Walau ayahnya menulis surat terakhir untuk Minji, yang ia sendiri tak tahu apakah surat itu ditulis dengan tulus atau tidak, tapi yang membuatnya geram adalah surat wasiat.
Meskipun bisnis ini milik keluarga ibunya, ayahnya tetap dapat bagian pribadi karena ternyata ada beberapa perusahaan yang ia bangun sendiri tanpa mengikut sertakan nama sang ibu. Perusahaan-perusahaan itu kini dipimpin oleh Minji. Yang jadi masalah adalah pada surat wasiat yang ditulis oleh ayahnya bahwa saudara tirinya ikut mendapat bagian. Tapi ayahnya jahat karena ia menulis perusahaan yang milik ibunya sebagai bagian dari hak waris yang akan diberikan pada saudara tirinya, dan ia tidak terima sama sekali akan hal itu.
Maka ia berusaha untuk menghubungi firma hukum terkenal agar mendapat pengacara jenius yang bisa membantunya mengurus hal ini.
"Permisi, nyonya. Ada tamu yang menunggu Anda dan meminta untuk bertemu" ujar Danielle.
Minji sedang mengurus berkas-berkas kantor, dikejutkan dengan kedatangan sekretarisnya yang menyampaikan bahwa ada seseorang yang ingin menemuinya.
"Tamu? Siapa? Dia ada bikin janji kah sebelumnya?"
"Maaf saya kurang tau. Tapi dia tadi bilang kalau namanya Kim Yujin" jelas Danielle.
Minji menggertakkan giginya, geram tiap kali mendengar nama Yujin masuk ke telinganya.
"Mau apa dia kesini?" tanya Minji dengan nada tinggi. Ia tiba-tiba tersulut emosi.
"Sekali lagi mohon maaf saya tidak tahu karena tamu Anda tidak memberitahu apapun kecuali keinginannya untuk menemui Anda" jelasnya lagi.
Sambil menghela napas kasar, Minji kemudian menginstruksikan agar Danielle memperbolehkan Yujin untuk masuk.
Beberapa saat kemudian masuklah Yujin dengan setelan jas rapinya sambil tersenyum lebar. Senyum penuh kesombongan.
"Hai, bos Minji. Apa kabar?" tanyanya.
Tanpa menunggu Minji mempersilakan duduk, ia langsung mendudukan dirinya sambil menyilangkan kakinya, seakan-akan ialah bos di kantor ini.
"Gak usah basa-basi. Mau apa kamu kesini?"
Yujin tertawa. "Gak ada apa-apa, sih. Cuma mau ingetin kalau perusahaan papa itu ada bagianku juga"
"Dasar gak tahu diri! Pas papa di penjara pun kamu gak ada jenguk dia sama sekali. Lalu setelah papa mati kamu dengan mudahnya meminta bagianmu? Hah, lucu sekali. Kamu pikir kamu bisa semena-mena kayak gini?"
"Loh, aku gak salah menuntut hak aku karena surat wasiatnya dengan jelas tertulis dan ada bagian untukku"
"Hei, denger, ya. Surat itu ditulis sebelum papa masuk penjara. Andai papa punya kesempatan untuk mengubahnya aku yakin itu akan diubah karena nyatanya saat dia masuk penjara, kamu dan mamamu bahkan gak menjenguk dia sama sekali"
Yujin kemudian menaikkan sebelah alisnya. "Emangnya kamu tau apa tentang itu?"
"Sudah tentu aku tau itu. Jangan lupa kalau koneksiku lebih banyak darimu" sahut Minji.
"Oh iya, aku juga sudah menyewa pengacara untuk kasus ini. Nanti bakal ada sidang pembagian hak waris. Nanti kamu harus terima seberapapun anak perusahaan yang kamu dapat karena aku mengambil jalur hukum yang adil. Setelah itu selesai, tolong pergi jauh-jauh dan jangan pernah menampilkan mukamu dihadapanku lagi seumur hidup"
Yujin terdiam. Ia tak menyangka bahwa Minji setegas ini. Tapi bukan Yujin namanya jika tidak berusaha mengusik kehidupan Minji.
"Baiklah, Ji. Urusanku sama kamu selesai kalau begitu"
Yujin pun meninggalkan ruangan. Minji langsung merasa pening. Ia lalu memijat pelipisnya untuk mengurangi rasa nyeri.
Kalau begii jadinya ia butuh Hanni untuk dipeluk agar ia bisa tenang. Maka diambilnya telepon genggamnya untuk menghubungi Hanni.
"Halo. Iya sayang, ada apa?" tanya Hanni dari seberang telepon.
"Halo sayang. Sore nanti aku mau main ke toko, boleh? Aku pengen dipeluk" ujarnya.
Ia dapat mendengar Hanni tertawa gemas disana karena sikap manjanya itu.
"Iyaa, sayangku. Boleh banget. Nanti kabarin ya kalau lagi di perjalanan"
"Iyaa. Btw kamu udah makan?" tanya Minji.
"Belum, kamu sendiri udah makan?" tanya Hanni balik.
"Belum juga. Nanti aku bawain makanan ya biar kita makan bareng"
"Okee sayang. Hati-hati yaa di jalan"
***
Sesampainya di toko, Minji langsung disambut oleh Hanni dengan kedua tangannya yang terbuka, mengisyaratkan agar Minji dapat segera memeluknya setiba ia disana.
Maka tak menunggu lama, Minji pun menghamburkan diri ke dalam pelukan kekasih mungilnya itu.
"Ututu, bayi gedeku kenapa, hm? Ada cerita apa hari ini, sayang?" tanya Hanni, masih dalam dekapan Minji.
"Minji gak mau bahas ini sebelum kita makan dulu" sahut Minji yang membuat Hanni jadi terkekeh.
"Bayi gedeku udah laper banget, kah? Yaudah kita mam dulu ya"
Selama makan, Minji bertanya bagaimana keadaan Hanni pada hari ini, apakah ada hal yang membuatnya senang dan sebaliknya, juga hal-hal lain yang masih dalam ranah obrolan ringan. Sampai akhirnya makanan keduanya telah ludes dan membereskan sisa-sisa makanan, barulah Minji angkat suara perihal kejadian di kantor tadi siang.
"Tadi saudara tiriku datang ke kantor, ngomongin soal hak waris"
"Oh, ya?"
Minji mengangguk. "Dia sombong banget bahkan gak sopan sama sekali selama bicara sama aku, padahal aku lebih tua dari dia beberapa bulan dan secara teknis aku adalah kakaknya. Pas aku ngrjelasin bagaimana pembagian hak waris dan pemanggilan pengacara, baru dia diam. Tapi aku yakin kalau dia gak akan diam aja" ujar Minji.
"Maaf kalau aku nanya gini, tapi aku mau tau kenapa kamu punya spekulasi kayak gitu?"
"Karena dia licik. Kemaren aku dapat info dari Haerin kalau orang yang membuat aku dan Sulyoon ketahuan pacaran adalah dia. Haerin baru sadar kalau dia sering melihat gelagat aneh dari saudara tiriku yang pada waktu itu dia belum tahu akan hal ini. Saudara tiriku sering ngintilin kami pergi sambil diam-diam mengambil foto. Pernah dia kepergok sama Haerin pas ngintilin aku dan mantanku. Tapi sayang dia cepat sekali kabur.
Nah, omong-omong masalah ini, kabarnya si Yujin, saudara tiriku itu, naksir sama Sulyoon dan jadi salah satu admirer Sulyoon di sekolahku. Tapi dia dulu tampilannya cupu banget, dia ditolak sama Sulyoon yang gak lama abis itu jadian sama aku. Entah karena dendam atau apa, yang pasti hubungan kami ketahuan dan kandas karena dia ngirim foto-foto kami ke papa. Padahal papa gak ngurus aku sebegitunya, jadi dia gak bakal tau andaikata si Yujin gak ngadu apapun. Tapi, ya.. gitu, deh"
Hanni pun mengangguk mengerti. Ia tak menyangka kalau masalah kekasihnya akan serumit ini.
"Tapi kamu gak usah cemburu ya, sayang. Aku cuma cinta dan sayang sama kamu. Aku gak gamon sama mantan, gak pernah malah" ujar Minji klarifikasi, takut kalau-kalau Hanni jadi merajuk karena ia membahas hubungan dengan mantan.
Hanni yang mendengarnya pun jadi tertawa. "Astaga kamu lucu banget. Tapi makasih banyak loh sayang udah cerita dan jujur sama aku. Selama jadi pasangan kamu aku merasa dihargai sama kamu" ujarnya.
"Hehehe, sama-sama, sayang. Aku cuma mau kamu tau kalau kamu adalah bagian penting dari hidup aku" ucap Minji.
Hanni lalu menggenggam tangan Minji seraya berkata, "Kamu juga bagian penting dari hidupku, sayang. Apapun masalah yang ada, kita akan lewati bersama-sama, ya?"
Hanni lalu menyodorkan jari kelingkingnya, mengajak Minji untuk melakukan pinky promise. "Janji?" tanyanya pada Minji.
Dan dengan senyuman lebar, Minji pun mengaitkan jari kelingkin Hanni dengan jari kelingking miliknya.
"Janji"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Sunflower | Bbangsaz
Fiksi PenggemarKehidupan Minji yang seringkali didominasi oleh hitam putih berubah menjadi lebih berwarna setelah mengenal Hanni, seorang pegawai toko bunga yang ia temui saat menemani temannya untuk membeli bunga untuk persiapan kencannya. Seiring berjalannya wak...