Bab 3 - Mandiri

478 67 2
                                    

Di rumah baru Paman dan Bibi

Bona dan Gaga pindah ke kota mereka merencanakan berbisnis dan adu nasib. Dengan bekal uang warisan dan memenuhi keinginan Putrinya yang beranjak dewasa ingin melanjutkan kuliah di Kota. Bona dan Gaga mengalah dan mengikuti kemauan Putrinya dan mereka juga ingin bisa berbisnis.

Bona dan Gaga sudah pindah dan menemukan lokasi yang pas buat mereka berdagang dan juga area strategis. Meskipun dengan uang menjual tanah 2 hektar di kampung hanya kebeli rumah sepetak dan ruko kecil di pinggir jalan. Mereka tidak mengeluh dan yakin bisa berbisnis dengan optimis.

Bona di Kampung juga jualan Mie ayam dan sangat enak juga terkenal. Makanya dia juga mau berdagang Mie ayam di kota. Lokasinya sudah nyaman dan dekat kampus Freen.

Nun dan Freen mengunjungi saudaranya itu dan mereka disambut dengan hangat. Anya Putri dari Bona dan Gaga seumuran dengan Freen, Anya senang melihat Freen yang sudah lama tidak bertemu.

"Freen... Anya kangen banget sama Freen. Freen sudah tinggi melebihi Anya sekarang. Lihat Bun!" Anya memeluk Freen dan langsung ngatur ketinggian.

Bona senyumnya "Iya Freen udah tinggi sama ganteng bener keponakan Bibi"

"Iya Bi Freen juga kangen sama Bibi!" Ucap Freen ramah dan memeluk Bibinya.

"Sini sini Paman juga kangen sama Freen!" Peluk Gaga dengan menepuk punggung Freen yang kuat dan tingginya juga melebihinya.

Mereka ketemu kangen dan langsung makan-makan dirumah Bona dan Gaga yang sudah menyiapkan semua karena tahu Kakak dan keponakannya akan datang berkunjung.

Selesai makan Anya ngajak Freen ke atap rumah dan disana ada gudang bekas pemilik sebelumnya lengkap dengan toiletnya juga. Freen juga melihat View pemandangan yang indah apalagi di sore hari terasa sejuk dan adem sambil bisa melihat matahari terbit dan terbenam.

"Disini sangat mengagumkan!" Ucapnya menikmati pemandangan.

"Heum... ini juga jadi tempat favorite ku Freen!" Ucap Anya menimpali.

Tanya Freen "Anya udah daftar kuliah? Mau kuliah dimana?"

"Emh.. Anya masih bingung. Maunya di SENA tapi biayanya selangit. Mau di HASA tapi gak pinter juga...hehe" jawabnya terus terang.

"Terus dimana dong??"

"Di HASA aja dengan bayar UKT jalur bayar full. Enak jadi Freen karena Freen pintar bisa kuliah dimana aja tanpa mikirin biaya" ucap Anya memuji Freen.

Freen tersenyum saja sambil menghela nafas perlahan namun Anya bisa melihat ada kekesalan didalam hembusan nafasnya.

"Kenapa Freen terlihat kesal?"

"Enggak... mungkin sebetulnya hidup itu memang penuh prasangka. Jika Anya bilang enak jadi Freen karena bisa masuk jalur beasiswa tanpa biaya. Justru Freen sebaliknya enak jadi Anya sekolah dimana saja pasti ada biaya. Anya gak perlu belajar extrime kayak Freen kan!" Ucapnya terus terang.

"Tapi Freen selalu hebat dimata Anya. Gak semua orang bisa kayak Freen. Bahkan di waktu kecil pun Freen menunjukkan sikap keren buat anak seusia Freen. Percayalah! Freen akan menjadi orang yang sukses dan juga berhasil" ucap Anya memotivasi.

Freen senyumnya tambah lebar dan menambah pesona dengan cahaya remang sore hari dengan matahari yang hampir tenggelam namun hati seseorang yang melihatnya semakin dalam.

"Anya sudah dewasa sekarang dan Freen sangat senang. Anya yang dulu sangat nakal, manja dan juga suka nyuri pensil Freen. Ayo ngaku sekarang berapa pensil yang sudah Anya curi dari Freen??" Todongnya dan menatap kearah Anya.

FLASHLIGHT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang