17

181 50 2
                                    

Setelah wanita itu selesai bicara, bertepatan dengan itu pintu terbuka dengan terburu. Nita menatap ke arah sosok yang masuk yang dia kenali. Segera Nita berbalik dan hanya memperlihatkan punggungnya dengan ringisan kesal.

Dia tidak dapat menyembunyikan kekesalannya harus berada pada situasi seperti ini. Kalau dia memang harus ketahuan, harusnya itu terjadi saat waktu dan tempatnya tepat. Tidak sekarang.

Jace menemukan keanehan Nita yang semakin membuatnya bingung. Jace jadi memperhatikan pria yang badannya sama-sama besar dengan istrinya. Menatap wajah pria itu yang nampaknya sudah berumur juga. Tidak mungkin Nita ada hubungan romansa dengan pria itu. Bagaimana pun menyambungkannya, Jace tidak menemukan garis merahnya.

Pria itu membingkai wajah istrinya dengan penuh kasih sayang. Menatap geram pada siapa pun yang melukai wanita yang dicintainya. "Siapa pelakunya? Siapa?" tanya pria itu dengan kasar dan jelas penuh emosi.

Wanita itu menunjuk dengan penuh kemenangan. "Wanita jalang itu."

Pria segera berbalik dan menatap ke arah Jace. "Tuan Lozano dia istrimu?"

Jace menatap dengan dingin. "Ya. Istriku."

"Kau harusnya mengajari istrimu tata krama. Apa bersikap seperti binatang liar menjadi salah satu kegemarannya? Kenapa menikahi wanita tidak berwatak bagus seperti itu, Tuan Lozano? Kau mempermalukan dirimu sendiri dengan menikahinya."

"Tarik kembali yang kau katakan. Siapa pun yang menghina wanitaku, aku tidak akan membiarkannya."

Pria itu tersenyum dengan geli. "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Kau memiliki istri tidak berguna seperti itu bahkan tidak pernah kau kenalkan pada khayalak ramai. Apa kau sungguh menikahinya karena mencintainya, Tuan Lozano."

"Kau sangat pandai berbicara, Tuan Alfred. Aku senang kau mengatakannya sekarang karena aku bisa membuatmu mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan. Apa yang bisa kau banggakan pada perusahaan yang menaungimu di belakang sana. Bukankah kalian sedang berada pada kerugian besar akhir-akhir ini?"

"Kau sepertinya belum mendengar kabar terbarunya, Tuan Lozano. CEO kami sudah mendapatkan suntikan dana yang besar dan membangun kembali segalanya dari awal. Saya tidak akan dapat mengatakan segalanya karena semuanya belum diumumkan. Tapi percayalah, CEO kami sudah ada di kota ini jadi dia akan membuat gebrakan baru yang akan membuat perusahaanmu sendiri bergetar saat mendengar nama perusahaan kami."

Jace mendengus. "Jadi CEO yang selalu berdiri di dalam bayang-bayang itu memutuskan memunculkan dirinya."

"Ya. Dan kau harus khawatir. Karena kau tahu sendiri bagaimana sepak terjangnya. Kudengar kau kerap menyelidikinya. Jadi kau harusnya perlu berhati-hati."

"Mari tidak membahas soal orang asing di antara kita. Aku akan menuntut istrimu dan anakmu karena sudah merusak mental anakku. Aku ingin kita bertemu di pengadilan."

"Kau pikir hanya kau yang bisa menuntut? Baiklah, aku juga akan menuntut istrimu karena melukai istriku, dia akan membayar segalanya dengan mahal. Aku tidak sabar menunggu kita bertemu di persidangan. Tapi kulihat istrimu begitu pandai tidak menunjukkan wajahnya. Siapa yang coba dia sembunyikan dibalik punggung itu? Apa dia begitu ketakutan?" pria itu terdengar meremehkan.

Jace dengan kesal coba membuat Nita berbalik. Tapi Nita menatap Jace dan memberikan gelengan bahkan permohonan agar dia tidak perlu melakukannya. Nita bahkan memegang tangan Jace mencegah Jace melakukannya.

Dengan kesal Jace benar-benar memaksa. Untuk tahu apa yang sebenarnya coba disembunyikan wanita tersebut. Sampai dia benar-benar berhasil membuat Nita berbalik dan berhadapan dengan pria yang meletakkan tangannya di pinggangnya. Seolah dialah penguasa dunia.

Mata pria itu menatap Nita. Nita juga membalas pandangannya dengan tatapan dalam dan dingin. Nita memberikan tatapan tidak senang ke arah bawahannya tersebut.

Jace belum mencerna segalanya saat dia segera melihat Alfred berlutut. Tidak peduli sama sekali lututnya sakit saat dia melakukannya dengan keras. Bahkan tubuh pria itu bergetar saat melakukannya.

Nita mengusap keningnya.

"Suamiku, apa yang kau lakukan? Lututmu sakit?" Sang istri coba membangunkan suaminya. Tapi pria itu seperti membenam lututnya di lantai.

Hilang sudah kepercayaan diri pria itu. Seluruh kebanggaan yang dia katakan tadi lenyap tanpa sisa. Dia mendesah dengan penuh makian ke dirinya sendiri yang terlalu pongah dan merasa tahu segalanya. Dia harusnya menahan diri. "Bos, aku salah."

Nita memejam matanya mendengarnya.

"Bos? Maksudmu, dia CEO yang selalu tidak dapat dilihat banyak orang itu?" sang istri memberikan jawaban atas sesuatu yang tidak akan pernah berani diakui Nita. "Sungguh dia?"

Pria itu mendongak. Meraih tangan wanita itu dengan kesal menariknya untuk membuat istrinya juga berlutut. Dia memandang Nita kemudian. "Aku bersalah, Bos. Aku yang salah. Aku akan menyerahkan surat pengunduran diriku kalau memang itu yang kau inginkan. Aku selalu membanggakan keluargaku di depanmu. Tapi sekarang, kau malah melihat yang seperti ini. Ini memalukan." Pria itu menutup mata dengan satu tangan.

Nita menatap Jace. "Aku akan menjelaskannya nanti." Dia kemudian melangkah dan berdiri di dekat Alfred. "Kau ikut denganku. Kita butuh bicara berdua." Nita melangkarkan tangan di depan tubuhnya dan melangkah pergi. Dia sempat bertatapan dengan istri si pria yang segera menunduk menghilangkan kebangaannya yang beberapa waktu lalu masih begitu dia kobarkan.

Nita pergi ke halaman depan sekolah. Dia berdiri di depan pohon besar nan tinggi itu.

Tidak lama Nita bisa merasakan seseorang sudah berdiri di belakangnya. "Bos?" sapaan itu segera datang kemudian.

"Kau sungguh berpikir aku menginginkamu mengundurkan diri?" tanya Nita dengan nada dingin yang tidak menyenangkan sama sekali untuk didengar. Jika Nita sudah mengambil nada itu, maka mereka yang bekerja di bawahnya akan tahu kalau sang bawahan sudah melakukan kesalahan.

"Bos, saya ...."

"Ada proyek besar di depan sana yang membutuhkan perhatianmu. Kau mau hengkang dari perusahaanku juga harus tahu waktu dan kondisinya. Ini hanya masalah pribadi, tidak baik buatku mencampurkannya ke dalam pekerjaan. Tapi kepongahan dan kesombongan yang kau pertontonkan dan diperlihatkan istrimu padaku, aku sungguh berpikir kau tidak mendidik mereka dengan benar."

"Aku terlalu memanjakan mereka. Berpikir jika aku memberikan mereka segalanya maka itu akan membuat mereka bahagia. Aku malah membuat mereka menjadi manja dan tidak mengerti bagaimana bersikap dengan sopan pada orang lain. Aku sudah mendengar segalanya dari istriku, dan aku tahu itu salah. Tapi sikap istriku malah membuat aku bersikap sama. Jadi aku tahu, kami sekeluarga bersalah."

"Perbaiki akhlak keluargamu, Alfred. Dan jangan pernah mengatakan mengundurkan diri saat aku sendiri tidak pernah membicarakan hal itu. Mengerti?"

"Mengerti, Bos. Sangat mengerti. Terima kasih. Sungguh terima kasih, Bos. Jika saya sampai keluar dari perusahaan anda, saya tahu tidak akan mudah lagi menemukan pekerjaan di usia ini. Saya sungguh bersalah." Alfred mengusap airmatanya.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Turun Ranjang Demi Anak (SAB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang