintu. Dia mendekati Kent yang segera menyambutnya.

"Di mana bosmu?"

"Bos sedang melakukan pertemuan, saya diminta mengantar anda ke restoran terdekat, bos akan menemui anda di sana."

"Kalau dia memang sibuk, suruh dia menyelesaikan kesibukannya saja. Aku akan pergi sendiri." Nita sudah melangkah tapi Kent mengejarnya.

"Bos sungguh akan menemani anda nanti. Apa anda marah?"

"Aku terlihat marah?" Nita menatap Kent dengan pandangan tajam dan kesal. Kenapa dia bisa dikatakan marah saat dia sendiri tidak merasakan apa pun.

"Tapi jika anda pergi begitu saja, bos akan tidak senang pada saya. Bisakah anda menunggunya di restoran yang sudah dia pesan? Saya akan mendapat masalah jika membiarkan anda pergi."

Nita memikirkannya dan kemudian mengangguk. Dia masuk ke lift dengan Kent yang lega mengikutinya. Mereka tiba di lobi kemudian. Kent baru saja hendak pergi mengambil mobil saat klakson seseorang menghentikannya karena seorang gadis muda dengan penampilan luar biasa seperti anime keluar dari mobil dan melambai ke arahnya.

Kent yang berpikir gadis itu datang untuknya segera mengangkat tangannya. Dan sang gadis memang mendekat, lebih dekat sampai Kent melebarkan senyumannya. Sampai mereka berpapasan dan Kent memandang ke arah gadis itu dengan mata berbinarnya.

"Aneh," sebut gadis itu yang melewati Kent kemudian.

Sang gadis kemudian berdiri di depan Nita yang menatap ragu padanya.

"Apa yang kau lakukan di sini, Aubrey?"

"Menjemputmu. Seseorang ingin bertemu."

"Dan siapa seseorang itu?"

"Kau akan tahu nanti. Kau harus ikut denganku sekarang. Aku akan menculikmu." Aubrey segera memeluk lengan Nita dan membawanya pergi. Melangkah melewati Kent yang seperti Padang Sahara. Kering dan tandus.

"Katakan pada Jace, aku tidak bisa makan dengannya. Aku ada urusan," ucap Nita melambai ke arah Kent.

Kent membalas lambaian itu dengan tidak bersemangat. Dia kemudian berdiri di sana cukup lama sampai seseorang menepuk pundaknya. Dia berbalik dan melihat bosnya yang melakukannya. Kent segera sadar dan menaruh tangan di depan tubuh. Memberikan sedikit kepala menunduknya.

"Di mana istriku?"

Kent yang mendengar pertanyaan itu segera menelan ludahnya. "Sudah pergi, Bos."

"Pergi? Sendiri dan kau membiarkan?" wajah Jace sudah merah padam. Amarah siap menyembur lewat mulutnya dan tentu saja semburan itu untuk Kent yang tidak bisa menjaga istrinya dengan apa yang dia perintahkan.

"Tidak sendiri. Seseorang bersamanya."

Jace diam. Dia tidak pernah tahu kalau Nita mengenal orang lain di sini selain dirinya dan keluarganya. Karena Nita sudah pergi meninggalkan kota ini bertahun-tahun lamanya. Pasti sulit menemukan teman lama. Dan Nita juga tampaknya bukan gadis yang suka bergaul dengan orang lain. Jadi Jace selalu menyimpulkan kalau Nita sendirian di sini dan tidak memiliki siapa pun.

"Pria atau wanita."

"Seorang gadis. Cantik dan bertubuh mungil."

"Apa aku menanyakan soal gadis itu?"

Kent berdeham dan menunduk lagi. "Tidak, anda tidak menanyakannya. Tapi saya mendengar kalau ada yang mau bertemu dengan nyonya. Nyonya bertanya tapi gadis itu tidak menjawabnya."

"Telepon dia dan katakan di mana dia berada. Kalau kau tidak tahu di mana istriku berada. Aku akan membuat kau tidak lagi bekerja untukku. Kau bisa mengucapkan selamat tinggal untuk bonus tahunanmu."

"Bos ...." Kent merengek. Tapi mata dingin bosnya membuat dia tidak bisa berbuat banyak. Yang bisa dia lakukan hanya mengambil ponsel dan mulai menghubungi dengan hati tersayatkan luka.

***

Nita menutup panggilan dengan kesal setelah menyebutkan alamat pada si cerewet Kent.

"Pria yang berdiri melambai seperti orang bodoh itu?" tanya Aubrey yang sedang menyetir dan mendengar kalimat-kalimat Nita yang penuh dengan gejolak emosi.

"Ya."

"Kenapa begitu ngotot mau tahu di mana kau berada?"

"Tidak mengerti. Dia sepertinya orang yang sangat berdedikasi pada pekerjannya. Jace menyuruhnya menjagaku sampai dia selesai dengan urusannya jadi itulah yang dia lakukan."

"Hubungan kalian membaik."

Nita melengos menatap ke jalanan. "Aku dan Jace?"

"Hum. Apa terjadi sesuatu?"

Nita berusaha mengelak dan tidak menunjukkan emosi apa pun. Dia menyentuh bibirnya dengan jari telunjuknya. "Tidak ada."

"Sungguh?"

"Aku tidak akan berbohong padamu. Tidak ada yang terjadi. Hanya mungkin dia akhirnya sadar kalau aku istrinya dan tidak benar baginya terus mengabaikan aku seperti yang dia lakukan sebelum-sebelumnya."

"Mungkin begitu."

Nita mendesah dengan lega. Beberapa saat kemudian mobil berhenti. Gadis itu turun dari mobil dan menatap rumah makan yang terlihat tidak terlalu mencolok tapi memiliki kenyamanannya tersendiri. Dia masuk bersama dengan Aubrey yang sudah membuka pintu rumah makan untuknya.

Nita menatap ke segala arah menemukan beberapa orang sudah ada di sana untuk makan dan beberapa baru selesai dan hendak membayar. Cukup ramai untuk ukuran kecilnya.

"Di sana," ucap Aubrey menunjuk ke arah sudut.

Nita menatap ke mana telunjuk itu mengarah. Seseorang sudah berdiri melambai ke arahnya dengan senyuman lebar. Pupil Nita membesar, tidak yakin pria itu akan benar-benar ada di sini sekarang. Nita mendekat dan balas tersenyum padanya. "Randall? Angin apa yang membawamu ke sini?"

Randall memperhatikan seksama. Atas ke bawah dan menemukan tubuh itu sehat. Dia lega. "Kau baik-baik saja di sini?"

"Pertanyaan itu ... kau pikir aku tidak akan baik-baik saja karena pulang?"

"Aku hanya khawatir."

Nita menepuk pundak Randall pelan. "Sekarang katakan, apa yang membawamu ke sini?" tanya Nita lagi. Jelas Randall bukan seorang pengangguran yang akan tidak memiliki pekerjaan dan harus mengejar Nita sampai ke negara lain. Mereka juga memiliki hubungan profesional soal pekerjaan.

"Duduklah, ada sesuatu yang membutuhkan bantuanmu."

Nita duduk dan Aubrey ada di sisinya. Randall sudah memesan makanan untuk mereka dan segera Randall bicara soal kedatangannya tanpa basa-basi ama sekali. Khas Randall yang tidak mau perbincangan menajdi bertele-tele.

"Kau ingin pemotretan produk parfum yang dulu kau lakukan? Tiga tahun yang lalu."

Nita terdiam sejenak dan mengangguk. "Itu adalah pertama kalinya aku melakukan pemotretan dengan pemiliknya yang berasal dari luar negeri. Kenapa dengan pemotretan itu?"

"Mereka memiliki produk baru dan membutuhkanmu untuk menjadi model mereka lagi. Mereka rela memmbayar mahal untukmu. Kau bahkan bisa meminta berapa pun yang kau inginkan. Mereka akan membayarnya."

"Wow, mereka royal sekali," ungkap Aubrey dengan agak terlalu curiga. "Bukankah mencurigakan?" Aubrey menatap Nita mempertanyakan.

Nita sendiri bisa mengerti kecurigaan Aubrey tersebut.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa ya
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Turun Ranjang Demi Anak (SAB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang