Hari Berdua

172 20 0
                                    

Selama berpacaran, Minji tak pernah melihat Hanni menangis sebelumnya. Kekasihnya itu benar-benar seperti bunga matahari, selalu tersenyum, menyebarkan hawa bahagia kepada orang-orang di sekitarnya. Namun saat Hanni dibolehkan pulang oleh dokter, di perjalanan ia banyak diamnya. Lalu ia melihat bahwa ada setetes dua tetes air mata yang mengalir di pipi kekasihnya.

"Sayang, kamu gak papa?" tanya Minji yang duduk di sebelah Hanni. Yang mengendarai mobilnya saat ini adalah pengawal Minji. Mobil itu diisi oleh ia dan keluarga Hanni-ayah, ibu, dan Rei. Mendengar pertanyaan Minji, tentu keluarganya pun menatap Hanni dengan cemas.

Hanni menggeleng. "Sakit banget" ujarnya.

Luka yang didapati Hanni ada pada bagian wajah, kaki kanan, tangan kiri dan bahu kirinya yang sulit digerakkan. Tentu saja rasanya begitu tidak nyaman, belum lagi saat naik kendaraan rasa-rasanya kepalanya jadi pusing.

"Apanya yang sakit, kak?" Kali ini Rei yang bertanya.

"Semuanya" jawab Hanni.

Minji menggeram. Ia masih marah pada Yujin. Harusnya ia memukul Yujin sampai pingsan tadi, sayang sekali ada polisi disana yang melerai mereka. Namun ia berusaha untuk menahan diri agar ia bisa fokus menjaga dan merawat Hanninya.

Perlahan ia sandarkan kepala Hanni agar menyandar di dadanya sambil digenggamnya tangan kekasihnya itu.

"Sabar ya sayang, bentar lagi kita sampai rumah. Nanti kamu bisa langsung istirahat disana"

Setibanya di rumah, Minji langsung membukakan pintu untuk Hanni dan membuka tangannya. "Kamu aku gendong aja, ya"

Hanni mengangguk. Maka ia digendong oleh Minji dengan gaya pengantin. Hanni sebenarnya malu dilihat oleh keluarganya dalam pose seperti ini, tapi rasanya ia sudah tidak punya tenaga untuk memikirkan hal itu karena badannya benar-benar terasa sakit sekali.

Minji pun membawa kekasihnya itu ke kamar lalu merebahkannya perlahan, sedangkan keluarga Hanni membereskan barang-barang Hanni dari rumah sakit tadi.

"Sayang mau minum? Atau udah lapar?" tanya Minji.

Hanni menggeleng. Barulah ia menangis saat tiba di kamarnya. Melihat hal itu, Minji buru-buru menunduk dan mengelus pucuk kepala Hanni dengan penuh kelembutan.

"Sayangku kenapa nangis? Sakit banget, ya?" tanyanya dengan hati-hati.

"Aku dari kemaren gak berani lihat mukaku. Yang aku tau kalau mukaku sekarang sakit dan kayak bengkak gitu. Aku pasti jelek banget. Aku malu sama kamu. Sedih juga karena kamu jadi punya pacar jelek kayak aku" keluhnya.

"Heii, kenapa bilang gitu? Hm? Kamu tetap cantik loh sayang, bengkak mukamu gak parah juga kok, nanti hilang aja pakai krim yang dikasih sama dokter. Jangan mikir begitu, ya? Gak ada yang bisa ubah rasa cinta aku ke kamu" ujar Minji.

Hanni masih menangis. "Aku kepikiran aja. Kan kamu kerjanya di kantor, pasti banyak cewek cantik disana. Sedangkan aku begini, padahal aku statusnya pacar kamu, si bos kantoran" sambung Hanni.

Minji rasanya ingin tertawa mendengar perkataan Hanni. Berarti kekasihnya diam-diam menyimpan rasa cemburu padanya kalau berinteraksi dengan perempuan lain di tempat kerjanya. Dan ini terasa lucu karena Hanni jadi terlihat seperti anak kecil saat ini.

Jadi Minji cengengesan melihat Hanni. Hanni pun mempoutkan bibirnya, lalu berlagak kesal.

"Ih, kok kamu ketawa sih? Berarti betul ya aku jelek? Yaudah, kita putus aja" ujarnya asal.

Minji pun tak bisa menahan tawanya kali ini.

"Aduh, sayang, maaf ya aku ketawa" ucap Minji sambil menyeka air matanya akibat tertawa. "Kamu tuh lucu juga ya, aku gak kepikiran sampai kesana loh padahal. Tapi ngelihat kamu cemburu gini jadi pengen aku cium. Tapi bibirmu lagi luka, kasian kalau nanti berdarah karena aku" ujarnya menggoda Hanni.

You Are My Sunflower | BbangsazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang