Mencoba Membuka Hati

46 8 1
                                    

TING!

"Selamat datang di Toko Bunga Sunshine!"

Lagi. Minji datang lagi ke toko ini untuk kali ketiga, namun kali ini bukan bersama Haerin. Ia datang seorang diri. Maka seperti biasa, ia disambut oleh Hanni, pegawai toko yang senyumnya sangat manis itu.

"Apa ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mau tahu banyak soal bunga sambil lihat-lihat. Mbaknya bisa bantu?" ujar Minji.

"Bisa. Mari. Mau dari bagian yang mana dulu?"

Katakanlah bahwa Minji sedang merepotkan Hanni itu karena ia menyanyakan makna hampir semua yang ada di toko tersebut. Namun Hanni melayaninya dengan sabar dan terus menjawab pertanyaan Minji.

"Biasanya toko ini tutup dari jam berapa?"

"Di jam 5 sore kami sudah tutup" jawab Hanni.

"Wah, bentar lagi, dong" sahut Minji

Hanni membalas dengan kekehan, membuat Minji sempat terdiam karena menyadari sesuatu.

"Kamu mirip mamaku" gumam Minji secara spontan. Namun kalimat itu terdengar jelas di telinga Hanni.

"Saya mirip ibumu?" tanyanya, mencoba memastikan apakah yang ia dengar itu benar.

"Oh, eh, itu.. iya. Maaf tadi saya keceplosan. Tapi mbaknya memang mirip ibu saya"

Mendengar hal itu, Hanni tersenyum lebar.

"Wah, kalau begitu salam ya buat ibunya mbak... siapa namanya?"

"Nama saya Minji. Omong-omong, terima kasih atas salamnya, ya. Nanti saya sampaikan ke mama"

"Samazsamaa. Oh iya, Minji, karena toko sebentar lagi mau tutup, apakah ada bunga yang mau kamu beli?" tanya Hanni.

Minji menepuk jidatnya pelan. Ia baru terpikir bahwa kedatangannya sama sekali tak berencana untuk membeli bunga melainkan untuk sekadar mencoba mengobrol dengan Hanni.

"Aduh, maaf. Kalau begitu saya mau satu bunga buat ibu saya"

"Wah, nampaknya kamu anak yang romantis ya sama ibumu. Kamu mau bunga yang apa?"

"Bunga apapun, asal buat mengenang Mama"

Mengenang? Apa maksudnya ibunya sudah meninggal?

Hanni tak berani menanyakan apapun perihal kondisi ibu Minji. Ia segera memilih satu bunga yang dirasa sesuai dengan ibu Minji.

"Ibu Minji pasti adalah orang yang hangat, ya?" tebak Hanni.

"Iya, kok kamu tahu?" kata Minji sedikit terkejut. Hanni tertawa kecil menanggapi.

"Gak papa, saya cuma menebak. Kalau begitu berarti yang saya pilih ini pas dengan karakter ibunya Minji" ujar Hanni sambil menyerahkan setangkai bunga pada Minji.

"Bunga matahari?" tanya Minji sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, bunga matahari. Bunga ini ada banyak maknanya. Tapi untuk yang Minji cari sekarang, maknanya jadi sebagai simbol pengabdian dan penghormatan"

Minji ternganga saat mendengar mendengar penjelasan Hanni.

"Wah, kamu pinter banget" ujar Minji.

Hanni tertawa lagi.

"Nggak kok, biasa aja" ucapnya berusaha merendah.

"Baiklah, saya ambil bunga ini"

Sebelum pergi meninggalkan meja kasir, Minji menyempatkan diri untuk pamit.

"Sekali lagi  terima kasih banyak ya, mbak Hanni"

***

Minji biasanya datang ke pemakaman ibunya dua minggu sekali. Sepulang dari sana, ia langsung menuju pemakaman umum, tempat ibunya dimakamkan. Setibanya di depan makam, ia menaruh setangkai bunga matahari itu di atas gundukan tanah itu.

"Ma, Minji datang lagi. Mama gimana kabarnya? Semoga tenang ya disana"

Hening sesaat. Ia menimang-nimang ingin bercerita tentang perasaannya kali ini pada nisan ibunya.

"Ma, tadi Minji barusan beli bunga matahari dari toko bunga langganan Haerin. Disana Minji temui perempuan yang senyumnya mirip Mama. Dia menarik, Minji pengen lebih dekat dengan dia. Tapi apa gak papa? Minji takut kalau kejadian dulu sama Sulyoon terulang lagi. Walau itu kisah lama dan papa udah gak sama kita, Minji trauma rasanya dengan rasa sakit itu. Apakah Minji layak jatuh cinta? Minji kesepian, Ma. Minji juga pengen punya teman hidup"

Seakan-akan semesta mendengar keluh kesahnya, angin tiba-tiba bertiup sepoi-sepoi, membelai kulitnya dengan lembut, menenangkan Minji.

"Tuhan, apakah di tahun ini hidupku jadi lebih berwarna? Tolong tunjukkan jawabanmu padaku. Tolong mudahkan aku, aku juga ingin jatuh cinta dan punya pasangan yang baik. Aku ingin tahun ini menjadi tahun bahagiaku" gumamnya pelan lalu mengaminkan dalam hati.

***

"Ji, lo ngapa melamun dah? Hati-hati, loh. Entar kesurupan, amit-amit" ujar Haerin sambil menggerakkan telapak tangannya di hadapan wajah Minji.

"Diem, gue lagi mikir"

"Mikir apaan?"

Keduanya sedang bermain PS5 di rumah Minji yang baru saja Haerin belikan pada minggu lalu.

"Menurut lo, gue pantas gak, sih, buat jatuh cinta?"

"Pantas, lah. Semua orang berhak ngerasain jatuh cinta" jawab Haerin. Tangannya mengambil toples keripik singkong yang terletak pada meja di hadapan keduanya lalu menyomot satu-dua keripik kemudian mengunyahnya.

"Lo tau betul, kan, gimana kerasnya papa sama gue dulu? Gue masih trauma, Rin"

"Tapi kan lo sekarang udah bebas. Maksud gue, bokap lo udah gak bisa ganggu lo lagi sama sekali karena dia mendekap di penjara karena perbuatannya. Lo gak perlu takut, Ji. Lagian ada gue, sahabat lo disini, yang bisa jagain lo dari hal-hal yang nyakitin lo" jelasnya panjang lebar.

Haerin sangat menyayangi Minji seperti saudaranya sendiri. Dalam hati ia ingin melihat Minji juga bahagia dalam hidupnya. Tak tahan rasanya melihat Minji menolak banyak cinta dari orang-orang hanya karena rasa takutnya. Belum lagi Minji jadi jarang bisa tersenyum dan terbuka dengan orang lain karena masa lalunya. Haerin diam-diam menjadi prihatin dengan kondisi sahabatnya itu.

"Coba aja dulu, Ji. Cari cinta yang lo mau. Kalau lo mau tips buat PDKT, gue bisa ajarin kok. Atau kalau semisal trauma ini mengganggu lo banget, lo bisa curhat ke psikolog. Dan satu lagi saran gue, coba keluar dari rasa takut lo. Lo udah dewasa, udah punya hak buat nentuin hidup seperti apa yang lo mau. Dan gue ada disini buat nemenin dan mendukung lo"

Jarang-jarang Haerin bisa berkata bijak seperti ini. Ia pun menangis dan memeluk sahabatnya itu.

"Makasih banyak ya, Rin. Gue bersyukur punya lo di hidup gue"

"Sama-sama, Ji. Btw kalau lo ada mau ke makam tante Jennie lagi, tolong bawa gue, ya? Gue juga kangen sama nyokap lo. Sekalian mau jengukin dan nabur bunga"

You Are My Sunflower | BbangsazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang