Pameran Lukisan

150 22 1
                                    

Hampir setiap hari Minji mendatangi toko bunga itu selama sebulan belakangan tiap pulang dari kantor. Sebut saja Minji gila, karena setiap hari ia membeli bunga matahari, membuat Hanni diam-diam penasaran untuk apa Minji membeli bunga sesering itu.

"Selamat datang lagi, Minji! Apa ada yang bisa aku bantu?" ucap Hanni sambil tersenyum lebar, menyambut Minji yang baru saja melangkahkan kaki ke dalam toko.

Baik Minji maupun Hanni sudah tak lagi menggunakan sebutan 'saya' karena seringnya interaksi yang terjadi antara keduanya sehingga lebih memilih untuk menggunakan 'aku-kamu'

Minji tersenyum mendekati Hanni. Ini sudah hampir jamnya tutup toko itu.

"Kamu mau beli bunga matahari lagi?" tanya Hanni lagi lantaran Minji belum membalas sahutannya.

Minji menggeleng. Lalu menyodorkan sebuah kertas undangan.

"Ada pameran seni yang baru saja digelar di tengah kota. Kebetulan undangannya untuk dua orang dan aku gak punya teman yang bisa aku ajak. Jadi... kamu mau gak, temanin aku? Acaranya malam ini jam delapan. Maaf kalau terkesan mendadak"

Ini malam minggu. Kebetulan Hanni tak ada kegiatan dan kebetulannya juga, ia adalah seorang penikmat seni. Sudah tentu ia suka sekali jika diajak ke tempat seperti ini.

"Aku mau, boleh?" jawabnya.

Minji tersenyum. "Boleh banget. Kamu siap-siap dulu, nanti tolong bagikan titik lokasimu supaya aku bisa jemput" ujar Minji.

Minji sengaja tak menawarkan Hanni untuk mengantarnya pulang dari toko karena ia tahu bahwa Hanni membawa motor vespanya selama berangkat kerja.

"Oh iya, kebetulan tadi ada acara kecil-kecilan di kantor. Ada satu karyawan yang gak turun karena sakit, jadi tersisa satu slice cake rasa matcha. Aku bawain buat kamu, kamu suka matcha, gak?"

"Aku suka bangett. Ini beneran gak papa nih kamu kasih aku? Aku ngerasa ngerepotin"

"Ih, gak ngerepotin sama sekali. Kan aku yang kasih, sayang kalau kuenya gak ada yang makan. Lagian aku kekenyangan"

"Kamu gak nawarin orang-orang rumah dulu?" tanya Hanni.

"Di rumah gak ada orang, cuma aku sendiri. Jadi itu biar buat kamu, ya. Semoga kamu suka" jelas Minji sambil tersenyum.

"Aduh, makasih banget pokoknya" Hanni pun menerima pemberian Minji.

"Yaudah, aku pulang dulu kalau gitu. Ingat, ya, jangan lupa buat sharelock" pesan Minji.

"Iyaa, hati-hati di jalan" ujar Hanni sambil melambaikan tangan, melihat Minji yang meninggalkan ruangan toko itu menuju mobil hitamnya.

Seperti yang sudah disepakati, tepat 30 menit sebelum acara dimulai, masuk sebuah notifikasi di ponsel Minji dari Hanni. Yup, mereka baru saja bertukar kontak seminggu yang lalu. Tentu saja Minji yang berinisiatif kala itu. Obrolan mereka tak lepas dari seputar kehidupan sehari-hari atau makna dari tiap-tiap bunga, maupun sejarah karena keduanya suka sejarah.

Mengobrol dengan Hanni selalu bisa membuat Minji tersenyum geli, karena ia merasakan seperti ada kupu-kupu di dalam perutnya tiap kali berbincang dengan gadis mungil itu.

Hanni

Aloo
Aku udah siap!

Ay, ay! Siap meluncurr

Jujur saja, rasanya Minji kembali seperti remaja lagi. Padahal umurnya kini telah menginjak 25 tahun. Tapi bersama Hanni, ia merasa seperti anak kecil yang sangat senang karena menemukan orang yang bisa membuatnya bahagia. Mungkin karena baru kali ini ia bisa menyukai seseorang tanpa takut diganggu oleh ayahnya, semuanya terasa semakin indah. Ah, andai ibunya masih hidup, pasti Minji akan mengenalkan Hanni padanya.

You Are My Sunflower | BbangsazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang