Minji tak tahu harus berkata apa. Semua masalah terasa menghantamnya dalam satu waktu. Ia merasa babak belur. Sepulang dari sana dan mengurus proses pemakaman ayahnya di esok hari, ia mencoba untuk menghubungi Hanni dengan menelponnya.
"Sayang apa kabar?"
"Baik, kamu?" tanya Hanni. Pada jam segini biasanya Hanni mulai sibuk menutup tokonya.
"Papa meninggal" sahut Minji.
"Kapan?" tanya Hanni hati-hati. Ia yang sedang menyapu lantai jadi berhenti sejenak dari kegiatannya karena perkataan Minji.
"Tadi. Ceritanya panjang. Aku baru selesai urusin mayat papa walau belum sepenuhnya selesai. Aku udah minta tolong anak buahku buat ngurusin itu. Aku boleh gak datangin kamu sekarang?"
"Boleh banget, dong, sayang. Kamu bisa langsung kesini aja"
Tak perlu menunggu lama, mobil Minji sampai di depan toko Hanni.
Hanni yang kebetulan baru saja mengunci pintunya lalu bergegas memeluk Minji.
"Aku disini sayang, aku disini buat kamu" ucapnya sambil mengelus punggung Minji. Minji hanya bisa menangis sampai ia tak mampu bersuara.
"Mampir ke rumahku dulu, yuk?" ajak Hanni.
"Gak bisa, Han. Malam ini peti mayatnya mau dibawa ke rumahku" jawabnya.
"Aku mau ikut kamu. Tolong jangan tolak permintaan aku. Aku pengen temenin kamu"
Jadilah Hanni pulang sejenak untuk menyiapkan pakaian dan keperluannya untuk menginap di rumah Minji. Keluarga Hanni tentu saja khawatir melihat kondisi Minji yang datang dengan mata yang sembab dan bengkak.
"Kamu gak papa, nak? Ada masalah apa?" tanya ibu Hanni.
Mereka bertiga-ayah Hanni, ibu Hanni, dan Rei- sedang duduk di ruang tengah, menemani Minji. Sedangkan Hanni pergi ke dalam kamar, menyiapkan barang-barangnya.
"Papa meninggal"
Semuanya lalu terdiam. Ayah Hanni yang berinisiatif duluan untuk membawa Minji kepelukannya, disusul oleh ibu Hanni dan Rei.
Mereka tak angkat bicara. Karena mereka tahu bahwa orang yang ada di posisi Minji saat ini hanya butuh dukungan dan pelukan.
"Kapan papamu dimakamkan, nak?" tanya ayah Hanni.
"Besok, Pa"
Sejak keluarga Hanni tahu bahwa anaknya tengah menjalin hubungan asmara dengan Minji, mereka meminta Minji untuk memanggil mereka seperti Minji memanggil orang tuanya sendiri.
"Yasudah, besok kami datang ke pemakamannya, ya. Tolong infokan tempatnya supaya kami bisa menyusul besok" sambung ayah Hanni lagi.
"Minji, aku udah siap" ujar Hanni yang tiba-tiba sudah ada di ruang tengah sambil membawa ranselnya.
"Ma, Pa, Rei, Hanni temanin Minji dulu, ya" pamit Hanni sambil bersalaman dengan keluarganya.
"Iya, Han. Hati-hati di jalan" pesan ibu Hanni.
"Hati-hati yaa kak Hanni dan kak Minji" ucap Rei.
Hanni dan Minji mengangguk bersamaan.
"Ma, Pa, Rei, aku sama Hanni pergi dulu, ya"
***
"Ji, peti matinya udah aman di dalam rumah lo. Tadi gue udah pamitan juga sama om Juan habis nganterin mayatnya beliau" ujar Haerin terdengar dari saluran telepon.
"Iya, Rin. Makasih banyak ya atas bantuannya. Maaf tadi harus ninggalin duluan karena ada satu orang brengsek yang tiba-tiba datang gak diundang"
"Sama-sama, Ji. Take care yaa. Kalau ada apa-apa hubungin gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Sunflower | Bbangsaz
FanfictionKehidupan Minji yang seringkali didominasi oleh hitam putih berubah menjadi lebih berwarna setelah mengenal Hanni, seorang pegawai toko bunga yang ia temui saat menemani temannya untuk membeli bunga untuk persiapan kencannya. Seiring berjalannya wak...