Minji bersyukur sekali perasaannya terbalas. Selepas confessnya pada malam natal, ia dan Hanni menjadi semakin lengket. Tak ada satu malam pun ia lewati tanpa menelpon kekasih mungilnya itu. Malam ini malam tahun baru. Biasanya akan ada acara yang menerbangkan lampion-lampion harapan. Maka Hanni mengajak Minji untuk pergi ke tempat itu untuk menerbangkan lampion bersama-sama di taman kota yang letaknya di pinggir sungai, tepat di tempat ciuman mereka seminggu waktu yang lalu.
Saat keduanya tiba di lokasi, mereka melihat ada banyak sekali pasangan kekasih yang juga mendatangi tempat ini. Minji berinisiatif untuk meminta lampion itu kepada pihak yang menyediakan dan membagikan. Lalu ia memegang lampion itu di sisi kanan, sedangkan Hanni pada sisi kiri. Sambil menunduk bersama karena berdoa sejenak, keduanya lalu membuka mata lalu melepaskan lampion tersebut sehingga lampion itu terbang mengejar lampion-lampion lain yang tengah menuju angkasa.
"Apa harapanmu?" tanya Minji sambil menengok Hanni yang ada disebelahnya.
"Banyak, salah satunya kamu" toleh Hanni pada Minji.
"Aku?" tanya Minji sambil menunjuk dirinya sendiri.
Hanni lalu mengambil tangan itu dan menggenggamnya.
"Iya, sayang. Aku harap kita bisa seperti ini selamanya" ujarnya jujur.
Minji terharu mendengar hal itu, kemudian memeluk Hanni dengan erat yang juga disambut dengan rengkuhan oleh Hanni sambil mengusap punggungnya pelan-pelan.
Semakin hari, semakin ia tahu kehidupan Minji. Walau mungkin belum semuanya, tapi setidaknya itu membuatnya cukup tahu bahwa Minji rapuh dan butuh sandaran. Dalam hati ia berjanji untuk terus ada buat Minji. Walau keduanya baru menjalani hubungan resmi selama seminggu, entah mengapa ia merasa yakin pada Minji dan berharap semoga ia dan Minji berjodoh dan diperkenankan untuk bersama selamanya.
"Kamu mau tau, gak, harapanku apa?" tanya Minji, ia masih dalam rengkuhan Hanni.
"Apa, sayang?" ujar Hanni sambil mengusap kepala dan membelai rambut Minji yang terasa lembut ditangannya itu.
"Aku minta kamu ke Tuhan. Semoga ia perkenankan aku supaya bisa sama kamu sepanjang usia"
Hanni lalu mengendurkan pelukannya. Dilihatnya lamat-lamat kedua mata yang berwarna cokelat tua itu di kegelapan malam. Lalu didekatnya kepala Minji. Minji refleks menutup mata, mengira bahwa Hanni akan memberinya kecupan di bibir. Tapi ternyata salah, ia merasakan kecupan berkali-kali dari Hanni pada kedua bola matanya.
"Aku juga, Ji. Aku pengen sama kamu, selamanya. Sepanjang usia"
***
Satu hal yang Hanni belum tahu, bahwa Minji sering mendapatkan mimpi buruk di tengah-tengah tidur malamnya. Maka pada malam ini, ia tiba-tiba mendapatkan telepon Minji pada jam 12 malam.
"Han..." terdengar suara parau Minji yang baru bangun tidur sambil deru napasnya yang tersengal-sengal.
"Iya, sayang? Kenapa? Kamu kebangun?"
"Aku gak bisa tidur" ujarnya lagi sambil menghela napas berat.
"Kenapa susah tidur?" tanya Hanni lagi.
"Aku mimpi buruk. Biasanya memang begini kadang-kadang"
"Oh, ya? Aku baru tau. Mau aku temenin, gak?" tawarnya
"Jangan, ini udah malam. Aku gak mau kamu keluar rumah malam-malam" tolak Minji.
"Terus kamu gimana? Berani gak tidur sendiri? Kalau mau ditemenin aku bisa kok temenin" ujar Hanni.
"Oh, gimana kalau kamu ke rumahku? Sini tidur sama aku" sambung Hanni. Ia baru terpikirkan ide ini.
"Emang gak papa?" ucap Minji ragu.
"Ih, gak papa banget. Cepetan sini. Teleponnya jangan dimatiin, biar aku temenin kamu selama di jalan"
Maka segera saja Minji bergegas menuju rumah Hanni yang letaknya 15 menit dari rumahnya. Saat baru memarkirkan mobil di depan pagar rumah Hanni, terdengar suara pintu terbuka. Hanni keluar dari rumahnya mengenakan baju piyama merah mudanya lalu membukakan pagar supaya mobil Minji dapat parkir di dalam pekarangan.
Setelah mobil terparkir sempurnya, Minji menghadap Hanni yang lalu disambut oleh pelukan Hanni.
"Ayo masuk dulu" titahnya.
Saat keduanya tiba di kamar Hanni, Minji tiba-tiba diam di ambang pintu. Membuat Hanni heran.
"Kamu ngapain berdiri disana? Ayo sini, ke kasur" ajak Hanni.
Maka Minji melangkah dengan kikuk
"Kenapa? Malu, ya?" goda Hanni sambil mencolek lengan Minji.
"Hehe, iya"
"Tadi kenapa btw? Mau cerita, gak?"
Minji terdiam sejenak, menimang-nimang kata-kata yang tepat untuk menceritakan masalahnya.
"Aku biasanya memang bisa mimpi buruk"
"Mimpi apa kalau boleh tau?" tanya Hanni penasaran.
"Papa. Aku mimpi papa mukulin aku dan almarhumah mama. Itu selalu terngiang-ngiang di kepalaku. Papa kejam sama kami berdua dan aku dari kecil sampai tiga tahun yang lalu tersiksa karena papa. Papa juga sering nyakitin mama"
Mendengar hal itu, tanpa minta persetujuan Minji, Hanni membawa Minji ke dalam pelukannya. Ia hanya diam, berusaha menjadi pendengar yang baik bagi Minji dan takkan menyela apapun kecuali Minji yang memintanya untuk angkat bicara.
"Maaf kalau aku harus cerita ini, Han. Tapi papa aku yang bikin mamaku meninggal. Papaku bunuh mamaku. Aku trauma berat sampai kebawa mimpi"
"Minji.."
Minji jadi mengeluarkan air matanya dengan deras dalam pelukan kekasihnya sambil sesengukan.
Ini adalah fakta yang baru Hanni ketahui. Ia tak ingin memaksa Minji untuk bercerita lebih atau mengorek-ngorek masa lalunya kecuali Minji yang menceritakannya lebih dahulu.
"Sayang?" panggil Minji setelah dirasa tangisannya mulai reda.
"Iya, sayang?"
"Besok boleh temenin aku buat ketemu mama?"
"Boleh banget, dong. Mau datanginnya kapan?" Hanni mengusap air mata Minji di pipinya perlahan menggunakan jari-jarinya
"Sore, selepas aku pulang dari kantor pas di jam kamu pulang, gak papa? Aku pesan satu bunga matahari buat dibawa untuk mama"
"Boleh, sayang. Besok aku temenin"
"Makasih, sayang" ujar Minji. Ia mengecup bibir Hanni sebagai rasa terima kasih.
"Sama-sama, sayang"
Di malam itu, Minji akhirnya bisa tertidur nyenyak setelah sekian lama selepas kematian ibunya. Ia tidur dalam pelukan Hanni. Seperti yang ia katakan di setiap paginya, kehadiran Hanni adalah berkah baginya. Semoga Tuhan perkenankan ia untuk bisa bersama Hanni selamanya, ucapnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Sunflower | Bbangsaz
FanfictionKehidupan Minji yang seringkali didominasi oleh hitam putih berubah menjadi lebih berwarna setelah mengenal Hanni, seorang pegawai toko bunga yang ia temui saat menemani temannya untuk membeli bunga untuk persiapan kencannya. Seiring berjalannya wak...