Rumah Sakit

46 12 0
                                    

Hanni adalah segalanya bagi Minji, bahkan ia berani bilang bahwa Hanni adalah dunia keduanya setelah ibunya.

Melihat Hanni sama seperti melihat bunga matahari, penuh keceriaan. Makanya bunga matahari sangat identik dengan ibunya dan Hanni, sama-sama memberi kebahagiaan dalam hidupnya.

Ia ingat betul saat Hanni menerima pengakuan cintanya. Rasanya seperti kembali menemukan rumah yang telah hilang. Hanni benar-benar menjadi tempat aman dan berlindungnya dari segala ketakutannya pada dunia.

Hanni sangat lucu. Pacar mungilnya itu pandai dalam hal apapun, bahkan dalam hal memasak. Selama mereka berhubungan, Hanni sering memasak untuk Minji, dan Minji menyukai masakannya yang terasa lezat dilidahnya. Padahal ia adalah seorang picky eater. Namun entah mengapa, ia jadi suka apapun yang Hanni lakukan atau berikan untuknya. Mungkin inilah kekuatan cinta seperti yang orang-orang katakan.

Maka ketika mendengar ada yang menabrak Hanni, dunianya seketika terasa runtuh.

"Kak Hanni, kak.."

"Iyaa, ada apa sama Kak Hanni?"

"Kak Hanni kecelakaan parah habis ditabrak orang mabuk pas lagi keluar cari obat maag"

"Kalian sekarang dimana??"

"Kami lagi di IGD kak, kak Hanni lagi diberi pertolongan pertama. Dia gak sadarkan diri. Kepalanya terbentur sepertinya, jadi ini mau di CT Scan sama pihak dokter"

"Tolong sharelock rumah sakitnya, biar aku kesana sekarang"

Minji sebenarnya hendak menangis, tapi rasa sedihnya dikalahkan oleh rasa paniknya. Ia takut kehilangan Hanni. Sangat takut. Ia tidak ingin kehilangan siapapun lagi setelah wafatnya sang ibu.

Ia meminta tolong salah satu stafnya untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Minji takut berkendara dalam kondisi kacau. Ia tidak ingin dirinya kenapa-kenapa dijalan agar ia bisa jadi orang yang hadir menemani Hanni disaat genting seperti ini.

Setelah hampir lima belas menit perjalanan, ia akhirnya sampai di tempat Hanni di rawat. Namun Hanni tidak ada di ranjang pasien, yang menunggu hanyalah ayah Hanni.

"Pa, Hanni mana?" tanya Minji.

"Lagi dibawa buat pemeriksaan CT Scan dan rontgen. Duduk dulu ya, Ji"

Namun Minji memilih untuk masih berdiri. Ia tidak bisa duduk santai disaat-saat seperti ini.

"Kalian tahu yang nabrak siapa?" ujarnya yang memilih untuk bertanya.

"Tadi ada polisi yang urus. Orang yang nabrak sempat mau kabur. Tapi untungnya orang-orang yang juga berkendara disini bantu buat panggil polisi dan nahan pelaku biar gak kemana-mana. Sekarang pelakunya ada di kantor polisi"

Minji menghembuskan nafasnya kasar. Ia marah sekali rasanya saat mendengar penjelasan dari ayah Hanni. Siapapun orang itu, ia pastikan akan mendapatkan hantaman darinya sebekum akhirnya dapat hukuman pidana.

"Hanni sendiri gimana kondisinya?"

Belum sempat ayah Hanni menjawab, datanglah Hanni yang dibawa oleh perawat dari ruang pemeriksaan.

Minji bisa melihat lebam-lebam dan luka-luka di tubuh putih Hanni. Terdapat luka goresan pula di pipinya karena tergesek aspal. Seketika air mata yang sedari Minji tahan menjadi tumpah.

"Kak Minji..." ujar Rei saat melihat Minji.

Ia yang menemani Hanni untuk diperiksa.

Karena Rei sudah seperti adiknya sendiri, ia pun memeluk Rei untuk menenangkannya.

Hanni sendiri nampaknya masih setengah sadar.

"Minji... Minji..." panggil Hanni dengan suara yang kecil.

Maka Minji pun melepaskan pelukan Rei dan mendekati Hanni.

"Iya sayang, Minji disini. Minji disini, sayang" ujar Minji sambil mengelus kepala kekasihnya pelan.

"Sakit banget" keluh Hanni dengan matanya yang kadang tertutup dan terbuka.

"Iya sayang, makanya disini dokter mau obatin" hibur Minji.

Tak lama kemudian, Hanni tak sadarkan diri lagi. Sambil mengelus kepala Hanni dan mendoakannya, Minji bertanya pada Rei mengenai kronologi kecelakaan tersebut. Rei pun memulai cerita dari saat Hanni mengeluh sakit kepala dan pergi keluar untuk beli obat maag seorang diri.

"Aku tuh udah nawarin diri supaya aku aja yang pergi, tapi kak Hanni gak mau dan milih buat pergi sendiri. Terus sampai kecelakaan tuh kata saksi mata tadi yang nelpon buat ngasih tahu kita, katanya kak Hanni ini lagi di lampu merah. Terus tiba-tiba ada mobil dari arah belakang yang melaju di kecepatan tinggi dan nabrak kendaraan yang ada di hadapannya, termasuk kak Hanni. Untungnya kak Hanni gak separah yang lain karena posisi dia ada di pinggir dekat trotoar, bukan di tengah-tengah. Karena yang di tengah..." ujarnya terputus.

"Yang di tengah kenapa?" tanya Minji penasaran.

"Yang posisi kendaraannya di tengah meninggal di TKP kak"

Ya Tuhan, Minji bersyukur dalam hati karena bukan kekasihnya yang bernasib demikian walau ia tetap berduka dengan korban-korban lain.

"Berarti korbannya banyak dong?" timpal Minji.

Rei mengangguk.

"Aku dimana..." lirih Hanni sambil membuka matanya perlahan.

"Sayang" Minji lalu mendekati Hanni, bersamaan dengan keluarga kekasihnya.

"Aku dimana? Kenapa rasanya badanku sakit sekali? Kok tanganku diinfus?" ucap Hanni saat melihat tangan kanannya yang dipasang selang infus saat ia masih belum sadarkan diri.

"Gak papa, sayang. Kamu lagi dirawat. Nanti aja kami ceritakan, ya. Kamu istirahat dulu" ujar ibu Hanni, menenangkan putrinya.

Hanni lalu menangis. Ia pun menoleh ke arah Minji.

"Sayang aku kenapa? Badan aku sakit sekali. Aku gak ingat apa-apa dan kenapa aku jadi begini" keluhnya.

Minji tak sampai hati melihat kekasihnya kesakitan seperti ini. Maka ia sambut uluran tangan Hanni yang meminta untuk digenggam. Diciumnya tangan kecil itu dengan lembut.

"Kamu kecelakaan, sayang. Ada orang ceroboh yang nyetir ugal-ugalan. Tapi orangnya udah ditangkap. Nanti aku urus ini sama papa ke kantor polisi. Kamu istirahat, okey? Aku, papa, mama, dan Rei akan disini nemani kamu"

Hanni masih menangis melihatnya.

"Mau peluk. Tolong peluk aku. Ini sakit" keluhnya.

Maka Minji pun memeluknya dengan hati-hati agar tidak menyakiti pacarnya yang sedang luka-luka.

Dalam hati ia berjanji untuk memukul sang pelaku terlebih dahulu saat bertemu di kantor polisi nanti tak peduli dengan konsekuensi apapun. Karena Hanni-nya telah sakit oleh orang tersebut dan ia tak akan diam saja.

You Are My Sunflower | BbangsazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang